Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masih Adakah Maaf untuk Suami yang Khilaf?

4 Maret 2015   16:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:11 1386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14254348151970856783

Kemarin telah saya posting kisah Nabi Ayyub yang benar-benar terjadi dan menjadi teladan bagi kita semua tentang kesetiaan seorang istri.Cerita berikut ini mungkin saja fiktif dan hanya semacam dongeng sebelum tidur. Namun sangat banyak diposting dan beredar di dunia maya, karena ingin mengambil pelajaran berharga dari ceritanya. Saya kutipkan disini, untuk menjadi salah satu bahan renungan, bahwa kesabaran adalah sikap mulia dan membawa kepada kebaikan. Sabar saat suami mengalami kondisi yang tidak diinginkan istri, menjadi salah satu motivasi dan inpirasi untuk kebaikan suami. Maaf untuk suami yang khilaf, bisa memberikan kebaikan bagi suami untuk menjalani hidup barunya.

Alkisah, seorang lelaki yang lahir dan besar di sebuah kota kecil di White Oak, Georgia, Amerika Serikat. Ia menikah dengan seorang perempuan cantik yang baik hati. Dari pernikahan itu, lahirlah anak.Namun laki-laki ini memiliki temperamen dan tabiat buruk yang tidak sembuh setelah menikah dan memiliki anak. Ia bukan suami dan ayah yangbaik. Sering pulang dalam keadaan mabuk, dan sering melakukan kekerasan dalam rumah tangga dengan memukuli anakdan isteri.

Kendati demikian, sang istri tetap setia dan melayaninya. Pada suatu hari lelaki ini memutuskan untuk mengadu nasib ke kota besar, New York. Dengan mencuri uang tabungan sang isteri, ia naik bis menuju kota, untuk mendapatkan kehidupan baru yang lebih berhasil. Bersama beberapa teman ia memulaibisnis baru, dan cukup berhasil. Ia mulai menikmati kesuksesan barunya, dengan segala jenis kesenangan dan kebebasan di New York. Apapun dilakukan untuk memuaskan dirinya. Ia sudah lupa kepada istri dan anaknya.

Ingin Pulang

Bulan berlalu,tahun pun berganti. Bisnisnya gagal, ia dilanda pailit dan mulai kehabisan uang. Ia mulai terlibat dalam perbuatan kriminal, membuat cek palsu danmenggunakannya untuk menipu orang. Nasib nahas menghampirinya, ia pun tertangkap. Polisimenjebloskannya ke dalam tahanan, dan pengadilanmenghukum dengan tiga tahun penjara. Hari-hari gelap dilalui di dalam penjara.

Menjelang akhir masa pemenjaraanya, ia mulai merasa merindukan rumah. Iamerindukan istri dan anaknya. Bagaimanapun perilakunya kepada istri dan anak selama ini, namun ia tidak kuasa menahan perasaan rindu di dalam jiwanya.“Aku ingin pulang”, itu kata hatinya yang terdalam.

Maka ia menulis surat untuk sang istri, menceritakan betapa menyesalnya ia dan bahwa ia masih mencintai isteri dan anaknya. Tentu saja ia berharap masih boleh kembali ke rumah. Namun ia juga mengerti bahwa mungkin saja sekarang sudah terlambat, karena sang istri yang selalu ia sakiti selama ini tidak mau memaafkannya.Ia mengakhiri surat itu dengan ungkapan:

"Sayang, jika engkau masih menyediakan maaf untukku, maukah engkau sampaikan kepadaku?Jika engkau masih menerimaku kembali, ikatkanlah sehelai pita kuningpada pohon Oak yang berada di pusat kota. Apabila nanti aku lewat pusat kota dan tidak menemukan sehelai pita kuning, tidak mengapa. Aku akantahu dan mengerti. Aku tidak akan turun dari bus, dan akan terus menujuMiami. Aku berjanji aku tidak akan menganggu engkau dananak kita seumur hidupku."

Hari pembebasannya pun tiba. Sungguh ia sangat gelisah. Sampai saat itu ia tidak menerimasurat balasan dari isterinya. Ia tidak tahu apakah isterinya menerimasurat itu dan jika sang istri menerima suratnya, apakah mau memaafkan? Keluar dari penjara ia segera naik bus menuju Miami, Florida, yang melewati kampung halamannya, WhiteOak. Ia sangat gelisah. Ia ceritakan kisah hidupnya kepada para penumpang bus. Para penumpang yang merasa iba, meminta kepada sopir bus,"Tolong, saat lewat di pusat kota White Oak, jalan pelan saja. Kita lihat apa yang terjadi nanti..."

Hatinya tambah berdebar-debar saat bus mendekati pusat kota White Oak. Ia bahkan tidakberani membayangkan apa yang akan ia lihat nanti. Tubuhnya serasa sangat lemas, namun ia pasrah menghadapi kenyataan yang harus ia hadapi.

Detik-detik waktu berlalu di dalam bus terasa demikian panjang dan melelahkan. Akhirnya bus melintas di tengah kota dengan pelan. Ia memberankan diri melihat pohon itu. Sungguh, ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Laki-laki berbadan tegap yang tidak pernah menangis seumur hidupnya ini, tidak sadar pipinya telah basah oleh air mata yang menetes deras. Sangat deras. Ia menangis, karena tidak melihat sehelai pita kuning terikat di pohon Oak. Ya benar, ia tidak melihat sehelai pita kuning di pohon Oak tengah kota itu....

Karena yang ia lihat adalah semua pohok Oak telah dihias dengan pita kuning.Ya, seluruh pohon Oak di tengah kota itu telah dihiasi pita kuning. Tanda menyambut kehadirannya.....

Tidak dinyana, istri yang sudah sering disakiti selama ini, disia-siakan begitu saja sejak awal berumah tangga, mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya, ternyata masih sanggup menerima dirinya. Masih ada maaf dan kesempatan yang diberikan untuknya. Sebuah kesabaran yang luar biasa. Bahkan sampai ditinggal lama karena suami masuk penjara disebabkan kelakuan buruknya, sang istri tetap sabar dan memberikan maaf untuknya. Ia segera turun dari bus dan berlari pulang menjumpai istri dan anaknya tercinta.

Tie a Yellow Ribbon Around the Old Oak Tree

Konon, kisah ini telah menginspirasi Irwin Levine dan L. Russell Brown untuk menulis lagu country "Tie a Yellow Ribbon Around the Old Oak Tree", yang dinyanyikan oleh Tony Orlando dan Dawn di tahun 1973. Berikut syair lagunya.

He's comin home he's done his time
Now I've gotta look into this heart of mine
I thought that I'd forgotten those sweet tender years we knew
But as I read his letter now my heart is torn in two
Wanting him.....
wanting you...
Should I tie a yellow ribbon round the old oak tree
He's been gone so long you've been so good to me
We vowed our love forever by the old oak tree
So try again to understand something's pulling me
Down to the old bus station by the old oak tree
Frank you're the nicest guy I know
But beleive me now I've gotta be alone
I've gotta search my memories
For feelings left aside
Oh yes I know you love me
And I might love you inside
But I just cant make up my mind
Should I tie a yellow ribbon round the old oak tree
He's been good to the kids you've been good to me
We vowed our love forever by the old oak tree
So try again to understand something's pulling me
Down to the old bus station by the old oak tree
Forgive me but I'm busy now
It takes a lot of time you see
To find a hundred yellow ribbons for the old oak tree
He's coming home......

Tentu saja ia istri yang luar biasa. Ia memiliki kesabaran yang seakan tidak ada batasnya, sehingga masih bersedia memberikan maaf bagi suami yang sudah sekian lama memperlakukan dirinya dengan tidak baik. Sikap bijak dan dewasa dari sang istri ini, akan sangat kuat memberikan motivasi dan inspirasi kebaikan bagi suami di masa-masa berikutnya. Ia akan menjadi suami yang baik, ayah yang baik, dan akan meninggalkan berbagai sifat serta sikap buruk yang pernah ia miliki selama ini.

Bahan Bacaan :

http://britaonline.com/2014/07/24/cerita-dibalik-lagutie-a-yellow-ribbon/


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun