Membayangkan Masa Depan Bebas Asam Urat
Bayangkan jika dalam 20 tahun ke depan, terapi gen uricase menjadi standar pengobatan. Pasien tidak lagi harus menahan sakit berhari-hari akibat serangan asam urat. Rumah sakit tidak lagi dipenuhi pasien dengan komplikasi batu ginjal atau gagal ginjal akibat hiperurisemia. Sistem kesehatan pun lebih ringan bebannya, karena pencegahan lebih murah dibanding penanganan penyakit kronis.
Namun, membayangkan saja tidak cukup. Indonesia perlu menyiapkan diri sejak dini. Pertama, melalui penelitian lokal yang ikut menguji efektivitas dan keamanan teknologi ini pada populasi Asia Tenggara. Kedua, dengan memperkuat sistem regulasi bioteknologi agar siap menghadapi era terapi gen. Ketiga, yang tak kalah penting, melalui edukasi publik bahwa sains bukan sekadar "ilmu jauh di laboratorium", melainkan solusi nyata untuk penyakit yang sehari-hari mereka derita.
Menghubungkan Tradisi dan Sains
Menariknya, di Indonesia penyakit asam urat sering dihubungkan dengan tradisi makanan tertentu. Misalnya, konsumsi jeroan atau seafood dalam hajatan sering dianggap penyebab kambuhnya penyakit. Banyak pula pengobatan alternatif yang beredar, mulai dari jamu herbal hingga terapi rendaman kaki. Walaupun beberapa metode tradisional mungkin memberikan efek placebo atau manfaat terbatas, tidak ada yang benar-benar menyentuh akar persoalan: tubuh manusia memang kehilangan kemampuan genetis untuk mengurai asam urat.
Dengan demikian, kebangkitan kembali gen uricase menjadi bentuk "rekonsiliasi" antara masa lalu evolusi dan masa depan kesehatan manusia. Seolah-olah sains modern memberi kesempatan kedua bagi tubuh manusia untuk memperbaiki "kesalahan evolusi" jutaan tahun silam.
Kisah tentang kebangkitan gen uricase purba bukan sekadar berita sains yang menarik, tetapi juga simbol harapan bagi jutaan penderita asam urat di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Ia menunjukkan betapa pengetahuan tentang sejarah evolusi dapat diterjemahkan menjadi solusi medis yang konkret.
Tentu perjalanan masih Panjang : uji hewan, uji klinis manusia, hingga perdebatan etika akan mewarnai langkah ke depan. Namun, jika berhasil, terapi gen ini akan menjadi revolusi dalam dunia kesehatan, menggeser paradigma pengobatan dari sekadar meredakan gejala menuju memperbaiki akar biologis penyakit.
Di negeri dengan angka penderita asam urat yang terus meningkat, wacana ini perlu segera disosialisasikan. Bukan hanya agar masyarakat tahu ada harapan baru, tetapi juga agar kita sebagai bangsa siap menyambut era baru pengobatan yang melibatkan rekayasa genetik. Dari gen berusia 20 juta tahun, lahirlah kemungkinan masa depan bebas asam urat.
Lihat :
https://www.sciencealert.com/scientists-revive-20-million-year-old-gene-to-help-fight-gout