Faktor lain yang lebih dominan
Indonesia tetap memiliki daya tarik ekonomi yang besar karena faktor lain seperti bonus demografi, potensi hilirisasi sumberdaya alam, dan digitalisasi ekonomi. Faktor-faktor ini bisa lebih berpengaruh dibanding sekadar revisi angka OECD.
Revisi proyeksi OECD memang memberikan sinyal perlambatan ekonomi, tetapi dampaknya terhadap posisi Indonesia di tatanan global tidak terlalu signifikan. Yang lebih penting adalah bagaimana pemerintah dan pelaku ekonomi merespons tantangan ini dengan kebijakan dan strategi yang tepat.
Pemerintah sepertinya sudah mengantisipasi itu dengan meluncurkan Danantara misalnya, sehingga kita tak terlalu bergantung pada pinjaman asing. Juga belum lama ini Presiden Prabowo telah menyatakan pemerintah dalam tempo dekat ini akan meluncurkan kuranglebih 30 proyek strategis nasional.
Langkah pemerintah meluncurkan Danantara dan sekitar 30 proyek strategis nasional (PSN) dalam waktu dekat adalah strategi yang cukup solid untuk menghadapi potensi perlambatan ekonomi yang diproyeksikan OECD.
Danantara : alternatif pendanaan yang lebih mandiri
Danantara, sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) atau dana abadi Indonesia, bertujuan mengurangi ketergantungan pada pinjaman asing dengan menarik investasi dari sumber-sumber non-tradisional, seperti dana pensiun global dan sovereign wealth fund dari negara lain.
Mengurangi risiko utang asing
Dengan Danantara, proyek-proyek pembangunan bisa mendapatkan pendanaan jangka panjang tanpa harus menambah beban utang luar negeri yang sering kali disertai dengan syarat politik atau ekonomi tertentu.
Meningkatkan kepercayaan investor domestik dan asing
Dengan mekanisme pengelolaan yang transparan dan profesional, Danantara bisa meningkatkan daya tarik investasi Indonesia. Jika berhasil, ini dapat mendukung pertumbuhan ekonomi lebih dari yang diperkirakan OECD.