Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Istri Perlu Dimengerti, Bukan Hanya Perlu Materi

27 Maret 2015   06:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:56 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_405633" align="aligncenter" width="500" caption="ilustrasi : www.tuningpp.com"][/caption]

Dialog Zaman Dulu Kala......

Roro Jonggrang                   : “Aku mau menjadi isterimu, tetapi sebagai syaratnya engkau harus membuat dua buah sumur dan seribu candi dalam waktu semalam.”

Bandung Bondowoso         : “Oh, baiklah. Kalau memang itu permintaanmu, aku akan membuatnya untukmu, Jonggrang-ku....”

Bandung Bondowoso yang terkenal sakti mondroguno langsung mulai bekerja menggali sumur dan membuat candi. Tetu saja bukan pekerjaan mudah, karena waktunya hanya sampai ayam berkokok di waktu pagi.

Di tempat lain, Roro Jonggrang memanggil dayang-dayang dan menyuruh mereka membakar jerami dan menabuh lesung. Mengira hari sudah pagi, ayam pun berkokok bersahutan. Bandung Bondowoso terkejut, karena candi belum selesai dibuat.

Roro Jonggrang                   : “Waktumu sudah habis, Bandung. Apakah sumur dan candiku sudah selesai?”

Bandung Bondowoso         : “Tentu saja candi sudah selesai, Jonggrang. Kalau kamu tidak percaya, silakan kamu hitung sendiri.”

Roro Jonggrang ditemani dayang-dayangnya menghitung candi satu persatu. Ternyata Bandung Bondowoso telah berhasil menyelesaikan sembilan ratus sembilan puluh sembilan candi. Kurang satu lagi.

Roro Jonggrang                   : “Kau gagal, Bandung. Masih kurang satu candi lagi.”

Bandung Bondowoso         : “Baiklah, aku penuhi keinginanmu. Jadilah kau, Roro Jonggrang, candi yang keseribu!”

Dialog Zaman Cyber....

Roro Jonggrang                   : Bang Bandung, aku pengen cerita nih....

Bandung Bondowoso         :Kamu itu kok kerjaannya cuma mengeluh saja sih Jonggrang....

Roro Jonggrang :Aku tidak mengeluh Bang Bandung, cuma pengen cerita saja. Pengen curhat saja...

Bandung Bondowoso : Kamu itu pengen apalagi sih, Jonggrang? Mobil sudah dibelikan, handphone canggih sudah dibelikan, laptop sudah dibelikan, uang belanja bulanan sudah dilebihkan, terus mau minta apa lagi?

Roro Jonggrang : Aku tidak minta kemewahan Bang. Jonggrang cuma ingin dimengerti kok....

Pernah dengar kisah Roro Jonggrang kan? Ya, itu legenda yang terkait dengan candi Prambanan di Yogyakarta. Kata orang, “Enak hidup di zaman sekarang. Perempuan zaman modern hanya minta disayang, dimanja dan dimengerti. Di zaman dulu, perempuan mintanya candi”. Ingin dimengerti adalah salah satu contoh kebutuhan emosional, yang ternyata justru ini sering tidak dipenuhi. Ternyata lebih mudah membuatkan candi daripada mengerti dan memahami kondisi istri.

Pada contoh dialog kedua, menggambarkan cara pandang terhadap kebutuhan istri. Seakan istri hanya memerlukan hal-hal yang bersifat material saja. Istri dilihat hanya sebagai sosok yang memiliki kebutuhan tunggal, yaitu materi. Tidak dilihat dari sisi yang utuh dan menyeluruh, bahwa istri adalah manusia yang sempurna, lengkap dengan segala potensi dirinya.

Sebagai manusia beriman, kita meyakini kebahagiaan hidup itu tidak hanya berdimensi dunia saja, namun kita ingin bahagia di akhirat kelak di dalam surga. Kita juga meyakini bahwa kebahagiaan hidup tidak bisa ditentukan oleh satu faktor saja, namun harus meliputi berbagai sisi kemanusiaan kita. Tidak cukup hanya dengan memenuhi kebutuhan jasmani, namun juga harus memenuhi sisi ruhani. Tidak cukup dengan memenuhi kebutuhan material, namun juga harus memenuhi sisi spiritual, emosional, intelektual, dan sosial.

Istri adalah sosok manusia yang sempurna, lengkap dengan segala potensi kemanusiaannya. Ia memiliki kebutuhan yang utuh untuk membuat keseimbangan dalam kehidupan. Istri tidak akan bahagia hanya dengan dipenuhi sisi materialnya saja. Misalnya dicukupi nafkah lahiriyah dengan sejumlah uang belanja yang berlimpah, rumah megah, mobil mewah, banyak tanah dan sawah. Istri tidak akan bahagia jika hanya dikurung di dalam rumah tanpa boleh berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain.

Untuk itu hendaknya para suami selalu berusaha memenuhi kebutuhan istri. Ini tugas kelima para suami. Pada empat postingan sebelumnya saya telah menyampaikan tugas suami, yaitu menjadi suami yang memahami istri, menjadi suami yang penuh perhatian kepada istri, menjadi suami yang penuh cinta kepada istri, dan menjadi suami yang senang membantu istri. Sekarang saya sampaikan tugas kelima yaitu menjadi suami yang memenuhi kebutuhan istri.

[caption id="attachment_405634" align="aligncenter" width="600" caption="ilustrasi : www.posyandu.org"]

14274138991056410593
14274138991056410593
[/caption]

Kebutuhan Spiritual

Kebutuhan spiritual atau kebutuhan ruhani menjadi pondasi kebaikan seseorang. Suami harus mengajak dan membersamai istri untuk taat melaksanakan kewajiban sebagai manusia beriman. Suami membimbing istri agar mengenal dan dekat kepada Allah Yang Maha Pengasih, merasakan pengawasan dan penjagaan dari Allah di setiap tempat dan waktu. Dengan perasaan Ketuhanan seperti ini, akan membuat istri selalu terjaga dalam kebaikan, karena malu untuk melakukan tindak kejahatan.

Suami mengajak dan membersamai istri untuk melaksanakan tuntunan agama, seperti menunaikan ibadah ---baik yang wajib maupun yang sunnah. Menghiasi rumah tangga dengan aktivitas ibadah rutin, shalat, dzikir, tadarus Al Qur’an, berdoa, dan lain sebagainya. Juga berusaha menerapkan berbagai etika dalam kehidupan sehari-hari, seperti bersikap sabar, selalu bersyukur, berlaku santun dan lain sebagainya. Sangat bagus apabila bisa menunaikan ibadah haji atau umrah berdua, sehingga lebih terasa pengaruh spiritualnya.

Hal-hal seperti itu adalah kebutuhan spiritual yang harus dipenuhi, agar menjadi pondasi yang kokoh bagi istri dalam mewujudkan kebahagiaan hidup berumah tangga.

Kebutuhan Emosional

Istri ingin disayang, ingin diperlakukan dengan lembut, dihormati, dimengerti, didengarkan, dihargai, dimuliakan oleh suami. Ini adalah kebutuhan dari sisi emosional. Istri ingin mendapatkan dukungan secara emosi untuk menguatkan hatinya di saat lemah, untuk menghibur dirinya di saat susah, untuk menenangkan jiwanya di saat gelisah, untuk membantunya keluar dari masalah. Hendaknya suami mengerti, bahwa kebutuhan emosional istri seperti ini perlu pemenuhan dari suami.

Istri memiliki perasaan yang lembut. Ia memerlukan bahu yang kokoh untuk tempat bersandar, ia memerlukan dada yang lapang untuk tempat mengeluh, ia memerlukan badan yang tegap untuk tempat merebahkan tubuh. Namun ia malu untuk mengatakannya. Ia malu untuk memintanya. Maka hendaknya para suami mengerti dan segera memenuhinya. Para suami menyediakan diri untuk memenuhi kebutuhan istri dari sisi emosi, karena hal ini akan sangat menenteramkan jiwanya.

Kebutuhan Intelektual

Istri memiliki kebutuhan dari sisi intelektual. Ia ingin mengetahui banyak informasi, ia ingin menambah ilmu pengetahuan, karena harus mengajarkan banyak hal bermanfaat untuk anak-anak. Untuk itu para suami perlu memenuhi kebutuhan intelektual ini, baik dengan mengajarinya sendiri, atau memberikan kesempatan belajar baik mandiri maupun belajar kepada pihak lain. Bisa jadi mengikuti pendidikan lanjut seperti S1, S2 dan S3. Bisa pula mengikuti majelis taklim, mengikuti kursus atau pendidikan aplikatif tertentu sesuai kebutuhan yang diperlukan.

Kebutuhan intelektual bisa juga diperkaya dengan memiliki perpustakaan di rumah dan membuat kegiatan belajar bersama di dalam rumah. Jadikan rumah sebagai pusat belajar, dimana suami, istri dan anak-anak melakukan dan mengalami proses pembelajaran bersama-sama. Demikian pula berbagai sarana kemajuan teknologi seperti televisi, komputer dan internet hendaknya digunakan dalam rangka menambah ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat,

Kebutuhan Material

Biasanya kebutuhan material ini yang sangat diperhatikan dan diutamakan dalam kehidupan berumah tangga. Seakan-akan istri hanya memerlukan uang dan kebutuhan material saja, tanpa ada kebutuhan selain itu. Tentu saja istri memerlukan materi untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Istri memerlukan pakaian, tempat tinggal, makan, minum, kesehatan, pendidikan, rekreasi, transportasi, dan komunikasi yang tidak bisa terwujud tanpa adanya pemenuhan sisi finansial.

Bahkan pada semua sisi kebutuhan lainnya, selalu ada sisi finansialnya. Misalnya untuk melaksanakan ibadah, memerlukan sarana dan dana. Untuk haji dan umrah memerlukan biaya. Untuk melaksanakan zakat, infak dan sodakoh juga memerlukan kemampuan finansial. Untuk memenuhi kebutuhan intelektual juga memerlukan biaya, seperti untuk kuliah, untuk mengikuti kursus, membeli buku, dan lain sebagainya. Demikian pula untuk kebutuhan sosial, seperti komunikasi, membantu orang lain dan lain sebagainya, memerlukan dukungan finansial.

Sesuai dengan kesanggupan yang dimiliki, hendaknya suami mengusahakan pemenuhan kebutuhan material ini dengan cara maupun sarana yang halal dan baik. Dimulai dari hal yang sangat mendasar dan vital untuk kehidupan, seperti sandang, pangan dan papan. Selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan finansial lainnya yang juga tidak bisa dihindarkan.

Kebutuhan Sosial

Semua manusia memiliki kebutuhan sosial. Manusia memerlukan interaksi dan komunikasi setiap hari, sebagaimana mereka memerlukan bernafas, makan, minum dan tidur. Tidak bisa dibayangkan bahwa manusia mengasingkan diri tidak memiliki teman, tidak memiliki komunitas yang bisa dijadikan sarana berinteraksi dan berkomunikasi sehari-hari. Kebutuhan sosial ini termasuk bagian yang mendasar, sebagaimana kebutuhan spiritual, emosional, intelektual, dan finansial.

Istri perlu bersosialisasi dengan lingkungan, teman, keluarga, kerabat atau tetangga dekat. Tidak bisa istri dikurung di dalam kamar tanpa boleh bersosialisasi dengan siapapun. Ia memerlukan pengakuan, memerlukan aktualisasi diri, memerlukan komunikasi. Kalaupun ia di dalam rumah saja, namun ia ingin terhubung dengan dunia luar melalui teknologi. Ia ingin berkomunikasi dengan teman dan keluarga, walaupun hanya melalui dunia maya. Inilah kebutuhan sosial yang tidak bisa dihindarkan. Hendaknya para suami memberikan kesempatan dan dukungan bagi istri untuk memenuhi kebutuhan sosial ini.

Selamat pagi sahabat semua. Salam Kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun