Mohon tunggu...
Fahriza Alfathyra
Fahriza Alfathyra Mohon Tunggu... Lainnya - Tugas

hanya untuk tugas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sadly

20 Oktober 2020   14:48 Diperbarui: 20 Oktober 2020   15:26 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Apa cucu anda pernah bertengkar dengan seseorang?'

"Pernah, tapi pertengkaran biasa dengan teman sebayanya, dulu pernah juga dia pulang dengan memar di wajahnya, katanya dipukul Hadi Cakil.'

"Hadi Cakil kakaknya Dina tadi?"

"Iya pak, dia preman wonokromo, awalnya saya anggap dia yang mengatur dan melindungi cucu saya saat ngamen, tapi nyatanya dia malah sering memeras dan memukuli cucu saya."

"Anda kan tahu seperti itu, lalu apa tindakan anda?"

"Saya ini hanya seorang tua renta, yang bisa saya lakukan hanya melarang cucu saya ikut Hadi Cakil. Beruntung ada sanggar Ilalang, sehingga cucu saya bisa mendapat pembinaan dan perlindungan. "

"Baiklah, kakek sabar saja, kami akan beri kabar setelah ada perkembangan. Sekarang kakek pulang saja." Iptu Mulyono terenyuh melihat kakek renta itu keluar dari kantor polisi dengan langkah ringkih. Dia berharap dapat segera membantu kakek Sadli.

Rupanya niat baik Iptu Mulyono mendapat kemudahan, tepat setengah dua belas setelah dia sholat dhuhur jajarannya mendapat laporan penemuan kardus besar berisi potongan tubuh yang membusuk. Diapun segera meluncur ke TKP.

***

Bersamanya, Tim Forensik segera melakukan olah TKP dan identifikasi korban. Beruntung Iptu Mulyono mengenal wajah mayat itu meski sudah sedikit membusuk, wajah mayat itu persis seperti foto cucu kakek Sadli yang dilaporkan hilang tadi pagi.

"Pak Mul, pukul berapa sekarang? Jam saya rusak nih" tanya dokter Sisca sambil mengambil beberapa sampel belatung yang mengerubungi potongan mayat tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun