Mohon tunggu...
Pandu Kusumaningtyas
Pandu Kusumaningtyas Mohon Tunggu... mahasiswa

24107030153

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sekolah Itu Scam!

12 Juni 2025   14:26 Diperbarui: 12 Juni 2025   12:21 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Youtube/Timothy Ronald

Pernyataan kontroversial kembali disampaikan oleh Timothy Ronald, seorang investor muda dan edukator keuangan, yang menyebut bahwa sekolah itu scam. Dalam video berdurasi lebih dari satu jam, Timothy menjelaskan secara mendalam tentang akar masalah sistem pendidikan global dan bagaimana sistem tersebut bukan lagi tempat untuk mencerdaskan, melainkan mematikan kreativitas dan akal sehat. Tapi yang dia kritik adalah sistem sekolahnya, bukan pendidikan itu sendiri.

Sebelum kamu keburu baper dan bilang, "Loh, pendidikan kan penting!" tenang dulu. Timothy sejak awal menegaskan: yang dia kritik adalah sistem sekolah, bukan pendidikan. Menurutnya, pendidikan adalah hak dan kebutuhan, tapi cara penyampaian dan bentuk sistem pendidikan yang diwariskan saat ini sudah sangat ketinggalan zaman.

Kritik utamanya? Sekolah hari ini tidak menciptakan pemikir. Ia justru membentuk pekerja yang patuh, bukan individu yang kritis.

Timothy mengajak penonton untuk melihat ke belakang, ke sejarah berdirinya sekolah modern. Ia menyebut sistem pendidikan yang kita kenal sekarang berasal dari model Prusia (sekarang Jerman). Sistem ini awalnya dibuat bukan untuk mencerdaskan, melainkan untuk mencuci otak anak-anak Polandia yang mereka jajah. Tujuannya? Agar anak-anak itu tumbuh menjadi warga yang patuh, loyal, dan tidak mempertanyakan kekuasaan.

Dari Prusia, sistem ini diadopsi oleh Horace Mann di Amerika, lalu dikembangkan lagi oleh John D. Rockefeller yang menciptakan factory model education. Dalam sistem ini, murid masuk dan keluar seperti pekerja pabrik. Tujuannya sederhana: mencetak tenaga kerja, bukan pemikir.

"Gue enggak mau punya bangsa pemikir. Gue mau punya bangsa pekerja."

Kalimat ini, menurut Timothy, mencerminkan visi pendidik dunia saat itu dan masih berlaku sampai sekarang. Anak-anak yang kritis dianggap pembangkang. Yang kreatif sering dianggap salah. Dan sistem nilai (grading) pun dibuat untuk menstandarkan cara berpikir.

Salah satu masalah terbesar menurut Timothy adalah standarisasi ujian. Semua anak diukur dengan satu cara. Padahal, tidak semua anak punya potensi di bidang akademis. Ibaratnya, ikan disuruh manjat pohon, lalu dinilai bodoh karena gagal.

Timothy menceritakan pengalamannya sendiri: waktu SMA dia sudah membaca buku investasi kelas dunia seperti The Intelligent Investor, tapi saat masuk kelas Ekonomi justru diajari "harta = utang + modal".

Bukannya berkembang, justru merasa mundur. Di situlah ia merasa sistem sekolah gagal mengenali potensi murid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun