Bertolak belakang dengan keputusan Githasav dan suami, entah ada berapa ratus juta pasangan yang menjalani hari penuh penantian. Menanti tangan mungil menggenggam jemari mereka, menanti tendangan kecil dalam masa kehamilan, menanti mata bersih penuh kasih menatap mereka dan menanti bagaimana rumah akan riuh dengan berbagai tangisan dan teriakan.Â
Satu hal terpenting adalah saat kita mulai menua, anak menjadi harapan besar untuk tetap menguatkan cinta dan menumbuhkan bahagia.
Pernyataan Githa mungkin akan sangat menyakiti banyak perempuan yang sedang berjuang untuk sebuah penantian dua garis biru. Terlebih lagi penyebab kontra keputusan Childfree ini adalah tentang mengingkari kodrat sebagai perempuan.
Terlepas dari semua itu, Childfree merupakan privasi dan keputusan masing-masing pasangan. Ada yang memang "dipaksa" Childfree untuk kondisi tertentu dan saya yakin itu menyakitkan bagi sebagian pasangan. Sayangnya, Githa menambah riuh permasalahan ini karena mengkampanyekan hal tersebut dan menempatkan anak sebagai "musuh". Hal ini yang kemudian memancing reaksi perempuan dari berbagai kalangan.
Apapun itu, bagi saya anak merupakan bentuk kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa kepada kita. Sungguh terhormat mendapatkan gelar dan kepercayaan langsung dari Allah bukan?
Semoga, seluruh perempuan di dunia ini dimampukan untuk mengemban amanah tersebut dan seluruh perjuangan menanti janin dihadirkan dalam Rahim akan berbuah bahagia.