Tiga pertanyaan yang sangat relevan dengan situasi yang dialami Kapolri saat ini.
Pak Kapolri, Saatnya untuk Pergi. Sekarang!
Ketika dilantik 27 Januari 2021, Jenderal Listyo menjadi harapan banyak orang. Selaku Kapolri, ma'af "minoritas" -- menjadi pemimpin polisi kedua yang beragama Kristen setelah Jenderal Widodo Budidarmo -- masyarakat menanti-nantikan apa yang berbeda yang bisa dilakukan Kapolri. Hal yang wajar, karena perbedaan sangat dekat dengan perubahan, 'kan?
Jujur, masyarakat sangat mendambakan Polri yang berbeda dengan berubah dari banyak stigma buruk yang terlanjur melekat pada polisi.
Menjelang dua tahun kepemimpinannya, apa yang menjadi harapan tersebut belum menjadi kenyataan. Malah terkesan, tidak ada gebrakan, seakan larut dalam tradisi polri sehingga menimbulkan kesan "sama saja dengan pendahulunya".
Waktu cepat berlalu. Kesabaran pun ada batasnya. Kapolri perlu dan harus pergi, keluar dari situasi yang menekan saat ini.Â
Lakukan perubahan. Momentumnya adalah sekarang ini. Bahkan saat ini!
Theodore Hesburgh dalam Freedom Riders (2006) memberikan semangat untuk melakukan perubahan dengan bila perlu ambil keputusan radikal dengan mengatakan: "My basic principle is that you don't make decisions because they are easy; you don't make them because they are cheap; you don't make them because they're popular; you make them because they're right."
Bukan hal yang mudah, murah, dan disukai karena bisa jadi tidak lumrah. Jenderal, sedang menunggu apakah?
Rujukan:Â
(1) https://www.kompas.tv/article/335674/presiden-jokowi-tak-salam-kapolri-sinyal-kekecewaan-terhadap-polri
(2) https://www.johnmaxwell.com/blog/a-quick-checkup-on-leading-down/
(3) https://www.goodreads.com/author/quotes/3204854.Theodore_Hesburgh