Penulis : Pandu sasmita raditya Gunawan dan Iyan sofyan
( Mahasiswa PPKN UAD dan Dosen PGPAUD UAD )
 Menurut data dari ( Kompas.com pada 2024)  melalui tulisannya menyebutkan yang di maksud dari anak autis adalah anak dengan gangguan perkembangan saraf neurodevelopment sehingga dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam berkomunikasi,berinteraksi sosial dan menunjukkan perilaku yang tidak dimiliki anak pada umumnya dan tetapi bisa dilakukan oleh anak tersebut. Berdasarkan data dari sumber menyebutkan mengenai anak-anak autis diindonesia jumlah penyandang anak autis di sebutkan mencapai 2,4juta orang, jumlah tersebut akan terus bertambah sekitar 500ribu anak autis setiap tahun diindonesia. Menurut ( survey BPS nasional tahun 2024) kurang lebih sekitar 80 % anak autis yang belum menempuh Pendidikan secara layak. Per desember 2024 ini terdapat sekitar 70% anak autis yang belum bersekolah dan sekitar tahun 2023/2024 tercatat ada sekitar 2.250 sekolah khusus ABK diindonesia yang sekitar 115.000 siswa tersebut adalah anak penyandang autis. Sedangkan pada sekolah khusus yang memiliki kurang lebih 2.017 sekolah khusus yang ada di Indonesia dan sekitar 638 siswa tersebut adalah anak autis. Masalah dan hambatan seringkali muncul ketika anak yang memiliki kebutuhan khusus atau inklusi bersekolah di sekolah reguler diantaranya guru belum memahami cara menerangkan pembelajaran kepada anak tersebut.  Â
 Anak autis mempunyai cara belajar yang unik daripada anak pada umumnya. Mereka lebih cenderung lebih merespon tentang benda disekitarnya semisal gambar, alat musik, televisi dan computer. Konstitensi dan rutinitas juga sangat penting karena anak autis merasa lebih nyaman saat berada di dalam lingkungan yang terstruktur dan nyaman baginya. Tenaga pendidik dan orang tua dapat menggunakana pendekatan individual dengan cara memahami kebutuhan dan kemampuan masing masing anak yang dimiliki. Selain itu pujian juga dapat diucapkan kepada anak tersebut agar dia merasa dihargai dan diperhatikan oleh orang disekitarnya sehingga motivasi belajarnya akan meningkat. Kolaborasi antara orang tua wali dengan guru dapat membawa dampak positif bagi anak tersebut karena akan mengetahui kondisinya ketika berada di sekolah ataupun dirumah.
Solusi pertama dalam menangani kurangnya pemahaman dan dukungan dari sekolah kepada anak tersebut yaitu memberikan pelatihan secara rutin kepada tenaga kependidikan di sekolah tersebut tentang autisme dan Pendidikan siswa inklusi seperti memahami perilaku dan emosi anak tersebut. Dimana seorang pendidik harus mengikuti pembelajaran melalui pelatihan,seminar ataupun workshop sehingga ketika mengajar anak autis sudah faham tentang cara menangani anak tersebut. Selanjutnya, solusi kedua dari masalah tersebut adalah berupa penerapan pendekatan individual agar guru tersebut dapat membuat modul pembelajaran dan materi yang sesuai kepada anak tersebut.
 Solusi ketiga yaitu pihak sekolah dapat berkolaborasi dengan pihak ahli seperti psikologis pada anak, terapis anak hal tersebut dapat membawa dampak positif yang besar untuk keberlangsungan proses pembelajaran bagi para anak autis. Dan solusi yang terakhir terkait masalah tersebut adalah pihak sekolah menyediakan modul pembelajaran atau buku paket pegangan bagi siswa hal tersebut penting mengingat waktu belajar di sekolah hanya tergolong sebentar, ketika ada buku modul secara otomatis para siswa akan belajar Kembali ketika dirumah.
Sebagai kalimat penutup penulis ingin menyampaikan ajakan moral kepada seluruh siswa terhadap anak autis yang ingin bersekolah yaitu " setiap anak memiliki hak untuk menempuh Pendidikan,bermain, tumbuh bersama tidak hanya anak normal saja tetapi anak autis juga memiliki hak yang sama tanpa terkecuali. Dukungan mereka bukan karena kasihan tetapi kita percaya bahwa setiap anak memiliki potensi yang bagus untuk dikembangkan agar dapat menghasilkan prestasi dan setiap anak wajib untuk diberi kesempatan dalam mengembangkan potensi tersebut. Mari bersama kita ciptakan sekolah yang ramah,unggul, inklusi dan penuh kasih sayang.
 Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI