Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jalan Kaki Puluhan Kilometer Setiap Hari, Begini Kerasnya Perjuangan Kakek Cecep

3 November 2018   01:15 Diperbarui: 3 November 2018   05:00 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kakek Cecep Asmaja (Pribadi)

"Rawamangun-Cikini paling dua jam, Cikini-Priok dua jam, Senen ke Grogol hanya satu jam. Senen ke Pulogadung juga satu jam. Jualannya ke tukang jahit, konveksi, restoran masuk ke dalam. Tapi bukan gelar, kalau gelar mah nggak dapat duit. Langsung aja ditawarin ke orang-orang yang lagi makan."

Begitulah sedikit kalimat perkenalan dari Cecep Asmaja, seorang kakek yang telah berusia 71 tahun. Ia adalah seorang pedagang keliling lintas kotamadya di pusat pemerintahan Indonesia. Punggungnya agak membungkuk, jalannya lumayan tertatih, dan kulitnya yang sudah mulai mengendur.

Sore itu, Jumat (2/11/2018), Kakek Cecep tanpa ragu bercerita tentang sebagian dari latar belakang kehidupannya di sebuah toko kepunyaan Ucok 17 yang terletak di Pasar Cikini Ampiun, Jakarta Pusat, tak jauh dari Stasiun Cikini.

Toko Ucok 17 adalah tempat Kakek Cecep berbelanja barang dagangannya, seperti tisu, minyak angin, dan sejenisnya. Namun jadwal kedatangan Kakek Cecep ke toko langganannya itu tak menentu. Tergantung apakah dagangannya sudah habis atau belum. Bisa sekali seminggu tapi bisa juga dua kali dalam seminggu. Khusus untuk Kakek Cecep, ada kelonggaran khusus: barang yang diambil tak perlu bayar di muka alias boleh utang dulu.

Pada kedatangan berikutnya, Kakek Cecep akan membayarkan seluruh atau sebagian utangnya terlebih dahulu. Ia kemudian mengambil barang yang baru dan memulai "catatan" baru. Hebatnya, Kakek Cecep terbilang moncer kalau urusan hitung-menghitung. 

Dalam sekejap saja, ia bisa menjumlahkan harga barang yang ingin dibawanya kembali. Poin lebih lainnya, Kakek Cecep selalu mengingat jumlah utangnya dengan cermat meski ia tak punya buku catatan sama sekali.

Jalan Kaki Puluhan Kilo

Foto: Tangkapan Layar Google Map
Foto: Tangkapan Layar Google Map
Usai berbelanja, Kakek Cecep akan kembali memulai ritual jalan kakinya. Rutenya pun sembarang saja, tergantung ke mana dia suka. Kadang-kadang ke arah Jakarta Timur, Pusat, Selatan, Utara, maupun Barat. Misalnya, Kakek Cecep mungkin saja berada di Senen pada pagi hari tetapi sore harinya sudah berkeliling di Grogol.

Kakek Cecep menyusuri jalan sembari melihat peluang pasar di sekelilingnya. Jika ada warung makan atau keramaian lain, ia akan singgah menawarkan barang dagangannya. Dari sekian barang dagangan yang dibawa menggunakan kantong kresek itu, yang paling laris adalah tisu dari berbagai ukuran dan merek.

Di Google Map, jarak antara Senen ke Grogol adalah 9,1 kilometer yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 1 jam 52 menit. Jika rute itu ditempuh Pergi-Pulang (PP), itu berarti Kakek Cecep sudah biasa berjalan kaki sejauh 18,2 kilometer atau selama 3 jam 44 menit dalam sehari.

Berjalan kaki sejauh itu bukan lagi kelas ringan apalagi untuk ukuran Kakek Cecep yang sebetulnya sudah tergolong renta. Tetapi ada daya, hanya dengan cara itu Kakek Cecep bisa menyambung hidup. "Kurang lebih sudah 10 tahunan saya berjalan kaki. Sudah biasa saja, dinikmati saja," katanya bersyukur.

"Kek, seandainya Pak Jokowi mau kasih sepeda, mau nggak?" saya memancing reaksinya.

"Nggak mau, buat apa saya sepeda. Yang penting Satpol PP nggak recokin pedagang saja udah cukup. Mau makan apa nanti kalau pedagang dikerjain mulu," jawab Kakek Cecep.

"Yakin nolak sepeda dari Pak Jokowi?" sergap saya lagi.

"Kalo bisa jangan sepeda dong, saya maunya motor aja kalo emang mau ngasih," jawab Kakek Cecep yang bermimpi berdagang keliling dengan mengendarai sepeda motor. Bukan lagi mengandalkan kakinya yang makin rapuh.

Demikianlah sekilas perjuangan Kakek Cecep demi menyambung hidup di tengah kerasnya Ibu Kota.

Sila nikmati sedikit video wawancara dengan Kakek Cecep berikut ini:


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun