Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kadang Doa Dikabulkan dengan Cara yang Tak Terduga

26 September 2022   16:03 Diperbarui: 26 September 2022   16:19 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://theticamuslimah.wordpress.com/

Seorang profesional paruh baya bercerita kepada saya tentang fenomena kehidupan yang dilaluinya. Dengan posisi mapan secara finansial, ia merasa sudah memiliki semua kelengkapan hidup. Ada keluarga, punya dua rumah, mobil, motor, dan tabungan.

Saat menunaikan haji, di Padang Arafah ia mengaku bingung akan berdoa apa lagi. Karena semua kebutuhan dunia sudah ia miliki. Maka ia merasa tinggal menjaga kedekatan dengan Allah saja, tak ada lagi urusan duniawi.

Doa yang dilantunkan saat hari Arafah adalah, "Ya Allah, jika semua yang aku miliki meninggalkan aku, maka aku tidak peduli. Asalkan Engkau tidak meninggalkan aku". Ia ingin selalu dekat dengan Allah dan banyak beribadah.

Beberapa saat setelah pulang haji, berbagai peristiwa menimpanya. Sebuah fitnah ia terima di instansi tempat kerja, yang membuatnya dipecat dengan tidak hormat. Ia sangat yakin tidak bersalah dalam kasus yang dituduhkan kepadanya. Proses pengadilan memutuskan ia bersalah dan --bukan saja dipecat dengan tidak hormat, bahkan diputus hukuman penjara selama enam tahun.

Jabatannya hilang, gaji rutin hilang, status sebagai pegawai di instansi bergengsi hilang, kebebasan dirinya hilang, kehormatan diri dan nama baik pun hilang. Selama masa sulit, ia harus menjual rumah dan mobil. Lengkap sudah, semua yang dimiliki meninggalkannya --seperti yang pernah diucapkan dalam doa.

Ia tidak pernah membayangkan, bahwa doa yang ia panjatkan di Padang Arafah memberikan ujian dalam kehidupannya. Ia menyatakan tentang kehilangan, dan ia pun merasakan kehilangan. Ia mengaku menjadi lebih dekat dengan Allah dalam kondisi terpuruk. Namun, tentu ia juga tidak menghendaki semua yang dimiliki benar-benar meninggalkannya.

Pengabulan Doa yang Tak Terduga

Sebagian umat muslim kadang menjumpai fenomena terkabulkannya doa dengan cara yang tak diduga. Misalnya, ketika seorang lelaki yang sangat sibuk dalam kerja, ia berdoa, "Ya Allah berikanlah aku kesempatan untuk lebih banyak di rumah sehingga bisa sering bertemu keluarga", lalu ia terkena PHK. Maka ia punya kesempatan banyak waktu di rumah karena tidak punya pekerjaan.

Atau ketika seorang istri yang merasa kesepian karena terlalu sering ditinggal suami bekerja ke luar kota, ia berdoa, "Ya Allah berikan waktu yang panjang kepada suamiku untuk bisa berada di rumah". Ternyata suaminya dipecat dari perusahaan tempat bekerja dan tidak segera bisa mendapatkan pekerjaan lain, sehingga banyak di rumah sebagai pengangguran.

Kita segera diingatkan dengan sebuah kisah yang tertulis dalam kitab Al-Hikam karya Ibnu 'Athaillah As-Sakandari tentang fenomena pengabulan doa. Ada doa yang dikabulkan Allah, namun membuat menyesal hamba yang memunajatkan doa.

Tersebutlah seorang ahli ibadah yang memohon pada Allah agar setiap hari diberikan rezeki berupa dua potong roti, segelas air, dan segelas susu tanpa harus bekerja. "Jika Allah memberikan kepadaku dua potong roti, segelas air, dan segelas susu setiap hari kepadaku, niscaya aku akan bisa lebih tekun beribadah, tanpa disibukkan dengan bekerja mencari nafkah".

Ternyata Allah mengabulkan doanya dengan cara yang tak terduga. Mendadak sang ahli ibadah ditimpa fitnah yang membuatnya masuk penjara. Di dalam penjara, dia mendapat jatah dua potong roti, segelas air, dan segelas susu setiap hari --persis seperti isi doanya yang sangat detail. Tanpa harus bekerja mencari nafkah, dia memiliki waktu luang untuk tekun beribadah setiap hari, tetapi di dalam penjara.

Setelah berada di dalam penjara, dia sibuk meratapi nasibnya yang menderita. Dimasukkan penjara jelas sesuatu yang tidak pernah dibayangkan seumur hidupnya. Ia tidak pernah menduga bahwa Allah memberikan pengabulan doa dengan cara yang sebegitu 'dramatis'. Sebagus apapun kondisi dan ransum penjara, itu tetap saja penjara yang tidak ramah bagi penghuninya.

Saya juga ingat kisah-kisah yang dirangkum dalam buku "Secercah Cahaya di Langit Sukamiskin" (2017). Salah satunya, kisah mantan Bupati Bener Meriah, Aceh, yang bisa belajar membaca dan menghafal Qur'an selama berada di dalam lapas Sukamiskin.

Saat sang ibu menjenguk ke dalam lapas, beliau menceritakan, "Dari dulu anak saya ini paling bandel kalau disuruh belajar Al-Qur'an. Tapi, ibu bersyukur Allah mengabulkan doa ibu, agar Pak Gen belajar Al-Qur'an dengan sungguh-sungguh, walau di tempat ini".

Pak Gen --H. Ruslan Abdul Gani, sangat tekun belajar Al-Qur'an di Lapas Sukamiskin. Saat masih menjadi pejabat, tak ada kesempatan untuk belajar Al-ur'an.Sementara sang ibu terus meneruis berdoa agar anaknya bisa tekun dan bersungguh-sungguh belajar Al-Qur'an.

Ternyata doa ibu yang dikabulkan Allah dengan cara yang tidak terduga. Jabatan membuat Pak Gen tidak pernah punya waktu untuk belajar Al-Qur'an. Lapas membuatnya banyak waktu dan kesempatan.

Doa Terbaik

Maka berhati-hatilah dalam berdoa dan berharap. Tentu saja kita boleh meminta apapun kepada Allah dengan bahasa kita sendiri, karena memang hanya Allah yang Maha Mengabulkan doa. Namun, sesunggunya doa terbaik adalah yang sudah ada tuntunannya di dalam Al-Qur'an dan hadits Nabi saw, karena Allah lebih mengetahui apa yang terbaik untuk dunia dan akhirat kita.

Jika kita khawatir kalimat doa kita tidak tepat, atau bahkan salah, sebaiknya menggunakan doa-doa yang sudah ada tuntunannya dalam Al-Qur'an dan sunnah Nabi saw. Apalagi ketika doa tersebut terlalu teknis, sampai menyebut bilangan tertentu dan jenis tertentu, seperti "dua potong roti, segelas air, dan segelas susu", maka belum tentu ini menjadi doa yang tepat. Sungguh, Allah lebih mengetahui kebutuhan kita dibanding kita sendiri.

Kita mengenal doa yang sering disebut sebagai "sapu jagat", karena bisa digunakan untuk sarana meminta apa saja kebaikan dunia dan kebaikan akhirat. Doa sapu jagat dituntunkan oleh Allah dalam Al-Qur'an, "Rabbana atina fid dunya hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qina 'adzabannar. Ya Allah, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari siksa neraka." (QS. Al-Baqarah: 201).

Doa ini bisa digunakan untuk meminta kepada Allah berbagai jenis kebaikan dunia maupun kebaikan akhirat. Maka ketika ada seorang sahabat yang berdoa dengan kalimatnya sendiri ---yang ia tidak menyadari dampak dari kalimat doanya, Nabi saw meluruskan.

"Rasulullah saw menjenguk seorang sahabat yang (sakit sehingga badannya) telah kurus bagaikan anak burung. Rasulullah saw bertanya, "Apakah kamu berdoa atau meminta sesuatu kepada Allah?"

Ia berkata, "Ya, aku meminta kepada Allah: Ya Allah siksa yang kelak Engkau berikan kepadaku di akhirat segerakanlah untukku di dunia."

Rasulullah saw bersabda, "Subhanallah, kamu tidak akan mampu menanggungnya. Mengapa kamu tidak mengucapkan, "Rabbana atina fid dunya hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qina 'adzabannar". Maka orang itupun berdoa dengannya, dan Allah pun menyembuhkannya" (HR Muslim).

Sahabat tersebut berdoa menggunakan bahasanya sendiri, "Ya Allah siksa yang kelak Engkau berikan kepadaku di akhirat segerakanlah untukku di dunia". Rupanya, ia tidak menyadari 'bahaya' dari kalimat doa tersebut apabila dikabulkan oleh Allah. Maka Nabi saw menuntunkan doa sapu jagat untuk sahabat, dan dengan lantaran itu Allah menyembuhkan dirinya.

Selain doa sapu jagat, sangat banyak pilihan doa dan dzikir yang dituntunkan dalam Al-Qur'an maupun Al-Hadits. Kita bisa memilih berbagai doa tersebut sesuai konteks yang kita inginkan. Tentu saja boleh menggunakan kalimat kita sendiri, sepanjang kita yakin itu doa yang benar.

Sebagian ahli hikmah menyarankan, agar ketika berdoa dan meminta sesuatu kepada Allah, diikuti dengan pernyataan "bi luthfin wa 'afiyatin wa salamatin". Memohon agar doa dan permintaannya dikabulkan dengan lembut, sehat, dan selamat.

Bukan terkabulkan dengan mengejutkan dan membuat ketidaksiapan atau ketidaknyamanan. Seperti berbagai kisah di atas.

Daftar Pustaka

Didit Abdul Majid (ed.), Secercah Cahaya di Langit Sukamiskin : Bahagia Bersama Al Qur'an, Sygma Creative Media, Bandung, 2017

Ibnu Athaillah As-Sakandari, Al-Hikam, Turos Khazanah Pustaka Islam, 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun