Mohon tunggu...
Pardosa Godang
Pardosa Godang Mohon Tunggu... Dosen - Pelayan, pengajar dan pembelajar

Haus belajar, harus terus sampai aus ...

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Tak Disalami Presiden Jokowi, Kapolri Sudah Saatnya untuk Pergi, Tunggu Apa Lagi?

7 Oktober 2022   12:21 Diperbarui: 7 Oktober 2022   12:30 1219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KOMPASTV 06 Oktober 2022 kemarin menayangkan suatu hal yang tidak lazim. Pada upacara ulang tahun TNI di Istana Merdeka, Presiden Jokowi tidak menyalami Kapolri Jenderal Listyo. 

Usai menyalami Panglima TNI, seharusnya giliran Kapolri yang disambangi dan bersalaman. Ternyata Jokowi hanya mengucap beberapa kata kepada Kapolri, tanpa bersalaman. 

Melewati Kapolri, Presiden melanjutkan bersalaman dengan KSAD, KSAU, dan KSAL. Juga beberapa nyonya jenderal. Kemudian berbalik menghadap hadirin, bahkan mengundang hadirin yang adalah "orang-orang biasa" untuk datang mendekat, bersalaman, dan berfoto bersama. Apakah yang lain itu lebih penting daripada seorang Kapolri?

Kapolri dari Tragedi ke Tragedi
Dua tragedi yang terjadi belakangan ini mungkin saja melatarbelakangi "keogahan" Presiden dan ketidaksukaan terhadap kinerja Polri. Pembunuhan sadis terhadap Brigadir J yang diduga didalangi oleh atasannya sendiri yang dikenal sebagai "tragedi Jenderal Sambo" yang belum tuntas sampai sekarang mungkin saja turut menurunkan kredibilitas Kapolri.

Tragedi stadion Kanjuruhan yang menewaskan lebih seratus tiga puluh orang penonton pertandingan sepakbola yang menyoroti penanganan polisi yang tidak rapi dalam menghadapi potensi kerusuhan makin membuat posisi Jenderal Listyo Sigit Prabowo sebagai Kapolri makin terpuruk. Mentersangkakan beberapa perwira polisi menunjukkan bahwa ada yang salah dalam institusi tersebut.

Direncanakan atau tidak, bahasa tubuh Jokowi memang terlihat tidak nyaman saat berhadapan dengan Kapolri. Selaku orang Jawa, Jokowi sering mengandalkan komunikasi simbolis dalam menyampaikan sikapnya. Tidak selugas suku bangsa lain, Batak misalnya yang "tembak langsung" dengan bahasa spontan dan ceplas-ceplos.  

Selaku profesional, sepatutnya Kapolri meninjau-ulang keberadaannya. Apa yang sebenarnya terjadi pada internal Polri, beliaulah orang yang paling tahu. 

Menilik proses pengangkatannya yang "berbeda" tentu menjadi tantangan berat baginya sebagai orang yang "berbeda" dalam berkonsolidasi dan mendapatkan dukungan sepenuhnya dari internal.

Tiga Pertanyaan yang Perlu Dijawab
Pakar kepemimpinan John Maxwell dalam A Quick Checkup on Leading Down (2016) menyebutkan perlunya setiap pemimpin untuk melakukan pengecekan "suhu kepemimpinan" dari waktu ke waktu. 

Caranya, dengan mengajukan tiga pertanyaan sederhana berikut:
* Apakah orang-orang menghindari saya?
* Apakah ada peningkatan konflik di antara tim?
* Apakah orang-orang pergi atau melepaskan diri?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun