Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Interaksi Menantu - Mertua, Jangan Lagi Melahirkan Derita

2 Agustus 2021   07:04 Diperbarui: 2 Agustus 2021   07:10 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah banyak studi dan pembahasan ahli terkait dinamika hubungan menantu dan mertua. Berbagai studi itu dikuatkan pula dengan realitas banyaknya benturan dan konflik antara menantu dan mertua.

Misalnya studi yang dilakukan oleh J. Ayu Kinanti & Fabiola Hendrati dari Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang (2013). Hasil studi Kinanti dan Hendrati  menyatakan, 60% menantu perempuan mengalami ketegangan hubungan dengan ibu mertua akibat kurangnya komunikasi.

Sementara itu sebuah studi untuk masyarakat Inggris menunjukkan, 40 % menantu perempuan mengalami konflik dengan ibu mertua[i]. Konflik tersebut banyak bermula dari kecemburuan kedua belah pihak[ii]. Harapan mertua terhadap menantu yang tidak menjadi kenyataan juga potensial menjadi sumber konflik[iii].

Salah satu upaya menghilangkan ketegangan hubungan tersebut adalah dengan menjaga adab dalam pergaulan sehari-hari. Pada postingan sebelumnya telah kita bahas adab mertua dalam kaitan dengan penerimaan terhadap menantu. Simak kembali di sini.

Berikutnya kita bahas adab mertua yang kedua, yaitu adab dalam sisi interaksi atau mu'amalah antara mertua dan menantu.


Adab Mertua dalam Interaksi dengan Menantu

Sangat penting bagi mertua untuk berusaha melakukan interaksi yang baik dan menyenangkan dengan menantu. Beberapa bentuk adab dalam interaksi dengan menantu antara lain:

  • Interaksi dengan baik

Islam hadir untuk memberikan arahan kepada manusia agar mencapai kehidupan yang baik di dunia maupun akhirat. Bukan hanya mengatur tentang hubungan sesama manusia, bahkan hubungan dengan binatang.

Nabi saw menceritakan tentang seorang perempuan yang mengurung kucing tanpa diberi makan. Perbuatan zalim terhadap kucing saja mendapat ancaman siksa neraka, apalagi jika zalim kepada manusia.

Nabi saw bersabda, "Seorang wanita disiksa Allah pada hari kiamat lantaran dia mengurung seekor kucing sehingga kucing itu mati. Karena itu Allah memasukkannya ke neraka. Kucing itu dikurungnya tanpa diberi makan dan minum dan tidak pula dilepaskannya supaya ia dapat menangkap serangga-serangga bumi" (HR. Muslim)

Imam Asy-Syaukani menjelaskan, "Hadits ini digunakan dalil tentang keharaman mengurung kucing atau hewan peliharaan lainnya tanpa memberi makan dan minum, sebab hal tersebut merupakan bentuk penyiksaan pada makhluk Allah."

Jika perbuatan buruk kepada binatang saja mendapat celaan, bagaimana dengan mertua yang berlaku buruk kepada menantunya? Tentu tindakan buruk itu yang tidak bisa dibenarkan.

Di antara contoh interaksi yang baik, adalah memperlakukan menantu dengan lembut. Nabi saw selalu memperlakukan manusia dengan lembut, sebagaimana firmanNya:

"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) kamu berlaku lemah dan lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu".

"Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh Allah mencintai orang yang bertawakal" (QS. Ali 'Imran: 159)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, "Maksudnya, andai engkau bertutur kata buruk dan berhati kaku, niscaya umatmu akan menjauh dan meninggalkanmu. Namun, Allah menyatukan mereka di bawah bimbinganmu, dan Allah melemah-lembutkan perilakumu untuk memikat hati mereka."

Abdullah bin Amr Al-Ash pernah menceritakan, "Aku menemukan gambaran karakter Rasulullah dalam kitab-kitab suci terdahulu sebagai berikut. Beliau tidak bertutur kata kasar, tidak kaku, dan tidak suka berteriak-teriak di pasar. Beliau juga tidak suka membalas dendam, justru lebih suka memaafkan dan melupakan."

Ayat di atas memberikan beberapa petunjuk dalam interaksi kepada sesama manusia. Pertama, agar berinteraksi dengan lemah lembut. Kedua, menjauhi sikap keras dan kasar. Ketiga, mudah memaafkan. Keempat, memohonkan ampunan kepada Allah atas kesalahan orang lain. Kelima, bermusyawarah.

Kelembutan dalam interaksi, menyebabkan orang lain senang. Menantu akan sangat happy apabila disikapi dengan lembut oleh mertua. Tidak mendapatkan sikap kasar, keras dan kaku, membuat menantu merasa bahagia bersama mertua. Jika mertua kasar dan galak, membuat menantu tersiksa.

Mertua juga harus mudah memaafkan, bahkan memintakan ampunan kepada Allah untuk sang menantu. Selain itu, mengajak menantu melakukan musyawarah terkait beberapa agenda keluarga. Itulah contih interaksi yang baik menurut arahan Al-Qur'an.

Hendaknya mertua membangun komunikasi yang menyenangkan dan melegakan dengan menantu. Di antara bentuk komunikasi yang baik adalah dalam pemilihan kata atau kalimat. Hendaknya mertua memilih kata-kata yang baik kepada menantu. Allah Ta'ala telah berfirman:

"Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sungguh setan (selalu) menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sungguh setan adalah musuh yang nyata bagi manusia" (QS. Al-Isra: 53)

Dalam ayat di atas Allah memerintahkan agar mengucapkan perkataan yang baik. Sebab setan selalu berusaha menanamkan permusuhan dan kebencian kepada manusia. Setan selalu berupaya menimbulkan permusuhan antara satu orang dengan orang lainnya. Salah satu sarana menimbulkannpermusuhan adalah melalui pemilihan kata-kata yang jahat.

Hendaknya mertua berusaha untuk berkomunikasi dengan baik, sehingga menantu merasa nyaman bersamanya. Nabi saw menyatakan, kebaikan seorang muslim dilihat dari bebasnya orang lain dari gangguan yang ditimbulkan oleh dirinya. Sabda beliau saw,

"Muslim sejati adalah orang yang kaum muslimin lainnya merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya" (HR. Bukhari dan Muslim)

  • Menjalin silaturahmi

Salah satu adab mertua dalam interaksi dengan menantu adalah menjalin silaturahim. Mertua bisa mengunjungi menantu, jika tinggal di rumah yang terpisah dari mertua. Tentu saja perlu mempertimbangkan waktu nyang tepat, sehingga tidak menimbulkan gangguan pada menantu.

Silaturahim adalah sarana untuk mendatangkan suasana kasih sayang sesama manusia. Kunjungan dan kehadiran baik offline maupun online, akan mendatangkan banyak kemanfaatan.

Nabi saw bersabda, "Barangsiapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi" (HR. Bukhari dan Muslim).

Ibnu 'Umar r.a. berkata, "Barangsiapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya" (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrad).

  • Mendekatkan kepada keluarga

Hendaknya mertua berusaha untuk mendekatkan menantu dengan keluarga inti maupun keluarga besar. Jangan sampai mertua membuat menantu jauh dari keluarga. Justru harus difasilitasi agar memiliki hubungan baik dengan semua keluarga.

Pertama, dekatkan menantu dengan keluarga inti, yaitu mertua dan anak-anaknya. Kenalkan menantu kepada semua anak-anak di rumah, dan mengajak berkegiatan bersama agar muncul keakraban dan kedekatan.

Kedua, dekatkan menantu dengan keluarga besarnya, misalnya dengan kakek nenek, paman / tante, pakde / bude, dan kemenakan. Ketika ada agenda keluarga besar, ajak menantu untuk hadir dan berpartisipasi, sehingga bisa merasa menjadi bagian dari keluarga.

Referensi

J. Ayu Kinanti & Fabiola Hendrati, Hubungan Tipe Kepribadian dengan Komunikasi Interpersonal Menantu Perempuan terhadap Ibu Mertua, Jurnal Psikologi Tabluarasa Vol 8 No 2 Agustus 2013, https://media.neliti.com/

Catatan Kaki

(i) Berita Satu, 4 dari 10 Menantu Perempuan Tidak Akur dengan Ibu Mertua, 13 November 2012, https://www.beritasatu.com/

(ii)  Wolipop, Ini Penyebab Utama Istri & Ibu Mertua Sering Tidak Akur, 26 Mei 2013, https://wolipop.detik.com/

(iii)  Kiki Oktaviani, Survei: Ini yang Diinginkan Orangtua Dari Calon Menantunya, 13 Jul 2017, https://wolipop.detik.com/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun