Memang ada anak yang memegang gawai untuk aktivitas produktif. Saya menjumpainya di antara murid di sekolah tempat saya mengajar, yaitu beraktivitas jual-beli akun game.
Bahkan, saya pernah mendampingi salah satu murid yang karena jual-beli akun game kehilangan uang tiga juta rupiah. Meski mendampingi, saya tak dapat membantunya mengembalikan uang itu. Hanya sebatas memberi nasihat positif yang bersifat edukatif.
Juga pernah mendampingi salah satu murid yang jual-beli akun game, sayangnya aktivitasnya ini telah diketahui oleh orangtua, tak seperti murid yang kehilangan tiga juta rupiah yang barusan disebut di atas.
Dari sudut pandang saya sebagai guru, cara yang dilakukan tak ada sedikit pun edukasi dari orangtua. Bahkan sebaliknya, melukai edukasi yang sudah dilakukan oleh sekolah.
Sebab, ternyata anak dan orangtua berbagi hasil dari jual-beli akun game. Terkait ini saya tak dapat mendampingi lebih jauh.
Berbeda dengan orangtua yang pernah menyampaikan kepada saya bahwa anaknya yang jual-beli akun game sulit dinasihati. Orangtua berkolaborasi dengan saya untuk mendampingi anak agar dapat terlepas dari kebiasaan ini.
Melalui komunikasi yang memersuasi, akhirnya anak ini dapat terlepas dari kebiasaannya. Ia mengatakan kepada saya pada suatu kali bahwa ia tak lagi beraktivitas jual beli akun game.
Saya justru pernah  di sekolah jual risoles kepada teman-teman saat beristirahat. Saya sangat bersyukur melihatnya. Dan, tertarik sehingga saya mendekatinya serta menanyakan tentang risoles yang dijual. Yang, kemudian saya mengetahuinya bahwa risoles ini buatan kakaknya.
Terakhir saya mengetahui bahwa anak ini bersekolah di SMK Jurusan mesin. Tak seperti yang pernah saya sarankan saat mendampinginya terkait dengan kebiasaannya jual-beli akun game.
Yaitu, agar kelak jika sudah lulus SMP, dari SMP tempat saya mengajar, mencari sekolah yang secara khusus belajar mengenai akun game. Sehingga, kelak ilmu yang dipelajari ini dapat menjadi profesi yang memberi ruang baginya untuk dapat berkembang.
Pengalaman di atas menunjukkan bahwa penggunaan gawai oleh anak yang sekalipun untuk aktivitas produktif tetap membutuhkan pendampingan yang benar oleh orangtua. Apalagi penggunaan gawai oleh anak secara kurang produktif dan kurang positif tentu saja sangat disayangkan.