Oleh Panca Roba
Jiwa ksatria adalah jiwa yang gemerlap disisi kebenaran dengan memerangi kejahatan yang ada dalam dunia, jalannya dipenuhi darah sendiri karena usaha keras bukannya darah orang lain karena mejatuhkan.
Di dunia modern saat ini pembelajaran menjadi sangat mudah karena kita dapat mengakses berbagai macam ilmu dari media sosial melalui ponsel pintar yang selalu kita bawa kemana-mana, alat yang dapat kita gunakan kapan saja dimana saja selagi ada internet yang terkoneksi. Makanya para pelajar modern ini seringkali terlihat matanya membelalak ke arah ponsel pintar yang sedang menyala, baik untuk mencari ilmu atau sekedar menghibur diri dengan berbagai macam tren aneh di media sosial.
Mata yang berbinar itu kerapkali menangkap sebuah informasi yang tidak sepantasnya berseliweran di dalam dunia maya, sebuah hal yang disebut “tren” tidak jarang menjamur didalam pikiran para cendekiawan setengah matang ini, mengendalikan mereka dengan berbagai macam pemikiran yang seharusnya tidak harus ada namun kini berusaha dinormalisasi.
Mereka seolah-olah menjadi kapal tanpa tujuan yang hanya berlandaskan kata orang, mengarungi luasnya samudera tanpa ada kompas yang menuntun untuk dijadikan pegangan arah. Saat ada tren menyontek menggunakan AI (Artificial Intelegence) mereka dengan mudahnya mengikutinya, perubahan pikiran dan juga menormalisasikan pemikiran anak-anak di dalam lingkungaan SMA yang notabene adalah para remaja yang dengan sedikit langkah menuju tahap dewasa.
Untuk itulah jiwa ksatria harus ditanamkan pada setiap pelajar terlebih lagi mereka yang sudah mengunyah bangku SMA.
Orang-orang dengan jiwa ksatria selalu bersikap adil kepada sesama, tidak akan menutup mata atas kemalangan orang lain, tidak memakan hal yang bukan miliknya,dan juga adil kepada orang-orang di sampingnya dan juga seberangnya.
Memang terdengar seperti khayalan yang sulit diwujudkan, namun suatu saat nanti saya yakin para pelajar di negara yang saya cintai ini akan menjelma menjadi ksatria yang hebat tanpa terkecuali. Artikel ini saya buat untuk menyelesaikan tugas sekaligus harapan seorang pelajar kecil asal Kabupaten yang selalu terpikat oleh cahaya bintang dalam gelapnya malam.
Datang sebagai manusia pergi sebagai raksasa
-Panca Roba
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI