Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Margonda Raya: Lo Lagi Lo Lagi!

23 Desember 2021   16:51 Diperbarui: 25 Desember 2021   11:48 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trotoar Margonda setelah dikerjakan. Foto : Parlin Pakpahan.

Proyek tersebut, juga menurut keterangan plang posko, hanya memakan waktu kurang lebih satu bulan yang dimulai dari 9 November hingga 27 Desember 2021. Proyek yang benar-benar kilat. Penyelesaiannya tinggal empat hari lagi sejak tulisan ini tayang.

Masalahnya, proyek jadul yang senantiasa diremajakan ini sesungguhnya sudah sangat membosankan. Dulu di zaman Nur Machmudi Ismail lebih dahsyat lagi, pembenahan trotoar sekaligus penggantian riol bawah tanah yang berukuran lebih besar dari sebelumnya.

Margonda arah Pocin pun jadi macet nggak karuan. Padahal tahun sebelumnya ada juga penataan trotoar minus riol dilokasi serupa. Kini dizaman Idris, lebih ditekankan Margonda mulai dari Tugu Siliwangi sampai perempatan AR Hakim setelah kantor Pemkot dan ITC Depok.

Pinternya 3 segmen bo. Artinya TA 2022 akan ada lagi proyek serupa, satuannya mudah-mudahan sih nggak pendek seperti sekarang, sisi kiri dan kanan Margonda yang totalnya hanya kurabg-lebih 620 meter saja.

Soal pengulangan yang membosankan, saya pikir boleh jadi karena yang bertahta di kursi Depok 1 selama ini adalah kader-kader PKS, maka ada sebuah keterlenaan panjang yang tak disadari bahwa Depok adalah kota satelit Jakarta. Lihat Polres Metro Depok saja adalah bagian dari wilayah kerja Polda Metro Jaya. Ini artinya Depok tak bisa lagi ditangani hanya sekadar cipta-cipta proyek mini yang bisa dibagi-bagi kepada para fans.

Tapi Depok harus dilihat jauh ke depan sebagai sebuah kota kecil tapi kaliber metro yang tak boleh salah tata, sehingga ada pengulangan-pengulangan yang justeru sangat koruptif dan boros anggarannya.

Contohnya Margonda Raya. Saya pikir, ini tak perlu diperah lagi pada tahun-tahun berikut setelah 2022. Karena dibikin seperti apapun, penataan jalan Margonda Raya serupa yang didalihkan di Bappeda takkan menghasilkan apa-apa. Margonda akan tetap riuh dan macet nggak keruan di jam berangkat kerja pagi hari dan pulang kerja sore hari. Maklum Margonda adalah jalan utama penghubung Jabodetabek.

Tampilan Trotoar Margonda setelah dikerjakan. Foto : Parlin Pakpahan.
Tampilan Trotoar Margonda setelah dikerjakan. Foto : Parlin Pakpahan.

Untuk bebas dari kemacetan, Depok tak bisa lagi mengobral lagu yang katanya mendidik para pengguna jalan seperti kata tayangan Idris tahun-tahun kemarin di setiap traffic light. Yang terjadi dalam tayangan itu malah noise berlebihan di kuping kita dan para pengendara semua membudekkan telinga. Juga tak bisa lagi hanya mengiming-imingi rakyat pemilih dengan doku-doku bantuan yang tak seberapa.

Yang perlu sekarang adalah membuat jalan layang mulai dari Sawangan hingga Tugu Salak yang mau ke arah UI. Dan ada underpass di titik-titik macet mulai dari GDC, Stadel, Kartini persis di depan pintu kereta Dewi Sartika, termasuk underpass di kitaran D'Mal dan Pocin. Kalau nggak salah Gubernur Jabar Ridwan Kamil pernah menyinggung tentang pilihan jalan layang ini.

Selebihnya tentu proyek pertamanannya Pak Idris boleh dilanjutkan, entah di titik manapun itu dengan konsep-konsep pertamanan yang bagus, pendeknya dirancang dan dikerjakan betul-betul professional terkait tanaman penghijauan dan tanaman hias pilihan buat sebuah kota yang sudah berkategori metro seperti Depok sekarang ini. Jangan lagi amatiran. Masak di Margonda Trembesi ditanam di pulau-pulau jalan dalam jarak berdekatan atau pot-pot tanaman hias dengan tanaman asal-asalan yang menghalangi para pejalan kaki di Jln Pemuda, Depok Bolanda, dan kini semuanya sudah hancur berantakan, karena pastilah ada yang kesal dengan penataan asal tata seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun