Mohon tunggu...
pandega
pandega Mohon Tunggu...

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Varian Bahasa Jawa: Basa Walikan, Japemethe dab!

8 Maret 2011   04:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:58 4540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12995578641644564038

Di Indonesia terdapat 746 bahasa dari seluruh penjuru daerah, dan para pakar memperkiraan hanya 10% bahasa daerah yang terjamin kelestariannya. Salah satu bahasa daerah adalah bahasa Jawa dimana terdapat sekitar 80 juta penutur bahasa Jawa di seluruh dunia. Menurut cerita, pada awal kemerdekaan bangsa ini ada 3 pilihan bahasa untuk ditetapkan menjadi bahasa nasional. Pertama bahasa Belanda, pilihan ini tumbang karena di dalam Indonesia sendiri ada ratusan bahasa daerah, jadi kenapa harus memakai bahasa asing. Kedua adalah bahasa Jawa, pilihan ini tumbang karena bahasa Jawa terlalu komplek dan dirasa sulit untuk dipelajari oleh di lain daerah. Dan pilihan ketiga adalah bahasa Melayu dan jatuhlah pada pilihan ketiga ini, karena bahasa Melayu lebih mudah dipelajari dan telah banyak juga yang mengenalnya. Meskipun bahasa Melayu banyak kekurangan istilah-istilah, maka untuk melengkapinya diseraplah kata-kata dari bahasa lain. Misalnya dari bahasa Arab, Jawa, Sumatra, dll. Bahasa Jawa sendiri memiliki banyak varian berdasarkan tingkatan, antara lain Ngoko, Krama Madya, Krama Hinggil. Kemarin sudah ada kompasianer yang telah membahas mengenai tingkatan-tingkatan ini.  Sekarang mari kita bahas varian lain dari bahasa Jawa, yaitu Basa Walikan. Basa artinya bahasa dan walikan artinya kebalikan. Menurut cerita basa walikan ini diciptakan oleh para Telik Sandi (mata-mata/intelijen) untuk menyamarkan bahasa Jawa, dikarenakan pada masa lalu banyak tentara Belanda yang mengerti dengan bahasa Jawa. Maka bahasa Jawa diutak-atik menjadi basa walikan. Tapi basa walikan ini lebih populer dengan bahasa preman pada zaman Gali (singkatan dari Gang Liar) di era tahun 70an dan 80an. Sehingga sampai sekarang basa walikan lebih dikenal dengan bahasa preman. Basa walikan ini dihasilkan dari pembalikan huruf-huruf Jawa. Barisan Ha Na Ca Ra Ka ditukar dengan barisan Pa Dha Ja Ya Nya, begitu pula sebaliknya. dan barisan Da Ta Sa Wa La ditukar dengan barisan Ma Ga Ba Tha Nga, begitu pula sebaliknya. Segingga dihasilkan lah kata yang nyleneh dan aneh. Misalnya Dagadu (merk kaos yang jadi cindera mata dari Jogja itu) berasal dari kata matamu, Japemethe yang berasal dari kata (B0)Cahe Dhewe yang artinya adalah orang/teman sendiri, atau Dab yang berasal dari kata Mas, dll. Tidak seluruh orang Jawa mengerti dengan basa walikan ini karena basa walikan seperti ini hanya ada di Jogja. Dan tidak semua orang Jogja mengerti dengan basa walikan ini, umunya orang tua tidak tahu tentang basa walikan ini. Jadi yang mengerti basa walikan hanya anak muda atau orang yang dulu pada era 70an dan 80an berkecimpung di dunia Gali/preman. Jadi jika anda berkunjung ke Jogja atau punya teman orang Jogja yang kadang ngomong dengan bahasa Jawa yang aneh, mungkin saja itu lah basa walikan. Bangad Saba Thanginyad. Japemethe dab!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun