Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Cafe Bunker Ijen: Warisan Kolonial, Ruang Kreatif, dan Masa Depan Wisata Sejarah Kota Malang

15 April 2025   17:58 Diperbarui: 16 April 2025   14:45 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dewi Utari, Haris dan Penulis dalam foto kolase. (Foto: Parlin Pakpahan)

Di tengah geliat pembangunan dan modernisasi Kota Malang, muncul sebuah kejutan manis yang menggugah ingatan kolektif akan sejarah panjang kota ini. 

Tepat di Jl. Terusan Ijen, bersisian dengan gate penanda wilayah Kelurahan Bareng, berdirilah sebuah kafe unik bernama Cafe Bunker. Lokasinya sangat strategis---persis berada dalam lanskap visual lurus dari Ijen Boulevard yang ikonik, kawasan elite kolonial yang ditata arsitek legendaris Thomas Karsten pada awal abad ke-20.

Penulis di dalam Bunker. (Foto: Haris.)
Penulis di dalam Bunker. (Foto: Haris.)

Yang membuat cafe ini istimewa bukan hanya letaknya yang eksklusif, melainkan bangunan tua di bawahnya yang ternyata menyimpan misteri sejarah di bawah tanah, yaitu sebuah bunker peninggalan Belanda. 

Cafe ini seolah membuka kembali tabir masa lalu Kota Malang, mempertemukan arsitektur kolonial dengan ruang bawah tanah yang penuh teka-teki. Dalam suasana malam yang hening dan remang cahaya lampu, pengunjung kini bisa menyusuri bunker bersejarah yang dulunya terkubur dalam diam dan tanah selama puluhan tahun.

Menghidupkan Bunker yang Terlupakan

Adalah pasangan suami istri, Dewi Utari dan Haris, yang dengan penuh semangat menyulap bangunan tua seluas 1.100 meter persegi ini menjadi ruang publik kreatif. 

Proses membersihkan bunker bukan pekerjaan sepele - sekitar sepuluh truk tanah diangkut demi membuka kembali ruang bawah tanah yang telah lama ditinggalkan. 

Utari, seorang dosen di Universitas Brawijaya sekaligus praktisi perjalanan wisata, menyadari betul potensi besar dari lokasi ini. Dengan semangat, ia menyatakan bahwa bunker ini memang telah lama masuk dalam daftar cagar budaya Kota Malang, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Pintu masuk ke Cafe Bunker Ijen. (Foto: Parlin Pakpahan)
Pintu masuk ke Cafe Bunker Ijen. (Foto: Parlin Pakpahan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun