Masa lampau, masa kini dan masa depan. Masa lampau adalah masa lalu yang telah mengalir, Masa kini adalah masa yang sedang mengalir ke masa lampau. Sementara masa depan adalah masa kini yang akan hadir.
Bagi Martin Geidegger, Waktu adalah:
Menurut Heidegger, manusia adalah sebuah keterlemparan ketengah dunia dan baginya waktu dialami oleh manusia adalah temporalitas. Satu-satunya tujuan yang pasti dan tak terbantahkan yaitu kematian, tetapi dalam proses menuju kematian tersebut, manusia selalu bisa memiliki segala kemungkinan-kemungkinan untuk mengambil tanggung jawab atas keterlemparannya di dalam dunia. Manusia bisa saja menghabiskan waktunya untuk melacur, berbuat baik, hanya tidur, bermain game, bermain media social, life streaming, belanja, minum-mabuk, sekolah atau apa pun sampai dengan kematian tiba.
Pandangan Alkitab tentang Waktu
Perlu diingat bahwa dalam Kejadian bab 1-2, Allah menyelesaikan semua karya-Nya hanya dalam kurun waktu enam hari dan beristirahat pada hari ke-tujuh. Artinya Allah bekerja lebih lama daripada beristirahat. Jadi Allah saja menghargai banyak waktu luang, bukan meluangkan banyak waktu, jadi bagaimana dengan kita? Apakah kita lebih banyak waktu kerja atau waktu istirahat?
Perjalanan kita di dunia ini jauh lebih pendek dari bayangan kita. Sebagaimana diungkapkan oleh Daud, “TUHAN, beritahukanlah kapan ajalku supaya aku tahu betapa pendek hidupku. Betapa singkat Kautentukan umurku! Bagi-Mu jangka hidupku tidak berarti. Sungguh, manusia seperti bayangan yang berlalu saja” (Mazmur 39:4-7). Rasul Yakobus mengulangi hal ini: “Apa yang akan terjadi dengan kehidupanmu besok, kalian sendiri pun tidak mengetahuinya! Kalian hanya seperti asap yang sebentar saja kelihatan, kemudian lenyap” (Yak. 4:14).
Jadi apakah kita mau menghargai waktu atau kita hanya bermalas-malasan saja? (Amsal 6:10-11) mengungkapkan kebencian Tuhan terhadap perilaku pemalas: “Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring -- maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata”
Bagaimana Menjadi Bijak dengan menghitung waktu
Ajarila kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana (Maz. 90:12). Bijaksana artinya mengerti kehendak Tuhan. Bijaksana itu termasuk pandai menghitung hari hidup kita masing-masing. (Maz 90:10) dikatakan umur manusia itu 70 tahun dan 80 tahun jika kuat. Nah jika dihitung dengan teliti, maka sekarang ini rata-rata lama hidup manusia hanya ± 25.550 hari, 613.200 jam, 3.679.200 menit, 2.207.520.000 detik. Betapa singkatnya hidup kita di dunia ini.
Bayangkan waktu-waktu ini seperti kita yang hanya singgah sebentar di sebuah warung kopi lalu pergi lagi. Waktu-waktu itu merupakan sekolah kehidupan untuk mengerti kehendak Tuhan. Itulah sebabnya Alkitab menasihati: “Jangan seperti orang bebal (bodoh dan tidak bijaksana), tetapi harus menjadi bijaksana.” Orang percaya harus menghargai waktu yang Tuhan anugerahkan kepadanya. Setiap detik, menit, dan jam yang berlalu tidak dapat diputar ulang.
Waktu/momen itu merupakan harta yang sangat mahal dan tidak terbeli (priceless). Itulah sebabnya pemazmur menaikkan doa kepada Tuhan, agar ia dapat menghitung hari-hari hidup kita yang singkat (Mzm. 90:12). Sebenarnya, begitu kita membuka mata kita pada pagi hari, kita harus dapat menghayati keajaiban yang Tuhan berikan kepada kita. Jadi ketika kita ‘menghitung’ hari hidup kita maka di sini bisa berarti menghargai setiap hari, momen, anugerah, cinta rahmat yang Tuhan berikan. Untuk menghargai setiap hari yang Tuhan berikan, orang percaya harus sungguh-sungguh belajar mengenal dan mengalami Tuhan, sehingga kita menjadi lebih bijaksana, mendengarkan firman Tuhan dan melaksanakanya.