Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Perang Ukraina Membuktikan Pemahaman Barat yang Menurun tentang "Dunia Now"

4 Maret 2022   19:28 Diperbarui: 12 Maret 2022   03:30 2186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang pria berjalan di depan sebuah bangunan yang hancur setelah serangan rudal Rusia di kota Vasylkiv, dekat Kyiv, Minggu (27/2/2022). (Foto: AFP/DIMITAR DILKOFF via kompas.com)

Salah satu aspek yang membuat barat frustrasi dari invasi Russia ke Ukraina adalah bagaimana tindakan Vladimir Putin begitu mengejutkan barat. Pengulangan yang menyedihkan, yang berulang kali diungkapkan barat adalah bahwa keputusan Russia untuk berperang bukanlah tindakan "rasional" atau "logis."

Meminjam kata-kata Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace belum lama ini, Putin telah "gone full tonto" atau bertindak bodoh - seseorang yang telah kehilangan semua hubungan dengan kenyataan - tindakannya tidak dapat dijelaskan atau dipahami.

Masalahnya, pasti ada alasan mengapa Putin memutuskan untuk bertindak seperti itu. Barat mungkin tidak memahaminya, tetapi itu karena persepsi mereka tentang dunia terlalu banyak dibingkai dalam interpretasi barat tentang apa yang penting dan bagaimana negara harus berperilaku.

Dalam dunia now, interpretasi barat yang sudah terlalu lama diyakini sebagai bakal diterima dan dipatuhi secara universal adalah salah. Adalah sebuah keangkuhan ideologis untuk berasumsi bahwa prioritas Moskow pasti cocok dengan cara pandang sebagian besar Eropa dan Amerika Utara. 

Dengan demikian, perkembangan terakhir memberi tahu kita lebih banyak tentang kegagalan banyak orang di dunia barat untuk memahami Russia daripada kegagalan logika seperti yang akhir-akhir ini disematkan kepada Putin.

Sangat mudah untuk melupakan di tengah semua kecemasan saat ini, niat Moskow telah sangat jelas selama dekade terakhir. Namun banyak orang di Eropa dengan sengaja menolak untuk percaya bahwa Russia akan menyerang sampai tank-tanknya melintasi perbatasan Ukraina pada 24 Pebruari ybl.

Celakanya lagi, banyak pemimpin barat berasumsi tekanan mereka pada ekonomi Russia, pada assets yang dimiliki oleh Putin dan pada anggota pemerintahannya akan dengan sendirinya menghalangi agresi Russia.

Inilah cara pandang dunia barat sampai sekarang. Mereka sungguh keliru meyakinkan diri mereka dengan cara pandang seperti itu. Benar para elite Russia bahkan elite China dan banyak pengamat internasional affairs bahwa barat belum lepas dari mental perang dingin dekade 1980-an sampai Uni Soviet bubar.

Sangatlah memprihatinkan bahwa pengetahuan seperti itu masih tertanam kuat dalam geopolitik global. Terlepas dari semua kemajuan teknologi komunikasi, pemahaman masing-masing negara tentang dunia tidaklah seragam.

Hal ini tidak hanya mencerminkan pentingnya geografi, tetapi juga perbedaan dalam ikatan sosial, ekonomi dan budaya, serta gesekan linguistik. 

Oleh karena itu, secara umum, negara-negara akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang tetangga dekatnya ketimbang rekan-rekan mereka yang lebih jauh, terutama ketika pengaruh lain bertemu.

Ini menciptakan masalah khusus bagi barat karena ekonomi global yang berkembang pesat sekarang telah mengikis keunggulan historisnya dan meningkatkan signifikansi negara-negara yang jauh dan kurang dipahami, terutama di Asia.

Vladimir Putin dan Xi Jinping. Foto: reuters.com
Vladimir Putin dan Xi Jinping. Foto: reuters.com

Bagaimanapun, negara-negara Barat memiliki sejarah panjang dalam meremehkan atau salah dalam menilai rekan-rekan Asia mereka, termasuk Jepang.

Ini mungkin tidak menjadi masalah ketika kekuatan Barat tidak tertandingi, dan Asia relatif tidak penting. Tetapi ketika pusat ekonomi global terus bergeser ke arah timur, kesenjangan pengetahuan ini akan meluas dan menjadi lebih bermasalah.

Ini terbukti dalam banyak wacana barat tentang China, yang sering kali tampaknya didasarkan pada pemahaman yang sangat terbatas tentang negara itu, terlepas dari sejarahnya yang kaya, ukuran ekonomi, dan kepentingan politiknya. Ketidaktahuan dimulai sejak dini dalam proses pendidikan.

Di barat, China, bahkan Russia sekarang sama sekali bukan komponen inti dari kurikulum sekolah. Tak heran kedua negara itu hampir tidak ada dalam pikiran anak sekolah mereka. 

Sejumlah kecil belajar bahasa Russia dan Mandarin sampai akhir sekolah menengah, dan bahkan lebih sedikit lagi yang belajar bahasa Russia dan Mandarin di universitas.

Hal ini kemudian merembes ke dalam wacana publik yang lebih luas, termasuk di tingkat pemerintahan. Hanya sebagian kecil dari mereka yang duduk di parlemen dalam platform lintas partai yang berdiskusi tentang hubungan barat dengan Russia atau China dalam wacana masa kini. 

Dan sesuai prinsip bahwa ketidaktahuan melahirkan kepercayaan diri yang berlebihan, maka tidaklah mengherankan bahwa banyak suara anti Russia dan China di parlemen barat, karena mereka tidak memiliki pengalaman langsung di negara tersebut.

Namun kesenjangan pengetahuan ini tidak hanya terbatas seperti itu. Retorika setelah Inggeris Raya meninggalkan Uni Eropa bahwa Inggeris harus menjadi Singapore mencerminkan kesalahpahaman yang mendalam tentang bagaimana negara-kota Asia itu berfungsi dan selanjutnya tidak relevannya perbandingan semacam itu.

Roket Russia menyasar Kiev. Foto: worldakkam.com
Roket Russia menyasar Kiev. Foto: worldakkam.com

Demikian pula, sebagian besar narasi tentang bagaimana Amerika dapat menjadi pemain berpengaruh dalam geopolitik dan perdagangan Asia misalnya didasarkan pada pandangan yang sangat basi tentang kawasan dan peran yang dimiliki negara-negara eksternal sekarang.

Contoh di atas adalah tema di seluruh negara Barat. Dan sementara kesenjangan pengetahuan yang melebar mungkin tak terhindarkan dan berbahaya, maka dalam jangka panjang tanpa adanya perubahan dalam memandang tatanan global yang sedang berproses begitu dinamis sekarang, itu akan berakibat fatal.

Pertama, hal itu akan mengarah pada perdebatan beracun dengan nada tinggi, tanpa ruang lingkup untuk nuansa dan pemahaman, dan dimana dogma ideologis mengisi kekosongan ketidaktahuan. 

Hal ini tidak hanya menciptakan narasi yang salah, misalnya, harapan yang terus berlanjut bahwa ekonomi China tak ada bedanya dengan gaya Soviet tempo doeloe, tetapi juga menanamkan ketegangan dan dendam dalam hubungan internasional karena para dogmatis jarang melihat kontradiksi dan kemunafikan mereka.

Kedua, kesenjangan pengetahuan yang semakin melebar berisiko menimbulkan kesalahpahaman yang berpotensi menjadi bencana besar antara Barat dan kekuatan yang bangkit kembali, khususnya Russia dan China.

Jika negara-negara Barat tetap memandang dunia melalui prisma ideologi, nilai dan keyakinan mereka sendiri, maka mereka tidak perlu terkejut ketika perkembangan yang terjadi sekarang tidak sesuai dengan harapan mereka. 

Kesenjangan pengetahuan ini asimetris karena Russia dan China malah memahami Barat jauh lebih banyak daripada yang dipahami barat sekarang.

Ketika pengaruh Barat berkurang, pemahaman relatifnya tentang seluruh dunia sedang terkikis. Negara-negara yang tumbuh cepat sekarang ini adalah yang kurang dipahaminya.

Dengan demikian, jika negara-negara Barat ingin menghindari guncangan lagi seperti yang terjadi di Ukraina, maka mengatasi kesenjangan pengetahuan yang semakin melebar ini harus menjadi prioritas, serta pengakuan bahwa nilai dan prioritas barat memiliki komponen temporal, spasial. 

Dan untuk ekonomi yang signifikan korelasinya, sadarlah tidak semua negara akan secara bersamaan berbagi atau bermain disitu.

Joyogrand, Malang, Fri', March 04, 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun