Ana meminta tolong kepada orangtua untuk mencarikan jodoh. Ana minta tolong kepada ustadzah pembina majelis taklim. Ana minta tolong melalui dua biro jodoh. Ia sudah banyak berdoa. Ia berusaha terus menerus belajar dan memperbaiki diri.
Ternyata ketemu jodoh bukan dari usaha-usaha serius yang sudah dilakukan selama ini. Justru dari peristiwa 'tidak sengaja' --sebuah silaturahmi reunian teman lama. Saat datang berkunjung, tak ada niatan Bu Ratri mencarikan jodoh untuk Rudi. Maka tak ada obrolan soal jodoh saat itu. Benar-benar reuni.
Secepat itu kejadian ketemu jodoh. Ana berharap menikah di usia 25. Enam tahun ia berusaha, dan ternyata peristiwa yang mengantarkannya menikah dengan Rudi, hanyalah peristiwa 'kebetulan' dengan jarak tunggu yang kurang dari dua bulan. Rela dan sabar menunggu enam tahun. Ketemunya dengan cara sederhana saja.
Tidak di Australia. Tidak di biro jodoh. Tidak lewat usaha pencarian melalui orangtua atau melalui ustadzah. Bukankah Allah yang menggerakkan bu Ratri berkunjung ke rumah ibu Ana?
Lalu, apakah semua usaha yang telah dilakukan Ana selama ini sia-sia dan tak ada hasilnya? Sama sekali tidak sia-sia.
Semua yang dilakukan Ana adalah 'proposal' kesungguhan dirinya di hadapan Allah. Ana telah mengumpulkan banyak 'poin' untuk setiap jenis usaha yang telah ia lakukan. Ia juga bersabar dan bertawakal, selain terus berusaha. Semua adalah akumulasi, hingga Allah sendiri yang memberikan keputusan terbaikNya.
Maka jangan lelah berusaha. Jangan lelah berdoa. Jangan lelah berharap yang terbaik kepada Allah. Sungguh, janji Allah selalu ditepati.
Catatan
Semua nama yang disebut, bukan nama sebenarnya. Kisah di atas adalah ramuan. Saya ramu dari berbagai kejadian nyata. Bukan dari satu kejadian, namun dari sejumlah dan serangkaian kejadian. Puzzle jodoh memang ajaib.
Saya berharap, Anda simak lagi kisah saya sebelum ini, klik di sini.