Mohon tunggu...
Andrian. S
Andrian. S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kehidupan Perantau di Kota: Menavigasi Kerasnya Urbanisasi

8 April 2024   17:47 Diperbarui: 8 April 2024   17:56 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN via Kompas.com)

Urbanisasi telah menjadi fenomena global yang melonjak dalam beberapa dekade terakhir, menarik jutaan orang untuk meninggalkan desa halaman mereka demi peluang yang dijanjikan di kota-kota besar. Bagi para perantau, kota adalah medan pertempuran yang keras, di mana mereka harus beradaptasi dengan lingkungan yang serba cepat, persaingan yang ketat, dan tantangan ekonomi yang tidak terduga.

Hidup di kota adalah pengalaman yang keras dan menuntut. Sebagai pusat aktivitas manusia, kota-kota menawarkan peluang yang melimpah, tetapi juga menghadirkan sejumlah tantangan yang menguji keberanian dan ketahanan individu. Dari kemacetan lalu lintas hingga tingkat polusi udara yang tinggi, kehidupan di kota seringkali dipenuhi dengan berbagai rintangan yang mempengaruhi kualitas hidup setiap orang.

Salah satu aspek yang paling menonjol dari kerasnya kehidupan kota bagi perantau adalah tekanan ekonomi yang terus menerus. Biaya hidup yang tinggi, mulai dari akomodasi hingga transportasi, sering kali membuat sulit bagi perantau untuk mengatasi pengeluaran sehari-hari mereka. Ini sering kali memaksa mereka untuk bekerja lebih keras, mengorbankan waktu dan tenaga untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Selain itu, aspek sosial juga menjadi faktor penting dalam kerasnya kehidupan kota bagi perantau. Merasa terisolasi dan jauh dari keluarga dan teman-teman lama, mereka harus membangun jaringan sosial baru di lingkungan yang asing dan sering kali tidak ramah. Perasaan kesepian dan kehilangan identitas juga bisa menjadi tantangan yang signifikan bagi perantau, karena mereka berusaha untuk menemukan tempat mereka dalam masyarakat yang baru.

Tidak kalah penting adalah tekanan psikologis yang dialami oleh banyak perantau. Mereka sering merasa tertekan oleh ekspektasi yang tinggi, baik dari diri sendiri maupun dari orang lain, untuk sukses dalam lingkungan yang kompetitif dan tidak kenal ampun. Perasaan cemas, depresi, dan stres mental sering kali menjadi akibatnya, memperburuk kesulitan yang mereka hadapi.

Meskipun kerasnya kehidupan kota bagi perantau tidak dapat dihindari, ada juga sisi positifnya. Banyak perantau yang berhasil menemukan kesuksesan dan kemandirian di kota, memanfaatkan peluang yang tersedia dan membangun kehidupan yang lebih baik bagi mereka sendiri dan keluarga mereka. Bagi sebagian orang, perantauan adalah perjalanan yang penuh tantangan namun memuaskan, yang membawa pertumbuhan pribadi dan profesional yang tak ternilai harganya.

"Perjuangan di Balik Modernitas"

Kota-kota besar sering kali menjadi pusat kehidupan yang sibuk, modern, dan serba cepat. Bagi para perantau yang datang dari pedesaan atau kota kecil, adaptasi terhadap kehidupan di tengah gemerlapnya kota bisa menjadi tantangan yang sangat besar. Dari tekanan finansial hingga isolasi sosial, para perantau sering menghadapi sejumlah kesulitan yang tidak diantisipasi saat mereka memutuskan untuk pindah ke kota besar.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh para perantau adalah biaya hidup yang tinggi. Harga sewa tempat tinggal, transportasi, dan kebutuhan sehari-hari sering kali jauh lebih mahal di kota besar dibandingkan dengan daerah asal mereka. Hal ini dapat membuat mereka merasa tertekan secara finansial dan sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Selain itu, perasaan kesepian dan isolasi sosial juga sering kali dirasakan oleh para perantau. Meskipun kota besar ramai dan penuh dengan orang, tetapi terkadang sulit bagi mereka untuk membangun hubungan sosial yang kokoh di tengah kesibukan dan anonimitas kota. Rasa rindu akan keluarga dan teman-teman di kampung halaman juga dapat meningkatkan tingkat isolasi sosial yang dirasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun