Dia kemudian berkata, "Dari Kolese Cor Jesu ini dipastikan orangnya jadi semua - termasuk anak-anak Bapak." Aku tertawa kecil dan terdiam sebentar, menyadari sekolah itu menelurkan generasi yang kemudian menyebar ke berbagai kota, termasuk anak-anakku yang kini banyak tinggal di Jakarta.
Kuteguk kopi tubruk padang itu hingga habis. Kubayar dan melangkah kembali ke arah BTPN, lewat bagian depan Cor Jesu yang menghadap jalan. Kanopi pepohonan di sepanjang Jakgung Suprapto tetap tegak - menyaring cahaya, melindungi bangunan dan kenangan yang menyelinap di antara dedaunan.
Sejarah Cor Jesu dan Jalan Jaksa Agung Suprapto
Cor Jesu di Malang adalah lembaga pendidikan Katolik yang dikelola oleh ordo suster Ursulin. Karya Ursulin di Malang bermula ketika tiga suster - Sr. Xavier Smets, Sr. Aldegonde Flekcen, Sr. Martha Bierings - tiba di Malang pada 6 Pebruari 1900.
Menempati biara di Jalan Celaket (nama lama untuk kawasan yang kini bagian dari Jaksa Agung Suprapto) dan pada 1 Maret 1900 membuka taman kanak-kanak. Kemudian, pada 1 Mei 1900, mereka mendirikan SD dan asrama.
Sekolah kemudian berkembang : pendidikan guru Santo Agustinus didirikan pada 21 Juli 1903.
Setelah masa kemerdekaan, sekolah SMAKS/ SMA Cor Jesu pernah dibumihanguskan saat Agresi Militer Belanda I (1947) dan kemudian dibangun kembali tahun 1951. Saat dibangun ulang, pemerintah memberikan bantuan Rp 256.000.
Pendirian SMAKS Cor Jesu secara formal tercatat 15 Juli 1951. Gedung sekolah tersebut memiliki gaya arsitektur kolonial dan menjadi salah satu bangunan dengan status sebagai cagar budaya di Malang.
Jalan Jaksa Agung Suprapto / Tjelaket / Celaket