The conflict often arises from an assumption that each is criticising or undermining the other woman. But this mutual unease may have less to do with actual attitudes and far more to do with persistent female stereotypes that few of us manage to shake off completely" -- Terri Apter, What Do You Want from Me?
Dalam buku What Do You Want from Me? Terri Apter, psikolog dan dosen senior di Newnham College, Cambridge, menyatakan, konflik yang terjadi antara ibu mertua dan menantu perempuan muncul karena asumsi bahwa masing-masing pihak mengritisi atau meremehkan pihak lain.
"Tetapi kegelisahan timbal balik ini mungkin kurang berkaitan dengan sikap yang sebenarnya, dan lebih berkaitan dengan stereotip wanita yang gigih yang hanya sedikit dari kita yang berhasil menghilangkannya sepenuhnya", ujar Terri Apter (dalam: Ayelet Waldman, 2009).
Demikianlah konflik antara menantu dan mertua telah menghiasi kisah keluarga di berbagai belahan dunia. Ternyata, banyak konflik yang bermula dari asumsi. Mertua dan menantu saling mengasumsikan bahwa pihak lain tengah mengritisi atau meremehkan dirinya. Betapa simpel sebenarnya akar persoalan di antara mereka.
Bagaimana semestinya menantu dan mertua membangun sikap yang positif dalam menyikapi konflik? Berikut beberapa hal penting untuk dibangun bersama antara menantu dan mertua.
Sebelum Terjadi Konflik
Hubungan menantu dengan mertua tentu tidak selamanya berada dalam suasana konflik. Tatkala suasa sedang baik-baik saja, tidak berada dalam situasi konfli, hal-hal berikut hendaknya bisa dilakukan.
- Berusaha Saling Memahami
Hendaknya mertua dan menantu berusaha saling memahami. "Pasangan yang sehat (healthy couple) menghadapi mertua dengan jalan memahami bahwa mereka adalah manusia yang berbeda, dengan sifat yang berbeda," ungkap Cathy Siebold, seorang psikoanalis yang juga pengajar di New York City.
"Keluarga memiliki budayanya sendiri," kata Meredith Hansen, Psy.D, seorang psikolog klinis di Newport, California. "Pasangan yang sehat memahami bahwa budaya ini bukan dalam konteks buruk atau salah, tetapi berbeda."
Saling memahami adalah jembatan yang sangat bagus untuk mengembangkan hubungan yang harmonis. Tanpa usaha saling memahami, semua akan cenderung mengembangkan asumsi.
- Berusaha Merekatkan Hubungan
Ada sangat banyak hal yang bisa merekatkan hubungan menantu dengan mertua. "Mengolah kesulitan dalam kata-kata adalah salah satu alat terpenting yang dimiliki pasangan untuk berurusan dengan mertua," ungkap Diane Barth, seorang psikoterapis dan psikoanalis di New York City.