Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Saya Akan Mundur Dari Kompasiana, Ini Tulisan Saya Terakhir

30 Juli 2012   13:29 Diperbarui: 16 Desember 2015   16:38 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13436530501244085482

Sebelumnya saya mohon maaf pada teman dan sahabat Kompasianer, tulisan ini agak panjang, lantaran ini tulisan saya terakhir di Kompasiana. Jadi harap bersabar dan hati-hati jika membaca tulisan ini agar tidak terjadi salah persepsi. Terimakasih.

Hari ini setahun yang lalu tepatnya tanggal 30 July 2011 ,saya mencoba ikut-ikutan bergabung di Kompasiana. Meskipun berkali-kali gagal registrasi (maklum masih gaptek), akhirnya pada kali yang keempat registrasi berhasil, saya diterima sebagai member Kompasiana. Seperti anak kecil mendapat mainan baru, saya ginjal-ginjal (lompat-lompat kecil) saking gembiranya nama saya terpampang di halaman Kompasiana.

Mengapa saya bergabung di Kompasiana. Atau lebih tepatnya apa yang dicari di Kompasiana ini. Atau lebih spesifik lagi apa keuntungan yang didapat di Kompasiana ini.Saya tidak peduli dengan niat atau tujuan orang lain bergabung di Kompasiana ini. Sudah pasti sangat beragam dan berbeda-beda meskipun mungkin satu dua orang ada yang sama tujuannya dengan saya menjadi member Kompasiana ini.

Sebelum mengenal Kompasiana saya tidak tertarik sama sekali dengan Kompasiana ( ya iyalah orang belum kenal kok tertarik, tak kenal maka tak sayang). Pada awalnya saya mengenal Kompasiana hanya lewat HP. Setelah membaca-baca postingan dan komentar-komentar Kompasianer, ada rasa ketertarikan terhadap Kompasiana, apalagi bisa saling berinteraksi antara sesama Kompasianer. Dan yang lebih menarik lagi Kompasiana sesuai dengan jargonnya sharing & connecting bisa dijadikan wahana silaturahim dan saling berbagi.

SAHABAT

Sebagai wong ndeso terlebih lagi jauh dari anak cucu saya merasa kesepian. Tetangga dengan kesibukannya masing-masing jarang beranjang sana kecuali jika hari raya atau lebaran. Hal itulah yang menambah suasana bertambah sepi dan lengang. Setelah membuka-buka Kompasiana kok disana ada pertemanan diantara Kompasianer. Itulah sebabnya saya nekat bergabung di Kompasiana, ingin menambah teman meskipun didunia maya. Makanya dalam profil saya, saya tuliskan motto : 1000 teman terlalu sedikit dan 1 lawan terlalu banyak.

Untuk mencari musuh atau lawan sangat mudah sekali. Dalam waktu yang sangat singkat saja bisa mendapatkan musuh puluhan bahkan ratusan orang. Namun untuk mencari teman butuh waktu lama dan tidak mudah. Oleh sebab itu sungguh sayang seribu kali sayang sesuatu yang sangat berharga kita sia-siakan. Teman.

Tidak perlu bergabung di Kompasiana musuh akan mudah kita dapat disekitar kita, mengapa susah-susah bergabung di Kompasiana jika hanya mencari musuh. Jadi intinya saya bergabung di Kompasiana ini untuk mencari teman. Teman canda di dunia maya...hahahaha.

Bagi saya dunia nyata maupun dunia maya (toh ini nyata juga bukan!?) sama saja. Jika seseorang mendapat cacian atau hujatan secara verbal pada dunia nyata, sama sakitnya ketika kita dicaci dimaki lewat tulisan pada dunia maya. Tak ada bedanya, yang membedakan hanya yang satu diterima lewat telinga dan yang lain diterima lewat mata, tetapi muaranya tetap sama dipikiran atau perasaan kita. Kalau merasa sakit saat dicubit ya jangan nyubit dong !

Jika setahun itu 366 hari berarti rata-rata lebih dari satu orang yang minta di add menjadi teman. Memang ada beberapa orang yang saya “paksa” mau berteman dengan saya, maaf ya Mas,Mbak, Pak ,Bu. Sebetulnya saya minder, malu dan takut minta seseorang berteman, apakah mereka mau berteman dengan saya yang orang kampung ini. Orang yang pertama berteman dan yang membaca sekaligus mengomentari tulisan perdana saya bernama Bain Saptaman (siapa yang tak kenal dia).

Sebagai PR yang membaca tulisan ini, silahkan terjemahkan komentar Bain Saptaman pada tulisan perdana saya, ini komentarnya : hahahahhahahaha  aynaman  kilabid  aumes  nikib gnugnib insepiratiBBBB pak.

Kembali tentang pertemanan dan persahabatan di dunia maya. Saya sudah membuktikan dan merasakan bahwa pertemanan di dunia maya tak ada bedanya dengan dunia nyata bahkan berteman di dunia maya ada sensasi yang tidak kita temukan dalam dunia nyata. Ada yang sangat mengesankan saya. Seorang teman Kompasianer yang belum pernah kopi darat atau bertatap muka dengan saya bahkan belum pernah melihat wajah saya meskipun hanya foto (PP saya memakai gambar wayang Bima) tetapi dia mau berteman dengan saya. Dia tahu hobi saya lalu minta supaya saya mengirimkan alamat lengkap saya via inbox. Dan anehnya setelah itu dia memaketkan lewat pos sesuatu yang bagi saya sangat berharga sekali. Barang itu bukan hanya dibeli olehnya tetapi diolah sedemikian rupa dengan perangkat khusus dan memakan waktu berhari-hari setelah masak (ibarat makanan) barulah dikirimkan pada saya. Menurut perkiraan saya  barang itu harganya tidak kurang dari dua ratus ribuan, belum ongkos kirimnya. Sengaja tidak saya sebutkan namanya disini dan barangnya apa. Bagi saya tanda persahabatan itu sangat berharga sekali. Itulah salah satu bentuk ekspresi keakraban bahwa didunia mayapun kita bisa mendapat teman atau sahabat. Dia berada di Jawa sedangkan saya di Sumatera belum pernah bertemu kok mau-maunya susah payah mengirimkan sesuatu yang harus dibeli oleh uangnya sendiri. Terimakasih banyak Mas kenang-kenangannya. Dengan apa saya akan membalasnya. Semoga Tuhan melimpahkan rejeki padanya.

ILMU

Saya sadari sebagai orang yang tidak pernah mambu sekolahan dan sangat haus akan ilmu pengetahuan, maka tidak salah Kompasiana adalah tempat bermain yang tepat. Sambil bercanda gojeg dan guyon ilmupun juga saya dapatkan. Bagi saya Kompasiana ini seperti sebuah universitas gratis dengan fakultas paling lengkap didunia. Ingin mendapat dan memperdalam ilmu apa saja ada di Kompasiana. Dari puisi, edukasi, ekonomi, teknologi,luar negeri dan birokrasi ada disini. Dari jalan-jalan, kesehatan, kejiwaan, penghijauan, keuangan, urban hingga sekadar catatan harian. Dari olah raga, drama, bahasa, wisata, sosial budaya hingga media....hahaha... jangan tanya. Dari motor, horor, humor hingga curhat minta honor.......... hehe.. error.

Di Kompasiana ini saya merasa menjadi MTK (Mahasiswa Tanpa Kampus). Para pendidik yang bertebaran disetiap kanal dengan berbagai macam gelar dan  kompetensi. Setiap hari setiap jam bahkan setiap menit para “guru-guru maya” itu dengan tulus membagi ilmunya dengan memposting di blog keroyokan ini. Saya tinggal pilih mau belajar apa saja dan dosennya siapa bebas. Beliau siap melayani secara suka rela. Bebas dari ruang dan waktu, mau belajar kapan saja dan dimana saja bisa didapatkan di Kompasiana ini. Kuliah di Universitas Kompasiana ini benar-benar gratis-tis. Tanpa dibebani uang bulanan atau semesteran seperti ketika kuliah secara konvensional. Ada memang, buat beli paket pulsa, namun sekian puluh ribu rupiah itu tidak sepadan dengan ilmu yang didapat. Pernah saya sekali sekali menengok ke media online lainnya selain Kompasiana, tapi kok rasanya (bukan memuji) Kompasiana terlalu nyaman untuk ditinggalkan.

TERIMAKASIH

Terimakasih sangat layak saya ucapkan kepada penyelenggara dan pengelola atau Admin Kompasiana yang telah memfasilitasi saya untuk mendapatkan teman sekaligus ilmu secara gratis. Tanpa Kompasiana sulit rasanya saya mendapatkan hal itu. Terimakasih juga saya ucapkan kepada Bapak/Ibu Dosen yang secara sukarela membagikan ilmunya kepada kami melalui Kompasiana ini. Juga kepada Bapak/Ibu Guru yang secara tulus dan ikhlas berbagi ilmu dan wawasannya. Sayapun  mengucapkan ribuan terimakasih kepada Kompasianer yang mau meminta saya di add sebagai teman dan saya ucapkan terimakasih pula pada teman-teman yang telah berkunjung dilapak saya terlebih dengan memberi komentar yang sejuk dan bisa memotivasi diri saya untuk lebih semangat menulis yang bermanfaat. Saya mohon maaf juga jika saya terkadang karena sesuatu hal jarang beranjang sana ke lapak teman-teman.

MENGUNDURKAN DIRI

Namun kenapa saya mengatakan akan mengundurkan diri dari Kompasiana ? Benar, saya akan mengundurkan diri dari Kompasiana ini apabila...................... 1.Semua Kompasianer sudah mengundurkan diri dari Kompasiana 2. Kompasiana sudah ditutup oleh Admin 3. Dan jika internet benar-benar sudah tidak bisa lagi di akses Jika hal itu tidak terjadi, kenapa harus mundur.....hehehe.....eman-eman.

TULISAN TERAKHIR

Ya, ini tulisan terakhir saya......tulisan  terakhir di Kompasiana pada  tahun pertama saya bergabung di Kompasiana , sekaligus sebagai tulisan perdana saya pada tahun kedua bergabung di Kompasiana ini. Itulah refleksi atau lebih tepatnya uneg-uneg saya yang perlu saya sampaikan selama setahun bergabung di Kompasiana. Marilah kita ikut ambil bagian dalam mencerdaskan bangsa melalui media online ini. Demikianlah semoga Kompasiana tetap eksis dan selalu di hati. Salam MTK (Mahasiswa Tanpa Kampus).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun