Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tombol "Pause" Pertengkaran Suami-Istri

7 Agustus 2019   06:44 Diperbarui: 7 Agustus 2019   20:39 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suami dan istri duduk berdua saja, dalam suasana tenang, tidak dikuasai emosi, tidak saling menuduh, tidak saling menyalahkan, tidak saling menyerang. Bicarakan baik-baik masalah yang tengah dihadapi. 

Berpikirlah positif dan konstruktif untuk menemukan jalan penyelesaian terbaik, yang bisa melegakan semua pihak. Jangan libatkan pihak lain dalam konflik anda, karena anda berdua harus bertanggung jawab untuk menemukan jalan keluar dari setiap masalah yang muncul dalam kehidupan berumah tangga.

Melanjutkan pertengkaran, wujudnya tidak lagi pertengkaran. Namun mengarah kepada antiklimaks. Suami dan istri secara sadar merancang proses menemukan solusi dari konflik yang tengah mereka hadapi. 

Gunakan pilihan resolusi konflik yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi saat itu, karena pada dasarnya pilihan resolusi konflik sangat dinamis, bisa berbeda sesuai corak konflik yang tengah dialami. Untuk mengingat kembali pilihan model resolusi konflik, silakan simak di sini.

Jika berhasil menyelesaikan konflik, maka pasangan suami istri telah memungsikan tombol STOP pertengkaran. Satu tema konflik sudah berhasil mereka selesaikan. Inilah pilihan yang paling ideal dalam menghadapi setiap konflik dan pertengkaran. 

Suami dan istri harus pandai memungsikan tombol stop di saat mereka mulai memasuki gelanggang konflik. Namun jika belum mampu menggunakan tombol stop, minimal harus pandai menggunakan tombol pause untuk menjeda pertengkaran.


Jika Tidak Menggunakan Pause

Jika suami dan istri tidak pernah menggunakan tombol pause dalam menyikapi pertengkaran, akibatnya akan sangat negatif. Mereka terbanjiri emosi, dan masing-masing akan terus menerus mempertahankan serta memenangkan egonya. Tak ada yang mau mengalah, tak ada yang berinisiatif mengakhiri atau menjeda pertengkaran. 

Konflik terekspose ke wilayah publik, sehingga berpotensi menyakiti dan melukai banyak pihak ---terutama anak-anak dan keluarga dekat seperti orangtua serta mertua.

Konflik akan semakin meruncing dan memanas, apabila pasangan suami istri tidak pandai memungsikan tombol pause. Terlebih saat mereka hanya pandai menghidupkan tombol play, sangat senang bertengkar, maka bukan keharmonisan yang mereka dapatkan, namun justru semakin menjauhkan dari harapan akan keindahan pernikahan. 

Konflik dan pertengkaran terekspose di sembarang tempat dan di sembarang waktu, karena pasangan suami istri tidak mampu memungsikan tombol pause pertengkaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun