Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tiga Penyakit di Penghujung Ramadan

14 Mei 2020   14:12 Diperbarui: 14 Mei 2020   14:26 1256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : https://www.pet-happy.com

Sekarang kita sudah berada di penggal akhir bulan Ramadhan. Ada tiga penyakit yang biasa menyerang umat muslim di sepertiga bagian terakhir bulan suci ini. Hendaknya kita selalu waspada, agar tidak terserang salah satu dari penyakit ini, apalagi kalau sampai terserang ketiga-tiganya, na'udzu billahi min dzalika.

  • Bersantai dan Menunda-nunda Amal

Penyakit pertama adalah bersikap santai dan menunda amal. Banyak orang yang masih saja santai dalam menjalankan ibadah, karena merasa masih ada beberapa hari di bulan Ramadhan. Mereka menunda-nunda amal kebaikan, sehingga tidak banyak melakukan ibadah karena merasa masih ada sisa waktu hingga akhir Ramadhan yang bisa digunakan untuk ibadah. Dengan sikap santai dan menunda amal, tidak terasa Ramadhan sudah berlalu, dan amalnya tetap tidak bertambah. Betapa sedih jika terkena penyakit ini.

Ibnu Athaillah As-Sakandari menyatakan dalam karyanya kitab Al-Hikam bahwa menunda amal salih adalah simbol kebodohan seseorang. Mereka disebut bodoh karena menunda amalnya untuk menunggu waktu luang, padahal bisa jadi dalam menunggu waktu luangnya itu ajal telah menjemputnya, atau mengalami sakit yang membuat tak bisa beraktivitas, atau justru kesibukannya semakin bertambah sehingga semakin tidak sempat beramal.

  • Merasa Sudah Banyak Amalnya

Penyakit kedua adalah merasa sudah banyak amal. Sejak awal Ramadhan hingga hari ini, merasa telah banyak tilawah, merasa telah banyak berdzikir, merasa telah banyak infak, merasa telah banyak istighfar, merasa telah banyak berdoa, sehingga merasa amalnya sudah cukup. Dengan demikian ia menjadi bersantai di akhir Ramadhan karena merasa sudah banyak amal dan sudah puas dengan banyaknya amal yang telah dikerjakan. Betapa rugi kalau merasa sudah puas dengan banyaknya amal yang kita lakukan, padahal Ramadhan masih bersama kita.

Imam Ibnul Qayyim berkata, "Puas dengan ketaatan yang telah dilakukan adalah di antara tanda kegelapan hati dan kebodohan. Keraguan dan kekhawatiran dalam hati bahwa amalnya tidak diterima harus disertai dengan mengucapkan istighfar setelah melakukan ketaatan. Hal ini karena dirinya menyadari bahwa ia telah banyak melakukan dosa-dosa dan banyak meninggalkan perintah-Nya."

  • Merasa Amalnya Sudah Sempurna

Penyakit ketiga adalah merasa amalnya sejak awal Ramadhan sudah sempurna. Karena merasa sudah sempurna, maka ia tidak merasa khawatir ---bahwa semua amalnya pasti sudah diterima oleh Allah. Padahal, belum tentu amal kita sempurna, karena terkotori oleh hal-hal yang bisa merusak nilai amal. Di antara hal yang bisa merusak amal Ramadhan kita adalah perkataan dan perbuatan dusta.

Nabi saw bersabda, "Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta sewaktu berpuasa maka Allah tidak menerima puasanya meskipun dia telah meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Bukhari 4/99).

Nabi saw juga bersabda, "Puasa bukanlah dari makan, minum (semata), tetapi puasa itu menahan diri dari perbuatan sia-sia dan keji. Jika ada orang yang mencelamu, katakanlah: 'Aku sedang puasa, aku sedang puasa'." (HR. Ibnu Khuzaimah 1996, Al-Hakim 1/430-431, sahih).

Hendaknya kita merasa khawatir bahwa semua amal kebaikan kita tidak diterima Allah, oleh karena itu di penggal akhir Ramadhan ini kita perbanyak istighfar dan taubat. Perbanyak pula doa agar semua amal kita diterima Allah sebagai kebaikan yang berlipat-lipat pahalanya.

Allah Ta'ala berfirman, "Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka." (QS. Al-Mu'minun: 60)

Aisyah ra berkata, "Aku telah bertanya kepada Rasulullah saw tentang ayat ini, apakah mereka orang-orang yang minum khamr, pezina, dan pencuri? Beliau menjawab, "Tidak, wahai putri Ash-Shiddiq. Mereka adalah orang-orang yang berpuasa, menunaikan shalat dan shadaqah namun mereka takut kalau amalnya tidak diterima." (HR. Muslim no. 1905).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun