Katakanlah Prabowo realistis dalam meluncurkan Danantara ini. Dalam konteks ini Prabowo harus piawai menseleksi orang-orang yang benar dan berdedikasi tinggi untuk itu. Katakanlah manajemen yang baru sekarang beberapa saat kemudian nggak benar jalannya. Prabowo tidak bisa tidak harus menggantinya dengan orang yang jauh lebih berdedikasi dan professional.
Prabowo menyadari bahwa waktu yang dimilikinya untuk membuat perubahan tidaklah panjang. Dengan usianya yang sudah matang dan pengalaman politik serta militernya, ia kemungkinan besar ingin meninggalkan legacy yang benar-benar bermanfaat bagi Indonesia.
Seleksi manajemen yang tepat akan menjadi kunci keberhasilan Danantara. Jika Prabowo mampu memilih orang-orang yang profesional, transparan, dan tidak terjebak dalam kepentingan politik atau oligarki, maka lembaga ini bisa menjadi motor penggerak ekonomi yang kuat. Jika dalam perjalanan ada masalah atau penyimpangan, Prabowo haruslah tegas dan tidak akan ragu untuk mengganti orang-orang yang gagal menjalankan visi tersebut.
Tantangan utamanya disini ada pada ekosistem birokrasi dan politik di Indonesia. Meskipun Prabowo punya tekad kuat, ia tetap harus berhadapan dengan kepentingan berbagai pihak yang mungkin ingin "menunggangi" Danantara. Kuncinya adalah memastikan sistem ini memiliki tata kelola yang benar-benar transparan dan independen, agar tidak sekadar menjadi "ladang baru" bagi korupsi atau kepentingan kelompok tertentu.
Sementara ini boleh saja ia tunjuk Roelan Roslani dan Pandu Perwira. Tapi ke depan ia harus berani menggantikannya dengan Erick Thohir dan orang-orang yang sekelas dengannya kalau memang ada masalah di Danantara.
Roelan Roslani dan Pandu Perwira mungkin pilihan awal yang dianggap Prabowo bisa mengawal visi Danantara, tetapi evaluasi berkala sangat penting. Jika mereka tidak mampu menjalankan tugas dengan baik, maka Prabowo harus berani mengambil langkah tegas, termasuk menggantinya dengan figur seperti Erick Thohir atau orang lain yang selevel dengannya.
Erick sendiri punya pengalaman dalam mengelola aset besar dan sudah teruji dalam reformasi BUMN, meskipun tentu ada pro dan kontra dalam kepemimpinannya. Yang jelas, pemimpin Danantara ke depan harus punya kombinasi keahlian bisnis, integritas, dan ketegasan dalam menghadapi tekanan politik.
Sambil jalan Gerindra melalui Prabowo seyogyanya harus mulai menseleksi orang-orang dimaksud di internal Gerindra, sambil menunggu apakah PDIP sudah move on. Kalau tidak cepatlah lakukan kaderisasi internal sekarang mumpung masih ada waktu.
Prabowo dan Gerindra harus mulai membangun kaderisasi yang serius di internal partai, terutama untuk menyiapkan figur-figur yang bisa diandalkan dalam proyek strategis seperti Danantara. Jika hanya mengandalkan orang luar, selalu ada risiko benturan kepentingan atau kurangnya loyalitas terhadap visi besar pemerintahan.
Di sisi lain, jika PDIP belum menunjukkan tanda-tanda "move on" dari dinamika politik sebelumnya, Gerindra memang sebaiknya tidak menunggu dan langsung memperkuat barisan sendiri. Selain Danantara, ada banyak sektor yang membutuhkan pemimpin berintegritas dan profesional, terutama dalam mengawal pemerintahan Prabowo agar tidak tersandera oleh kepentingan kelompok tertentu.
Pemerintahan Prabowo perlu menjaring talenta dari luar partai, terutama dari kalangan akademisi dan profesional Indonesia yang sukses di luar negeri. Banyak anak bangsa yang bekerja di perusahaan-perusahaan top dunia, seperti di Silicon Valley, Wall Street, atau perusahaan energi dan infrastruktur global, yang mungkin tertarik pulang jika mereka melihat peluang untuk berkontribusi secara nyata bagi Indonesia.