Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Melancholy Blues

22 Juli 2023   01:03 Diperbarui: 22 Juli 2023   01:17 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan klasik Edward Munch  yang mengilustrasikan Melancholy. Foto: edwardmunch.org

Dalam kebosanan mencari itu. Ia mencoba melihat hal-hal seperti yang diinginkannya, untuk menemukan apa arti penting di dalamnya, bagaimana kesungguhan, semangat dan kekuatan pemenuhan yang dirindukannya. Itu tak pernah berhasl. Semuanya terbatas, dan semua keterbatasan itu adalah cacat. Dan cacat ini adalah kekecewaan bagi hati yang mendambakan yang mutlak. Kekecewaan ini menyebar hingga menimbulkan perasaan hampa yang besar. Tidak ada yang berharga. Tidak ada yang pantas diklaim atas perhatian seseorang.

Melancholy Blues penting untuk mengungkit kedirian kita di masa kini, dimana kisah jutaan "cinta mallabab" di portibi atau di dunia ini, bukan hanya sekadar kecengengan cinta, melainkan sebuah pergulatan manusia yang seringkali menamatkan kisah eksistensialnya karena sebuah melancholy yang tak lagi rasional yang telah dikalahkan oleh dahsyatnya melancholy yang menjadi awan kumulus tanpa akhir yang berpotensi besar untuk penghancuran diri yang jelas-jelas membuktikan bahwa kita lari dari tanggungjawab moral di hadapan Ilahi.

Hilangnya keinginan untuk melawan, menyebabkan luka menyatu dengan elemen dalam diri manusia. Kedekatan rasa sakit ini telah memperjelas bahwa kita sedang berurusan dengan sesuatu yang konstitutif. Elemennya yang tepat tidak terletak pada sebab-sebab dan dorongan-dorongan eksternal, tetapi pada batin manusia.

Apa yang selama ini kita sebut "kehidupan" bukanlah sesuatu yang univokal. Itu diduga diatur oleh sepasang dorongan dasar yang berlawanan secara diametris satu sama lain, yang satu, untuk ada, untuk menegaskan diri, untuk berkembang, untuk maju; yang lain, menghancurkan diri sendiri, binasa.

Pandangan seperti ini menawarkan solusi tunggal yi bagaimana cara kita bertindak? Jika sesuatu mengancam kita, kita membela diri. Jika kita terancam kita akan melakukan pembalasan. Objek yang mengancam bisa menimbulkan rasa takut, tetapi juga menggoda. Dalam menghadapi bahaya kematian, kita bersikap defensif. Namun, pada saat yang sama, kita merasa sangat tertarik, karena ada sesuatu dalam diri kita yang mendorong kita untuk bertindak.

Dari sudut pandang ini dapat dlihat sekilas sintesa metafisik utama. inilah dorongan untuk sesuatu yang spiritual, untuk "penolakan diri yang besar", untuk keinginan mati agar sesuatu yang lebih mulia dapat muncul.

Semua ini menciptakan ketegangan vital. Semangat melankolis, bagaimanapun, cenderung pergi ke ujung yang dalam. Dorongan untuk menghancurkan diri sendiri mengancam untuk mendapatkan penguasaan. Rasa sakit dan kematian menjadi daya tarik yang berbahaya.

Jika diabstraksi sesuatu yang dipersonifikasikan dengan baik, akan ditemukan dasar tindakan yang pasti yang pure ide atau pemikiran, dan itu hanya di bidang yang pure alam dengan jalurnya yang teratur. Tetapi jika nilai itu ada dalam kehidupan seseorang, didukung oleh kekuatan batinnya, tunduk pada keinginan bebasnya, maka pelaksanaan sesuatu yang univokal dapat mengambil berbagai bentuk. 

Semakin tinggi nilainya, semakin banyak kemungkinan pelaksanaannya. Semakin ditinggikan nilainya, semakin besar kemungkinan menghasilkan efek yang mengganggu. Yang paling ditinggikan adalah yang paling berbahaya. Sementara hadiah besar tidak pernah dimenangkan dengan gaya hidup sederhana.

Nasib manusia adalah batas hidup, untuk mengenali fakta dan menjalani kehidupannya yang terbatas. Itu membuatnya berada di alam realitas. Akibatnya ia bebas dari daya tarik palsu, kesatuan langsung dengan Tuhan serta identifikasi langsung dengan alam. Jurang mengelilinginya. Dengan demikian jalan manusia menuju alam dipatahkan oleh rasa tanggungjawab kepada Tuhan. 

Seluruh sikapnya terhadap alam berada di bawah lingkup ruh, di bawah kewajiban martabat sebagai isi dari tanggung jawab ini. Jalannya menuju Ilahi diinterupsi oleh kesadaran bahwa dia hanyalah makhluk, bahwa pada dasarnya dia harus datang kepada Ilahi dengan tindakan yang sekaligus menandakan perpisahan dan penyatuan, pemujaan dan ketaatan. Setiap ucapan tentang Ilahi yang tidak dapat diasimilasi menjadi pemujaan adalah salah,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun