Mungkin dalam medio milenial ini hal dan unsur kesetaraan menjadi hal bahasan pokok dalam kehidupan sosial masyarakat. Apapun hal nya kesetaraan;dalam hal ijazah studi dengan pekerjaan,sampai dengan hal yang paling sensitif sekalipun yaitu pernikahan harus mempunyai unsur kesetaraan dari kedua belah pihak pria wanita. Ya meskipun ada beberapa yang tidak mencatumkan hal ini dalam kamus jodoh menjodohkan atau nikah menikahkan. Hal inilah yang membuat saya menjadi semakin "jijik" terhadap apa yang dinamakan kesetaraan.
Manusia sekarang sibuk dengan urusan HARUS SETARA dalam setiap lini kehidupan (meskipun harus dipaksakan). Hal ini pun menjadi momok kuat nan mengikat logika berpikir dan bertindak tiap tiap manusia modern masakini yang meyakini "Setara" adalah hal yang logis bisa membawa hidupnya bahagia di dalam kehidupan sehari hari dan rumah tangga sekalipun. Saya bisa dibilang orang yang anti terhadapa kesetaraan, saya berpijak dalam prinsip bahwa SETARA bukanlah hal utama dalam mencari damai dan bahagianya hidup.
Struktur rumah sekalipun membutuhkan Ke-tidaksetaraan guna membuat rumah bisa berdiri kokoh tegak nan indah. Semua mendapat peran nya masing masing. Atap jadi atap,lantai jadi lantai, tembok jadi tembok. Tak bisa di bayangkan jika semua berperan sbg atap? Begitupun dengan kehidupan, yang Maha kuasa sudah menakdirkan peran masing masing untuk semua manusia. Dengan contoh sesimpel ini saya berpendapat bahwa tidak setara adalah keindahan yang sekarang ini dinilai tidak bisa membawa kemuliaan hidup. KESETARAAN berbanding lurus dengan GINCU SOSIAL.