Mohon tunggu...
Pandu Aditama
Pandu Aditama Mohon Tunggu... Konsultan - Business Development | B2B | Sales Marketing Enthusiast | People Development

IG: coachpandudewi Linkedin: Pandu Aditama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tukang Pecel Naik Kelas, Kisah Manis Bersama Sampoerna

16 Desember 2016   17:27 Diperbarui: 19 Desember 2016   10:01 2307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Perusahaan besar terkadang melihat ada faktor X dalam diri seseorang yang tidak dimiliki orang lain,” pikir saya menyemangati diri.

Ada lima perusahaan yang saya lamar melalui e-mail. Seminggu kemudian, saya mendapat panggilan tes berturut-turut. Yang pertama dari salah satu perusahaan yang bergerak di bidang produksi cat. Yang kedua adalah Sampoerna.

Entah apa yang terpikir dalam kepala saya, peluang yang datang pertama tidak saya hiraukan sama sekali. Saya sadar yang saya lakukan itu terlalu sombong untuk ukuran mahasiswa yang belum lulus. Saya fokus memenuhi panggilan tes dari Sampoerna saja.

Panggilan tes dari Sampoerna seperti panggilan hati bagi saya… cieeee (lagi). Saya akhirnya berangkat ke Ibu Kota Jakarta demi menjemput masa depan. Tidak lupa, saya meminta doa restu dari orangtua.

Tes hari pertama di head office yang terletak di kawasan SCBD. Optimisme mengalir dalam diri di sepanjang perjalanan KRL dari Stasiun Bogor.

Sampailah saya di kantor Sampoerna yang menjulang tinggi. Harap maklum kalau saya agak takjub melihat pemandangan kota karena saya dari desa.

Saya disambut oleh tim dari Human Resource dan diantar ke atas menggunakan lift untuk sampai pada ruang tes tertulis. Luar biasa. Saya lihat ada sekitar 150 pelamar yang ada di daftar absen mengikuti tes tertulis!

Semua pelamar berpenampilan keren. Mereka layaknya eksekutif muda yang sudah mapan. Sedangkan saya, bergaya ala mahasiswa tingkat akhir dengan sambilan jual pecel madiun.

Ah, sudahlah, pepatah selalu bilang, “Don’t judge the book by its cover”. Saya terus menyemangati diri sendiri hingga tibalah saat mengerjakan tes tertuils.

Menurut saya, tes tertulis ini merupakan kombinasi tes bahasa Inggris, logika, dan psikologi. Lumayan deg-degan dan memutar otak. Saya sangat serius mengerjakannya karena kalau tes ini gagal, tertutup sudah peluang saya lanjut ke tes berikutnya. Setelah kurang lebih 1,5 jam, tes selesai dan saya pulang dengan doa dan harap.

Seminggu setelah tes tertulis, saya mengikuti sidang skripsi di kampus. Tak lupa saya minta doa restu orangtua agar semuanya dilancarkan. Semua teman-teman juga memberikan dukungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun