Â
Di banyak daerah di Indonesia, masih beredar larangan turun-temurun bahwa perempuan yang sedang menstruasi tidak boleh mandi, apalagi keramas. Mitos ini sering kali dikemas dengan peringatan menakutkan, darah haid akan naik ke kepala, rambut akan rontok, tubuh bisa sakit-sakitan, bahkan menyebabkan kemandulan. Pesan-pesan itu diwariskan oleh para ibu, nenek, atau tetua dengan niat melindungi, meski tanpa dasar ilmiah yang jelas.
Pertanyaannya, apakah larangan ini hanya sebatas mitos budaya atau ada relevansinya dengan kesehatan? Dalam tulisan ini, saya akan mengurai akar kepercayaan tersebut, menelaahnya lewat perspektif medis, serta menyampaikan opini pribadi bahwa perempuan justru perlu didukung untuk menjaga kebersihan diri selama menstruasi.
Â
Mitos: Tabu dan Kesucian Air
Untuk memahami mengapa larangan mandi atau keramas saat menstruasi muncul, kita perlu menengok cara pandang masyarakat tradisional terhadap darah. Dalam banyak kebudayaan, darah sering dihubungkan dengan tabu. Ia dipandang kotor sekaligus sakral. Darah menstruasi dianggap "najis" sehingga perempuan yang mengalaminya harus dibatasi aktivitasnya, termasuk menyentuh air.
Air sendiri dalam banyak budaya adalah simbol kesucian dan kehidupan. Ketika tubuh dianggap "kotor" oleh darah, bersentuhan dengan air dianggap bisa mencemari kesucian itu. Maka lahirlah larangan: jangan mandi, jangan keramas.
Selain itu, dalam tradisi lisan, larangan ini berfungsi sebagai bentuk kontrol sosial. Menstruasi dianggap saat "lemah" bagi perempuan, sehingga ia sebaiknya beristirahat. Alih-alih menjelaskan dengan bahasa medis, masyarakat membuat larangan sederhana: jangan mandi. Sayangnya, tanpa pengetahuan yang benar, pesan ini berkembang menjadi mitos yang diyakini secara turun-temurun.
Menstruasi dalam Tinjauan Medis
Secara medis, menstruasi adalah proses luruhnya lapisan endometrium (dinding rahim bagian dalam) yang terjadi setiap bulan jika sel telur tidak dibuahi. Siklus ini merupakan bagian normal dari fungsi reproduksi perempuan.
Beberapa fakta penting tentang menstruasi:
- Durasi dan volume
Rata-rata menstruasi berlangsung 3--7 hari dengan volume darah sekitar 30--80 ml.
- Gejala fisik
Perempuan sering mengalami kram perut, nyeri punggung, sakit kepala, perubahan suasana hati, hingga kelelahan.
- Perubahan hormonal
Hormon estrogen dan progesteron yang fluktuatif memengaruhi suasana hati, metabolisme, dan kesehatan kulit.
- Kebersihan tubuh sangat penting
Darah menstruasi adalah media yang lembap dan kaya nutrien sehingga dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteri bila tidak dibersihkan secara teratur.
Dari perspektif ini, justru kebersihan diri seperti mandi dan keramas menjadi salah satu cara menjaga kesehatan selama periode menstruasi.
Mandi dan Keramas: Manfaat Medis Saat Menstruasi
Mitos melarang mandi, tapi sains justru menganjurkannya. Beberapa manfaat mandi dan keramas saat haid adalah:
- Mencegah infeksi
Daerah genital saat menstruasi lebih rentan terhadap bakteri. Mandi teratur menjaga kebersihan kulit, rambut, dan area kewanitaan.
- Mengurangi bau tidak sedap
Darah menstruasi yang bercampur keringat bisa menimbulkan bau. Air dan sabun ringan membantu menjaga kenyamanan.
- Meredakan nyeri dan kram
Mandi dengan air hangat terbukti membantu melancarkan peredaran darah, merilekskan otot, serta mengurangi kram menstruasi.
- Menjaga kesehatan mental
Kebersihan tubuh meningkatkan rasa segar, nyaman, dan percaya diri. Ini penting mengingat menstruasi sering disertai perubahan mood.
- Mencegah masalah kulit kepala
Jika tidak keramas, minyak berlebih menumpuk di rambut, bisa menyebabkan ketombe atau iritasi. Keramas justru menjaga kulit kepala tetap sehat.
Artinya, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung larangan mandi atau keramas saat menstruasi. Yang ada justru sebaliknya: mandi adalah kebutuhan biologis.
Bahaya Mempercayai Mitos
Mitos memang bisa memberi rasa aman secara budaya, tetapi ketika menyangkut kesehatan, mempercayai larangan mandi saat haid dapat membawa dampak negatif.
- Risiko infeksi
Jika tubuh tidak dibersihkan, bakteri mudah berkembang di area genital maupun kulit. Hal ini meningkatkan risiko gatal, keputihan, hingga infeksi saluran kemih.
- Ketidaknyamanan psikologis
Tubuh yang kotor menurunkan rasa percaya diri, membuat perempuan merasa makin "kotor" karena menstruasi. Stigma terhadap tubuh perempuan pun semakin menguat.
- Reproduksi mitos lintas generasi
Ketika perempuan percaya dan meneruskan mitos ini pada anak-anak mereka, siklus ketidaktahuan akan terus berulang. Pendidikan kesehatan pun semakin sulit berkembang.
- Rendahnya literasi kesehatan reproduksi
Mitos seperti ini memperlihatkan betapa kurangnya akses perempuan terhadap informasi ilmiah tentang tubuh mereka sendiri. Ini berdampak jangka panjang pada kualitas kesehatan reproduksi.
Pandangan Medis Internasional
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan berbagai lembaga medis internasional menegaskan pentingnya menstrual hygiene management (MHM). Panduan ini meliputi:
- Menggunakan pembalut atau menstrual cup yang bersih dan diganti secara teratur.
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pembalut.
- Membersihkan tubuh dan area genital dengan air bersih.
- Mengelola rasa nyeri dengan cara-cara sehat seperti kompres hangat, olahraga ringan, atau obat sesuai resep.
Tidak ada satu pun rekomendasi medis global yang menyatakan perempuan haid tidak boleh mandi atau keramas. Justru sebaliknya, kebersihan dianggap kunci kesehatan reproduksi.
Menurut saya, mitos larangan mandi saat haid adalah gambaran nyata bagaimana tubuh perempuan sering diposisikan sebagai ruang tabu. Darah yang sebenarnya proses biologis alamiah justru dianggap kotor, najis, bahkan berbahaya.
Larangan ini juga menunjukkan bagaimana pengetahuan medis tidak merata di masyarakat. Alih-alih memberi penjelasan ilmiah, orang tua memilih jalan pintas: melarang, menakut-nakuti, dan membatasi. Akibatnya, perempuan tumbuh dengan rasa curiga terhadap tubuhnya sendiri.
Sebagai penulis sekaligus bagian dari masyarakat yang masih kerap bersentuhan dengan warisan mitos, saya melihat perlunya pendidikan kesehatan reproduksi yang lebih inklusif. Informasi tentang menstruasi harus diajarkan sejak dini, baik kepada anak perempuan maupun laki-laki. Dengan begitu, tabu dapat digantikan oleh pemahaman.
Saya percaya, tubuh perempuan bukan sumber aib. Menstruasi bukan kutukan. Air bukan musuh yang harus dihindari, melainkan sahabat yang memberi kesegaran. Mandi saat haid adalah hak, bukan larangan.
Mitos bahwa perempuan yang sedang menstruasi tidak boleh mandi atau keramas hanyalah warisan budaya yang tidak memiliki dasar medis. Ia lahir dari pandangan tradisional terhadap darah sebagai sesuatu yang tabu, bercampur dengan simbol kesucian air.
Secara medis, mandi dan keramas justru bermanfaat untuk mencegah infeksi, meredakan nyeri, dan menjaga kenyamanan psikologis. Mempercayai larangan ini justru berpotensi merugikan kesehatan perempuan.
Sudah saatnya masyarakat meluruskan mitos ini dengan literasi kesehatan reproduksi yang benar. Perempuan harus dibekali pengetahuan untuk merawat tubuh mereka tanpa rasa takut, tanpa belenggu tabu. Menstruasi adalah bagian dari siklus kehidupan, dan air adalah bagian dari kesehatan.
Mandi bukan ancaman. Ia adalah penegasan sederhana bahwa tubuh perempuan berhak segar, bersih, dan sehat, bahkan, dan terutama, saat darah bulan sedang jatuh dari rahimnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI