Anak selalu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sehingga, yang benar, mereka dikolaborasikan. Agar, mereka saling melengkapi. Dan, ujung-ujungnya, diyakini mereka dapat menjadi pribadi yang tangguh dan berkompeten sesuai kekhasan masing-masing.
Kedua, orangtua harus berempati terhadap anak. Caranya, mengajak anak untuk duduk bersama dan bercakap-cakap mengenai relasi antara orangtua dan anak. Ini  merupakan tahap awal untuk membangun sikap empati.
Niat ini memang membutuhkan kedewasaan orangtua. Sebab, riilnya, ada orangtua yang belum memiliki tingkat kedewasaan yang matang. Karena mereka masih mudah terpancing emosi, ingin menang sendiri, dan menyederhanakan anak.
Ketika orangtua masih mengambil jarak, misalnya, dengan cara orangtua harus selalu ingin diikuti, harus selalu ingin diteladani, harus selalu ingin  dipandang benar, dan harus selalu yang mengambil keputusan, dapat  berdampak kepada anak bergerak  menjauh.
Padahal, membangun kedekatan dengan anak bagi orangtua adalah hal yang terutama dan pertama. Apalagi jika anak sedang menghadapi problem. Termasuk di antaranya, misal, berdasarkan data dalam rapor, keberadaan anak berada di bawah rata-rata. Yang dalam keberadaan demikian, anak dapat saja merasa  takut, minder, dan menutup diri.
Sikap (anak) yang destruktif seperti ini yang harus segera dikikis dari pikiran dan benak anak. Caranya, orangtua harus memandang bahwa rapor itu (hanya) bagian yang sangat kecil di dalam kehidupan anak.
Sehingga, orangtua dapat menyadari bahwa data deskripsi dan/angka dalam rapor tak menjadi sesuatu yang mengendala anak terus berproses dalam mengenyam pembelajaran.
Orangtua, dengan demikian, berada dalam posisi anak. Tak berjarak. Apa yang dirasakan oleh anak, juga dirasakan oleh orangtua. Ini akan menambah energi bagi anak dalam menjalani proses pembelajaran berikutnya.
Sekalipun hanya bersifat verbal, penting bagi anak mendapatkan kekuatan dengan kata-kata begini, misalnya, "ayah atau ibu akan terus berada di bagian kamu, sayang. Jangan takut, jangan menyerah, ayah atau ibu akan terus membersamaimu dalam proses pembelajaranmu! Ayah atau ibu adalah kamu."
Ketiga, kebersamaan dan kesepahaman membangun semangat memasuki semester genap, ini harus dirayakan bersama. Perayaan tak harus terkait dengan perihal yang bernilai mahal.
Jika ananda wanita, dapat saja, misalnya, dengan melakukan aktivitas bersama memasak sederhana di rumah, terutama masakan kesukaan ananda. Jika ananda laki-laki dapat saja, misalnya, dengan bersepeda bersama, memancing bersama, atau bermain layang-layang, atau apalah yang menjadi kesukaan ananda.