Mohon tunggu...
Pandu Kusumaningtyas
Pandu Kusumaningtyas Mohon Tunggu... mahasiswa

24107030153

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sekolah Itu Scam!

12 Juni 2025   14:26 Diperbarui: 12 Juni 2025   12:21 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Youtube/Timothy Ronald

Ia juga menyentil soal kurikulum. Di era digital saat ini, saat semua tools berkembang pesat, sekolah masih mengajarkan hal yang tidak relevan. Anak belajar teori, tapi tidak diajari literasi digital, keuangan, atau hukum dasar.

Lucunya, ketika lulus dan masuk dunia kerja, banyak lulusan yang tidak paham pajak, tidak tahu cara baca kontrak, bahkan tidak sadar mereka kena penalti pinjaman online. Di sinilah scam-nya sekolah terasa nyata: lulus tanpa skill, tapi punya selembar kertas bernama ijazah.

Timothy menyebut bahwa sistem sekolah lebih fokus ke teori dan mengabaikan praktik. Maka jangan heran banyak mahasiswa yang canggung saat pertama kali masuk dunia kerja.

Solusi darinya? Libatkan pelaku industri dan bisnis ke dalam kurikulum. Ajari yang relevan: literasi finansial, literasi digital, dan problem solving nyata. Bukan sekadar teori hukum dagang di kertas, tapi ajari cara baca kontrak sewa, cicilan rumah, hingga membedakan investasi dengan penipuan.

"Kalau semua mahasiswa nilainya 40, dosennya yang disalahin. Jadi akhirnya semua dapat 70."

Ini salah satu kritik tajam dari Timothy. Ia menyebut sistem penilaian kampus tidak objektif, karena dosen juga punya "KPI kelulusan". Maka meski tahu mahasiswa tidak kompeten, mereka tetap diluluskan. Ini membuat ijazah kehilangan maknanya.

Solusi Timothy: pisahkan pengajar dan penguji. Jika satu orang memegang dua peran, objektivitas tidak akan pernah terwujud.

Timothy justru menghormati guru. Tapi ia menyadari bahwa sistem memaksa guru bekerja tanpa dukungan layak. Gaji rendah, beban tinggi, fasilitas minim. Akibatnya? Banyak guru burnout. Mereka hanya "berusaha lewat hari", bukan mengajar dengan semangat.

Naikkan gaji guru, berikan training yang layak, dan kurangi tekanan birokrasi yang mematikan kreativitas guru.

Alih-alih terus memaksakan model seragam, Timothy menyarankan sistem adaptive learning, yaitu pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kemampuan murid. Mereka yang jago desain jangan dipaksa jadi ahli Biologi. Yang suka matematika jangan dihukum karena nilai seni rendah.

Lebih dari itu, ajarkan literasi hidup seperti Literasi keuangan(pajak, cicilan, investasi), Literasi digital(keamanan data, hukum internet), Literasi hukum dasar (kontrak, perjanjian, hukum pidana ringan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun