Mohon tunggu...
Pardosa Godang
Pardosa Godang Mohon Tunggu... Dosen - Pelayan, pengajar dan pembelajar

Haus belajar, harus terus sampai aus ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sabar, Ganjar...

24 Juni 2022   15:13 Diperbarui: 24 Juni 2022   15:22 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada dua hal manuver yang dilakukan petugas partai PDIP selama masa rakernas belakangan ini. Semua terkesan untuk menjatuhkan mental Ganjar Pranowo dan pro penunjukan beliau sebagai capres 2024.

Sebagai salah seorang yang selalu menjadi pemuncak tiga besar dalam setiap polling elektabilitas capres 2024 oleh lembaga sigi berkompeten, selayaknyalah Ganjar seakan menjadi "produk laris" bagi produsen yang menghasilkannya. Karena kader PDIP, maka sepatutnyalah Ganjar yang menjadi pilihan utama partai pemenang Pemilu 2019 yang lalu itu.

Ternyata perjalanan Ganjar tidak menjadi otomatis dengan tingkat elektabilitas tertinggi. Dia harus bersabar dan atau mengalah jika suatu hari PDIP memutuskan Puan yang menjadi capres dari PDIP.

Terbalik dibanding Ganjar yang selalu tiga teratas, Puan tidak pernah keluar dari posisi tiga terbawah alias paling buncit dari hasil sigi elektabilitas dimaksud.

Walau elektabilitas termasuk paling rendah tersebut, Puan yang adalah Ketua DPR punya keistimewaan sebagai anak kandung bu Mega yang adalah Ketua Umum. Sesuai amanah partai, hanya Mega-lah satu-satunya yang berhak menentukan siapa yang dicalonkan untuk pilpres mendatang.

Pujian untuk Puan berulang kali diucapkan bu Mega yang tentu saja membuat Puan berbunga-bunga. Tak salah jika banyak orang menilai rakernas kali ini adalah deklarasi tak resmi kemenangan Puan dibanding Ganjar.

Sentilan bu Mega tentang kader yang bermanuver sendiri dan berdiri dua kaki tiga kaki dengan mudah dipahami sebagai upaya untuk menjatuhkan mental Ganjar dan pendukungnya. Walau tidak mengumumkan siapa yang direkomendasikan sebagai capres, rakernas sudah memberi sinyal kuat ke mana arah hati bu Mega akan berlabuh.

Pertama, Vlog Puan yang Kurang Sopan

Yang sempat trending dalam beberapa hari ini adalah vlog Puan yang menayangkan rekamannya sewaktu Presiden Jokowi ada di ruang bu Mega beberapa saat menjelang pembukaan Rakernas PDIP tersebut.

Posisi duduk Jokowi di kursi sangat sederhana yang berhadapan dengan Mega di kursi ketua umumnya yang banyak dikomentari sebagai melecehkan posisi Jokowi yang adalah Presiden RI (seperti orang yang sedang di-interview) sempat mengganggu banyak orang.

Jika on purpose, tindakan Mega -- beberapa saat membelakangi Jokowi yang dibalas lambaian tangan Jokowi dengan ekspresi penuh kesabaran -- ini bisa ditafsirkan untuk menunjukkan bahwa Mega-lah yang paling berkuasa di negara ini, bahkan dibanding presiden sekalipun! Apalagi jika "sekadar" bicara capres ...

Kedua, Penghormatan Kepada Ganjar sebagai Pembaca Hasil Rakernas

Jika keadaan normal, membaca keputusan hasil rakernas pada penutupan kegiatan tersebut merupakan suatu kehormatan bagi pembacanya. Rakernas kali ini memberikan "kehormatan" tersebut kepada Ganjar yang hari sebelumnya habis "dihajar" dengan sentilan.

Namun kali ini berbeda karena Ganjar harus mengucapkan "Berdasarkan keputusan Kongres V partai, AD/ART partai, dan tradisi demokrasi partai adalah hak prerogatif ketua umum partai," hal yang mungkin tidak menyenangkan baginya.

Bagi yang paham -- sebagaimana juga disampaikan oleh salah seorang pengurus DPP PDIP -- posisi sebagai pembaca hasil rakernas itu juga sebagai pengunci Ganjar bahwa bagiannya hanyalah sampai di situ.

Ke Mana Ganjar akan Beredar?

Seperti yang diucapkannya berulang bahwa sebagai kader PDIP Ganjar patuh tegak lurus kepada bu Mega, sikap yang akan diucapkan oleh semua loyalis PDIP. "Sebagai kader PDIP" karena hingga saat ini beliau adalah petugas partai tersebut, maka sikap dan ucap begitulah yang harus disampaikan. Tak jauh beda dengan orang-orang lain masih menganggap dirinya sebagai kader PDIP.

Tapi, sampai kapan?

Batas waktu pendaftaran capres adalah September 2023, "Orang waktunya masih dua tahun", kata bu Mega dengan entengnya ketika ditanya tentang siapa capres yang direkomendasikan PDIP. Relatif panjang, yang bagi Ganjar itu penungguan yang sangat lama. Itu artinya, ada batas waktu.

Batas waktu bagi PDIP, dalam hal ini adalah bu Mega. Dan batas waktu bagi Ganjar untuk tetap bersikap sebagai kader PDIP atau mengucapkan vaya con dios. Dan mungkin juga batas waktu bagi loyalis PDIP -- bukan sekadar ikut suara pengurus pro bu Mega -- dalam bersuara sesuai hati nurani masing-masing. 

Itulah yang membuat hal ini menjadi menarik!

Sunter, 24 Juni 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun