Mohon tunggu...
Yudha Hari Wardhana
Yudha Hari Wardhana Mohon Tunggu... Penulis - I'm a writerpreneur

Menulis adalah jalan hidupku. Semoga menjadi matahari untuk semesta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pemakan Bara dalam Ruang Suram

23 Oktober 2021   13:29 Diperbarui: 7 November 2021   12:33 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar ilustrasi: piqsels

"Ya," jawab si bara api.

Mendapati kenyataan yang sama sekali tak berpihak padanya itu, Kasman yang terus disudutkan berteriak sejadi-jadinya. Saat mulutnya menganga lebar itulah, bara api berkelebat masuk ke dalamnya hingga leburlah lidah dan pita suara Kasman.

"Bertahanlah dengan diam. Kalaupun diammu juga salah, apapun bicaramu lebih salah. Terimalah jalan hidupmu sebagai pemakan bara, penelan panasnya penghakiman. Sampai kamu bisa membeli keadilan," itulah pesan terakhir si bara api.

Setelahnya lenyaplah bara api dan berpasang-pasang tangan bersamaan dengan kembalinya sukma Kasman dari alam imajinasi. Namun ia enggan membuka kedua matanya. Sepertinya Kasman  justru menyesali pertemuannya dengan fajar baru. Baginya fajar baru tidak menjanjikan kecerahan. Pagi dan malam akan sama gelapnya. Pergantian masa tidak akan mengubah jalan ceritanya sebagai pemakan bara yang akan terlontar dari mulut-mulut panas. Menyesakkan karena ia tak mempunyai pilihan selain bertahan dengan diam. Lenyap sudah harapan akan datangnya setetes keadilan.

Kasman berdiri dan berjalan gontai. Dicengkeramnya pintu bui yang melenyapkan kemerdekaannya. Hingga terbayanglah wajah-wajah dingin memandangnya dengan tatapan tajam sebulan silam. Tangan-tangan mereka menuding ke arahnya seiring terdengar tiga kali ketukan palu di meja sidang. Dari mulut mereka terlontar bara api. Itulah bara penghakiman yang harus ditelannya hingga Kasman meringkuk dalam suramnya penjara tanpa pembela.

Dengan tatapan kosong Kasman bergumam, "Sopo to yo yang tega meracuni soto jualanku? Sampai ada yang mati. Oalah, jualan baru setahun, mulai laku, sekarang malah masuk penjara."

Sayangnya Kasman hanya bisa bertanya tanpa pernah bisa menemukan jawabannya. Dia tidak punya daya selain menunggu hingga akhir masa hukumannya tiba. Dia harus rela karena tidak lagi dikenal sebagai Kasman bakul soto. Sekarang orang mengenalnya sebagai pembunuh.

Tanpa pernah ia ketahui, jauh di luar sana, ada yang menggelar pesta sehari sesudah dijebloskannya Kasman ke dalam bui. Mereka bersulang menikmati kemenangan di sebuah rumah makan yang berjarak setengah kilometer dari warung soto Kasman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun