Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ayah Harus Banyak Dialog dengan Anak

30 November 2016   16:44 Diperbarui: 1 Desember 2016   08:18 5643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama ini berkembang pemahaman dan kebiasaan di tengah masyarakat kita, bahwa mendidik dan mengasuh anak adalah tugas seorang ibu. Ayah hanya membantu saja, namun ibulah yang harus mendidik anak sepenuhnya. Dampak dari pemahaman seperti ini sangat panjang dan lebar, tampak dalam berbagai fenomena kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat. Perhatikan contoh fenomena berikut ini.

  • Jika ada undangan dari sekolah untuk menghadiri pertemuan orang tua murid dengan guru, yang paling banyak datang adalah ibu-ibu. Waktu ditanya, kemana suami mereka, jawabannya : suami sibuk kerja. Namun ketika pertemuan dibuat pada hari libur, yang datang tetap ibu-ibu.
  • Pada saat acara pengambilan raport semester atau kenaikan kelas, tampak yang paling banyak datang adalah ibu-ibu.
  • Ketika acara Seminar Parenting dengan tema pendidikan anak, yang memenuhi ruang adalah ibu-ibu
  • Ketika acara pengajian umum dengan tema Pendidikan Anak dalam Islam, yang berduyun-duyun hadir adalah ibu-ibu.
  • Yang lebih telaten dan betah menemani anak belajar saat di rumah adalah ibu.

Beberapa fenomena tersebut hanyalah contoh dari adanya pemahaman tentang tugas mendidik dan mengasuh anak adalah ibu. Padahal jika kembalikan kepada ajaran agama, pendidikan anak adalah kewajiban bersama antara suami dan istri, atau antara ayah dengan ibu. Kedua belah pihak memiliki beban tanggung jawab yang seimbang dalam mendidik dan mengasuh anak, karena pada dasarnya anak memerlukan sentuhan pendidikan, pembinaan, pengasuhan dari kedua orang tua.

Bahkan jika dicermati secara lebih dalam, legenda dan simbol pendidikan anak yang diabadikan dalam Al Qur’an dan sering menjadi kajian di berbagai majelis ilmu adalah Luqman Al Hakim. Sampai dijadikan nama surat dalam Al Qur’an, yaitu surat Luqman. Beliau adalah orang salih yang dikisahkan metode pendidikan anak, dan menjadi pelajaran penting bagi semua umat manusia beriman. Legendanya adalah Luqman, bukan istrinya Luqman. Ini menandakan peran ayah yang sangat penting dalam mendidik anak.

Dialog Orang Tua dengan Anak dalam Al Qur’an

Lebih jauh lagi, Al Qur’an mengisyaratkan pentingnya dialog ayah dengan anak, jika dihitung dari jumlah ayat tentang dialog orang tua dengan anak yang diabadikan di dalam Al Qur’an. Sangat menarik studi yang dilakukan oleh Sarah binti Halil bin Dakhilallah Al-Muthiri terkait tema ini. Sarah menulis tesis berjudul "Hiwar Al- Aba' Ma'a Al-Abna Fil Qur'anil Karim wa Tathbiqatuhu At-Tarbawiyah", atau Dialog Orang Tua dengan Anak dalam Al-Quran Karim dan Aplikasinya dalam Pendidikan.

Sarah mencatat, Al-Qur'an memuat dialog orang tua dengan anak dalam 17 tempat yang tersebar di 9 surat. Perinciannya, dialog ayah dengan anak sebanyak 14 tempat; dialog ibu dengan anak sebanyak 2 tempat, dialog kedua orang tua dengan anak (tanpa nama) sebanyak 1 tempat. Berikut akan saya nukilkan rincian detailnya.

Pertama, Dialog Ayah dengan Anak dalam Al Qur’an

Sarah mendapatkan 14 tempat dalam Al Qur’an yang berisi dialog ayah dengan anak. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:

1. QS. Al Baqarah 130 - 133 memuat kisah dialog Nabi Ibrahim As dengan ayahnya dan dialog Nabi Ya'qub As dengan anaknya.

2. QS. Al An'am : 74 memuat kisah dialog Nabi Ibrahim As dengan ayahnya.

3. QS. Hud : 42 - 43 memuat kisah dialog Nabi Hud As dengan anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun