Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menghidupkan Gen Tua untuk Melawan Asam Urat

5 September 2025   20:38 Diperbarui: 5 September 2025   20:38 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Asam Urat. Sumber : Boy Anupang via  sciencealert.com.

Implikasi Medis yang Luas

Jika penelitian ini terbukti aman pada hewan dan kemudian manusia, manfaatnya akan jauh melampaui sekadar mengatasi asam urat. Kadar asam urat tinggi sudah lama dikaitkan dengan berbagai penyakit serius : hipertensi, batu ginjal, penyakit jantung, bahkan sindrom metabolik. Dengan kata lain, terapi berbasis kebangkitan gen purba ini berpotensi menjadi pintu masuk pencegahan penyakit kronis yang selama ini menjadi beban sistem kesehatan global.

Eric Gaucher menegaskan, "Dengan menurunkan asam urat, kita berpotensi mencegah beberapa penyakit sekaligus." Pandangan ini tidak berlebihan, mengingat hiperurisemia diperkirakan dialami 1 dari 5 orang dewasa di Amerika Serikat. Di Indonesia, meski data statistik nasional tidak sejelas itu, tren konsumsi makanan berpurin tinggi, minuman manis, serta gaya hidup sedentari membuat penyakit ini semakin lazim ditemui di rumah sakit.

Asam Urat di Indonesia : Antara Gaya Hidup dan Akses Pengobatan

Di negeri ini, asam urat kerap dipandang sebagai "penyakit orang tua". Padahal, kini banyak pasien berusia muda mulai mengalaminya, terutama mereka yang terbiasa dengan pola makan cepat saji dan minuman manis kemasan. Budaya nongkrong dengan daging bakar, sate kambing, ditambah alkohol atau minuman bersoda semakin memperbesar risiko.

Obat-obatan modern seperti allopurinol memang tersedia, tetapi tidak selalu efektif bagi semua orang. Efek samping seperti reaksi alergi, gangguan hati, atau bahkan gagal ginjal pada kasus tertentu membuat sebagian pasien kesulitan bertahan dengan terapi jangka panjang. Belum lagi biaya pengobatan yang tidak selalu murah bagi masyarakat kecil.

Dalam konteks ini, temuan tentang gen uricase purba membawa secercah harapan. Jika teknologi terapi gen ini dapat dikembangkan lebih lanjut dan tersedia secara luas, pasien tidak hanya akan terbebas dari nyeri sendi yang melemahkan, tetapi juga terlindung dari komplikasi kronis seperti gagal ginjal atau penyakit jantung.

Pertanyaan Etika dan Keamanan

Namun, optimisme ini harus diimbangi dengan kewaspadaan. Intervensi pada tingkat genetik bukanlah hal sepele. Pertama, masih perlu dipastikan mengaktifkan kembali gen purba tidak akan mengganggu proses biologis lain yang penting. Alam tentu punya alasan ketika "memilih" untuk menonaktifkan uricase jutaan tahun lalu, meskipun kini alasannya sudah tidak relevan.

Kedua, penerapan terapi gen pada manusia menimbulkan pertanyaan etis : apakah manusia berhak "memodifikasi" tubuhnya dengan kode genetika yang sudah lama hilang? Bagaimana memastikan teknologi ini tidak hanya dinikmati kelompok kaya, sementara masyarakat miskin tetap terjebak dengan pengobatan konvensional yang penuh keterbatasan?

Ketiga, persoalan distribusi dan edukasi kesehatan juga tak kalah penting. Terapi gen adalah produk teknologi tinggi yang memerlukan biaya besar. Tanpa regulasi dan komitmen negara, besar kemungkinan kesenjangan akses akan semakin melebar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun