"Perubahan itu abadi", Itu pepatah yang sering kita dengar. Toh memang demikian faktanya, segala yang ada di sekitar kita, selalu berubah bukan? Coba cek, apa yang tidak berubah? Nyaris semua yang kita jumpai mengalami perubahan.
Jadi, kalau kini kurikulum berubah, saya pikir hal yang biasa saja. Toh kurikulum bukan kitab suci. Kurikulum hanya panduan untuk belajar.
Lembaga pendidikan membutuhkan panduan bagi guru dalam pembelajaran, agar siswa yang dididik di lembaga pendidikan tersebut memiliki arah yang jelas saat belajar.
Perubahan kurikulum, di mana dan kapan pun, berangkat dari kebutuhan. Konteks tempat dan waktu melatarbelakangi perubahan yang terjadi sebab di tempat dan waktu tersebut ada sesuatu yang dibutuhkan.
Kalau kurikulum serupa patung (baca: kaku) di dalam segala tempat dan masa, pendidikan tidak mengalami perubahan.
Pendidikan harus mengalami perubahan. Dan, kurikulumlah yang menjadi pijakan gerak pendidikan. Jadi wajar kalau kurikulum berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan konteksnya.
Semua kurikulum tentu baik pada masa dan tempatnya. Kalau kurikulum tempo dulu dipertahankan untuk digunakan sebagai panduan pendidikan masa kini, tentu saja tidak tepat.
Maka, adanya Kurikulum Prototipe, yang sekarang sedang menjadi bahan diskusi publik, tidak ada salahnya. Sebab, adanya kurikulum tersebut tentu diawali dengan kajian mendalam, yang melibatkan banyak pihak yang memiliki kepentingan dan kompetensi di bidang pendidikan.
Tidak mungkin pihak penentu kebijakan pendidikan seenaknya saja dalam menata kurikulum. Sebab, kurikulum pendidikan berlaku bagi masyarakat bangsa, yang jutaan jumlahnya.
Sesuai dengan konteksnya, kurikulum tentu dirancang sebaik mungkin untuk kepentingan pendidikan masyarakat bangsa.Â