Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Jika Setan Dibelenggu Saat Ramadan, Mengapa Tetap Terjadi Perselingkuhan?

18 April 2022   22:45 Diperbarui: 18 April 2022   22:52 2329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Terlalu", ujar Bang Haji. Ini sungguh terlalu. Tidak memuliakan Ramadan. Tidak menghayati Ramadan.

Apa Makna "Setan Dibelenggu"?

Namun pertanyaannya, mengapa masih ada kemaksiatan, jika setan-setan telah dibelenggu dan diikat dengan rantai? Berikut jawaban dari Imam Al-Qurthubi. Menurut beliau, makna setan dibelenggu di bulan Ramadan, ada tiga kemungkinan.

Pertama, setan dibelenggu dan diikat dengan rantai dari orang yang menjalankan puasa dengan benar. Adapun untuk mereka yang tidak menjalankan puasa dengan benar, maka setan tidaklah terbelenggu darinya.

Apa yang dimaksud dengan menjalankan puasa dengan benar? Tentu saja sejak benar niatnya, dan benar dalam pelaksanaannya. Nabi saw bersabda,

"Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni" (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).

Ungkapan "imanan wa ihtisaban", mengandung makna menjalan puasa dengan sepenuh keimanan dan keikhlasan. Tentu harus disertai dengan menjalankan puasa sesuai tuntunan syari'at,sertamenghindarkan diri dari hal-hal yang bisa membatalkan puasa dan menghilangkan pahala puasa.

Kedua, seandainya dikatakan bahwa setan tidak mengganggu orang yang berpuasa, tetap saja maksiat bisa terjadi dengan sebab-sebab lain. Misalnya dorongan hawa nafsu yang selalu mengajak pada kejelekan, kebiasaan, dan gangguan dari setan berjenis manusia.

Hawa nafsu yang ada dalam diri manusia, sudah memiliki kecenderungan untuk mengikuti hal-hal yang menyenangkan diri sendiri. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawa menyatakan, "Seseorang dikatakan mengikuti hawa nafsu apabila mengikuti perkataan atau perbuatan yang dia sukai dan menolak perkataan atau perbuatan yang dia benci, tanpa dasar petunjuk dari Allah Ta'ala".

Jika sepanjang Ramadan setan dibelenggu, mereka tidak bisa mengganggu manusia lagi. Namun hawa nafsu yang ada dalam diri manusia, tetap mengajak manusia mengikuti kesenangan dirinya, tanpa peduli ajaran agama.

Demikian pula orang yang telah memiliki kebiasaan maksiat. Mereka yang hobi maksiat, dan telah menikmati tindakan maksiat dalam masa yang panjang serta tidak bertaubat, maka kebiasaan maksiat tetap bisa terjadi kendati setan-setan sedang dibelenggu. Tanpa menunggu diganggu setan, mereka telah terbiasa menikmati tindakan kemaksiatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun