Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Bagaimana Meredakan Kemarahan Pasangan?

6 Juni 2012   23:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:19 3941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13390259631145453780

[caption id="attachment_193121" align="aligncenter" width="362" caption="ilustrasi / thinkstock"][/caption]

Dalam kehidupan keluarga, sering dijumpai kemarahan atau ledakan emosi dari suami atau isteri, hanya karena masalah yang sebenarnya sepele dan sederhana saja. Bukan persoalan besar atau masalah yang “ideologis”, namun sering dipicu kesalahpahaman atau komunikasi yang tidak lancar.

Kemarahan menjadi semakin meledak ketika disikapi dengan kemarahan pula oleh pasangan. Masing-masing menjaga gengsi dan mengedepankan ego, tidak ada yang mau mengalah, tidak ada yang bersedia merendah. Jika kondisi seperti ini dibiasakan berkembang dalam kehidupan sehari-hari, jangan berharap kebahagiaan bisa didapatkan. Yang akan terjadi hanyalah “hawa panas” mudah melingkupi suasana dalam rumah tangga.

Apa yang harus anda lakukan jika pasangan anda tengah marah atau meledak emosinya? Tentu anda harus berusaha untuk meredakan kemarahannya. Ada beberapa langkah praktis yang bisa kita lakukan untuk meredakan kemarahan pasangan, menurut beberapa literatur, di antaranya adalah langkah berikut.

1. Bersikap Tenang

Jika pasangan anda tengah meledak emosinya, bersikaplah tenang. Jangan terpancing emosinya yang membuat anda ikut marah dan akhirnya anda terlibat pertengkaran dengan pasangan. Jangan terpaku kepada isi kalimat yang diucapkan pasangan saat ia tengah menumpahkan kemarahan.

Pada saat marah, orang cenderung menggunakan kalimat yang tidak teratur dan tidak enak didengar. Hal itu akibat dari ledakan emosi yang tidak terkendali. Maka saat pasangan marah, jangan terlampau terpaku pada isi kalimatnya, karena bisa jadi akan bertemu kata-kata dan kalimat yang sangat menyakitkan. Ingatlah bahwa di saat emosi, orang cenderung sulit mengendalikan perkataannya.

2. Hindari Kata ’Selalu’ dan ‘Tidak Pernah’

Hindari kata "selalu" dan "tidak pernah" dalam konteks yang negatif. Pada saat pasangan marah atau meledak emosinya, jangan menasihati atau melawan dengan kalimat “Kamu selalu begitu” atau “Kamu tidak pernah mengerti perasaanku”. Pada kenyataannya, kata “selalu” dan “tidak pernah” itu adalah sebuah bentuk penyangatan yang berlebihan. Sesungguhnya yang terjadi tidaklah demikian.

“Kamu selalu marah”, itu tentu berlebihan, karena ada masa dimana pasangan anda baik-baik saja dan tidak marah. “Kamu tidak pernah mau diingatkan”, juga kalimat yang berlebihan, karena ada masa dimana pasangan kita mudah diingatkan. Kata “selalu” dan “tidak pernah” sering kali menjadi sebentuk pengingkaran atas sisi-sisi kebaikan pasangan yang telah dilakukan selama ini. Gunakan kalimat lain yang lebih lembut dan halus.

3. Hindari Ancaman

Pada saat pasangan anda marah, jangan terbiasa mengucapkan kalimat ancaman. Seperti, “Awas kalau kamu marah terus, aku akan pergi saja dari rumah”, atau ancaman cerai, “Kita cerai saja kalau sikap kamu seperti ini”. Ancaman seperti itu tidak menyelesaikan masalah, dan tidak meredakan ketegangan orang yang sedang emosi. Ancaman justru lebih berpeluang menimbulkan bertambahnya masalah.

Orang yang tengah marah, akan semakin kuat kemarahannya ketika mendengar ancaman. Dalam batas tertentu, bahkan bisa menjadi lebih vatalis. Misalnya, ancaman cerai akan ditanggapi secara emosional dengan ungkapan, “Ya sudah, kita cerai saja”. Ancaman meninggalkan rumah juga akan ditanggapi lebih emosional lagi, “Pergi sana, sekarang juga. Pergi !! Jangan kembali lagi !!”

4. Jangan Katakan “Aku Benci Kamu”

Pada saat pasangan marah, jangan mengatakan “Aku benar-benar benci denganmu”. Kalimat ini mungkin diucapkan sebagai respon emosional atas kemarahan pasangan. Kata “benci” ini akan mudah melekat di hati pasangan, dan menjadi ingatan yang sulit dilupakan. Pasangan anda akan memiliki kesimpulan, “Ternyata sesungguhnya ia benci aku”, walaupun suasana kemarahan sudah mereda.

Kalimat “Aku benci kamu” akan sangat membekas, kendati diucapkan dalam keadaan emosi. Di saat suasana sudah tenang dan damai, pasangan anda masih akan menyimpan ingatan bahwa anda pernah mengatakan benci kepadanya. Ini sesuatu yang sulit dihapus.

5. Pertegas Emosinya

Yang dimaksud dengan mempertegas emosi bukanlah menambah kemarahannya, namun memahami dan bisa menerima kemarahannya. Misalnya, seorang isteri marah kepada suami karena mengetahui ada sms mesra di handphone suami. Kalimat yang mempertegas emosi adalah, “Aku memahami perasaanmu. Memang tidak selayaknya aku mendapat sms seperti itu. Wajar kalau engkau marah”. Kalimat ini akan lebih memberikan kenyamanan kepada pasangan.

Sedangkan kalimat yang mengingkari emosi, misalnya “Kamu jangan marah. Cuma sms seperti itu saja kamu marah. Ada yang lebih parah dari itu”. Ini mengingkari emosi pasangan yang tengah meledak. Secara umum, kemarahan akan lebih cepat mereda jika dipertegas emosinya, bukan diingkari.

6. Jangan Akhiri Pertengkaran Dengan Pertengkaran

Ketika pasangan sudah reda kemarahannya, jangan ungkit lagi kemarahan tersebut, karena akan menimbulkan kemarahan baru. Jika anda tengah bertengkar dengan pasangan, kemudian mereda, jangan ungkit lagi pertengkaran tersebut, karena berpotensi menimbulkan pertengkaran baru.

Banyak dijumpai, pertengkaran yang sudah mereda akhirnya berulang muncul pertengkaran baru. Pada pertengkaran yang kedua ini, mereka bertengkar mengenai cara dan sebab pertengkaran yang pertama. “Tadi gara-gara kamu sih, kalau kamu tidak memulai, akupun tidak marah”, kata suami. “Bukan aku yang memulai, tapi kamu”, bantah isteri. Lalu akhirnya mereka kembali bertengkar.

7.  Jangan Pelit Meminta Maaf

Berlombalah meminta maaf dengan tulus. Jangan memperpanjang kemarahan, jangan mengembangkan pertengkaran. Dahului meminta maaf kepada pasangan. “Sudahlah, aku minta maaf. Mungkin semua ini memang salahku. Aku benar-benar minta maaf”, kalimat seperti ini tidak akan menjatuhkan wibawa serta harga diri anda di hadapan pasangan.

“Mengapa saya yang harus minta maaf, padahal dia yang salah?” begitu kebanyakan pikiran orang. Sikap seperti inilah yang memperpanjang kemarahan dan pertengkaran. Cepatlah meminta maaf, itu akan mudah meredakan kemarahan pasangan.

8. Peluklah Pasangan Anda

Pasangan anda akan sangat bahagia jika anda memeluknya. Emosinya yang meledak-ledak akan berangsur-angsur mereda dalam pelukan anda yang tulus. Pelukan anda pertanda anda melangkah mendekat, bukan berlari menjauh. Masalah akan cepat selesai jika anda selalu berusaha mendekat kepada pasangan. Sebaliknya, masalah semakin pelik dan rumit jika anda berusaha menjauh dari pasangan. Tanpa harus berkata-kata, pelukan ini telah menyampaikan sangat banyak pesan kepada pasangan.

Demikianlah beberapa langkah praktis untuk meredakan kemarahan pasangan. Semoga keluarga anda selalu diliputi kebaikan dan kebahagiaan. Amin.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun