Profesor Uli Kozok. Itulah nama pria berdarah Jerman itu. Tapi jangan salah, Uli bukan tandingan saya---sebagai penutur asli bahasa Batak--, kemampuannya jauh di atas saya. Walau berdarah Jerman dan baru menginjakkan kaki di Indonesia tepatnya di Sumut pada 1990-an, pengetahuan "bule" Jerman soal bahasa dan budaya Batak sudah diakui. Paten kalilah pokoknya, meminjam istilah orang Medan.
Kehebatan Uli tersebut dapat dicermati lewat berbagai unggahannya di akun Facebook miliknya. Uli kerap membagikan banyak hal tentang budaya dan sejarah Batak yang sebelumnya sama sekali tidak pernah terdengar. Informasi itu digalinya dari berbagai sumber-sumber lawas, termasuk dari perpustakaan di Jerman dan Belanda.
Saya menilai Uli telah sukses menjadi budayawan Batak yang sebenarnya. Sebab ia tak hanya menguasai bahasa Batak tetapi seluruh lika-liku budayanya. Tak hanya Batak (Toba), Uli juga menguasai seluk-beluk budaya Karo, Angkola, Mandailing, Simalungun, etnis yang banyak memiliki persamaan budaya dengan Toba.
Soal bahasa, Uli yang lulusan Bahasa dan Sastra Austronesia, Universitas Hamburg, Jerman, ini bahkan menguasai banyak kata maupun ungkapan dalam bahasa Batak yang sebenarnya sudah sangat jarang digunakan saat ini.Â
Biasanya, kata tersebut disebut "hata andung" yang pada prinsipnya bertujuan memperhalus sebuah kata yang dianggap "kasar". Misalnya, "pat-(kaki)" adalah bahasa Batak yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Sedangkan kata ganti "pat" yang dianggap halus adalah "simanjojak". Demikian seterusnya.
Nah, Uli menguasai seluruh ungkapan halus dalam bahasa Batak secara sempurna. Sementara saya sendiri sudah tak jarang mengernyitkan dahi ketika membaca teks dalam Alkitab berbahasa Batak, yang memang dituliskan dalam bahasa yang sangat tradisional alias bukan bahasa yang digunakan sehari-hari. Tak hanya bahasa, aksara khas Batak juga dikuasainya dengan sangat sempurna.
Aplikasi Menulis dalam Bahasa Batak
Sederhananya, saat kita menuliskan bahasa Batak di layar komputer dengan menggunakan bahasa Latin, maka yang muncul adalah tulisan beraksara Batak. Misalnya kita menuliskan "Kompasiana" maka yang muncul adalah sekumpulan aksara Batak, dengan arti yang sama: "Kompasiana". Jadi bukan menerjemahkan layaknya Google Translate dari satu bahasa ke bahasa yang lain.
Tentu saja, bukan Uli yang menciptakan program aplikasi tersebut melainkan seorang ahli atau akrab kita sebut "programmer". Namun peran serta Uli dalam inovasi tersebut sangatlah besar. Itu karena Uli harus terlebih dahulu menyeragamkan beberapa aksara seperti Toba, Mandailing, Karo, Simalungun, Angkola, yang pada prinsipnya juga mempunyai kesamaan soal penulisan aksara.
Misalnya, penulisan aksara "ta" dalam Toba dan Mandailing adalah sama, dan seterusnya. Kumpulan data itulah yang kemudian diolah programmer untuk dibuatkan aplikasinya.