Mohon tunggu...
Djho Izmail
Djho Izmail Mohon Tunggu... Pejalan kaki yang lambat

Bercerita dari Kampung Bermukim Maya di: https://pangeranrajawawo.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ikan dan Singkong, Mutiara Lokal Ende Untuk Menu Berbasis Gizi

2 Oktober 2025   12:01 Diperbarui: 2 Oktober 2025   17:05 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, ikan juga mengandung vitamin D yang penting bagi kesehatan tulang, kalsium untuk pertumbuhan, serta fosfor yang menjaga stabilitas energi tubuh. Manfaat tersebut menjadikan ikan memperoleh predikat "superfood" dalam literatur gizi modern. Berbagai kajian internasional bahkan menunjukkan konsumsi ikan secara rutin mampu menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, memperkuat sistem imunitas, serta meningkatkan ketahanan tubuh dalam menghadapi dinamika lingkungan.

Namun, realitas di rumah tangga masyarakat sering kali berbeda. Ketersediaan ikan melimpah di Laut Sawu tidak serta merta menjadikan anak-anak gemar mengonsumsinya. Ikan dianggap amis, berduri, serta kurang menarik dibandingkan dengan produk pangan olahan pabrikan seperti sosis dan ayam goreng cepat saji. Oleh karena itu, diperlukan inovasi untuk menghadirkan produk olahan ikan yang lebih ramah bagi anak-anak tanpa mengurangi kandungan gizinya.

Kombinasi yang Saling Menguatkan

Ketika dihadirkan bersamaan di meja makan, ikan dan singkong ibarat pasangan yang saling melengkapi. Singkong menyediakan energi, ikan menyediakan protein; singkong memberikan rasa kenyang, ikan memberikan kesehatan. Keduanya membentuk kombinasi yang harmonis, seakan tanah dan laut bersepakat menjaga manusia agar tetap mampu bertahan.

Ilustrasi sederhana dapat dilihat pada meja makan rumah tangga di Ende: sepiring nasi singkong hangat, semangkuk kuah bening berisi bakso ikan, ditambah tumis daun kelor dari halaman rumah, dan buah pepaya manis dari kebun. Menu sederhana ini sesungguhnya merupakan bentuk nyata pola konsumsi bergizi dan berimbang, meski lahir dari sumber pangan lokal yang sederhana.

Itulah inti dari MBG: Makanan Bergizi, Beragam, dan Berimbang. Prinsip ini tidak menuntut kemewahan ataupun ketergantungan pada pangan impor. MBG menunjukkan bahwa kesehatan dapat terwujud melalui kearifan lokal, melalui kemampuan masyarakat mengelola sumber daya yang tersedia. Laut dengan hasil ikannya, tanah dengan umbinya, kebun dengan pepayanya, serta halaman rumah dengan tanaman kelornya, semua merupakan ekosistem pangan yang berkesinambungan.

Di tengah meningkatnya ketergantungan masyarakat pada makanan instan, pola konsumsi MBG berbasis pangan lokal menjadi pengingat bahwa kesehatan tidak harus datang dari luar. Solusi sesungguhnya telah tersedia di tanah sendiri, tinggal bagaimana kita mengolah dan menghadirkannya secara tepat di meja makan keluarga.

Tantangan dan Inovasi Pangan Lokal: Menjawab Kebutuhan Generasi Muda

Walaupun kaya manfaat, singkong dan ikan menghadapi tantangan dalam penerimaan generasi modern. Anak-anak sering menolak singkong rebus karena dianggap sebagai pangan tradisional yang kuno, identik dengan kampung dan keterbatasan. Demikian pula ikan segar, meski kaya nutrisi, kurang diminati karena dianggap amis, berduri, atau kalah menarik dibandingkan produk olahan pabrikan yang lebih praktis. Persoalan ini menimbulkan pertanyaan: bagaimana cara menghadirkan pangan lokal dalam bentuk yang bergizi sekaligus menarik bagi generasi muda.

Solusinya terletak pada inovasi. Singkong dan ikan merupakan bahan pangan yang fleksibel untuk dikembangkan dalam berbagai bentuk. Singkong, misalnya, dapat diolah menjadi nasi singkong, berupa butiran menyerupai beras yang dimasak menggunakan rice cooker, sehingga mudah diterima dalam pola konsumsi modern. Dengan demikian, singkong tidak lagi dipandang sebagai pangan darurat, melainkan sebagai bagian dari menu harian keluarga.

Selain itu, singkong dapat dikembangkan menjadi mie singkong, yang lebih sehat karena rendah gluten dan dapat menjadi alternatif mie instan. Dengan inovasi pengemasan yang menarik dan bumbu variatif, mie singkong berpotensi masuk ke pasar sekolah maupun rumah tangga perkotaan. Tepung singkong juga dapat diolah menjadi roti, kue, atau camilan yang sesuai dengan selera anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun