Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memandu Arah Rumah Tangga, Seperti Navigator GPS

10 Juni 2019   10:54 Diperbarui: 15 Juli 2019   18:00 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita semua sudah sangat akrab dengan aplikasi GPS Navigation and Map yang ada di gadget. Apalagi bagi para 'petualang' yang ingin mencoba jalan baru saat mudik, tidak mengikuti route konvensional, sehingga mudik lebih terasa berwarna-warni. 

Saya termasuk yang senang berpetualang menggunakan jasa GPS alias 'global positioning system', yang dengannya bisa lebih percaya diri untuk menjelajah jalan baru dan daerah baru.

Apakah semua petunjuk GPS selalu benar dan akurat? Tidak juga. Beberapa kali saya 'disesatkan' oleh GPS, sehingga berada di wilayah antah berantah, yang tak ada lagi jalan. Kadang mentog di sungai tanpa jembatan, sehingga mobil tak bisa menyeberang. 

Terpaksa balik kanan. Pernah terjebak di bukit dengan hutan yang lebat, dan tak ada lagi jalan yang bisa dilalui. Kadang juga dilewatkan pada jalan sangat sempit yang tidak memungkinkan untuk berpapasan.

Okelah, itu dinamika. Maka jangan percaya sepenuhnya kepada GPS, karena itu hanya alat buatan manusia. Secangguh apapun teknologi buatan manusia, selalu ada sisi lemah dan cacatnya. Percaya sepenuhnya itu hanya kepada Allah Ta'ala. 

Percaya sepenuhnya itu hanya kepada Nabi Saw, yang tak akan menyesatkan manusia. Jangan menggantungkan kepercayaan penuh kepada manusia, apalagi kepada alat-alat buatan mereka.

Bukan soal itu saya ingin bercerita. Tapi soal petunjuk arah yang tampak di layar gadget, maupun petunjuk melalui suara. Saat mudik kemaren, pergi pulang saya selalu menggunakan jasa GPS, walaupun saya sudah hafal jalan mudik. Saya mencermati petunjuk GPS saat memberikan instruksi dan informasi.

Saya menemukan persamaan, antara perjalanan mudik menggunakan GPS, dengan kehidupan berumah tangga. Coba kita cermati, apa yang bisa kita dapatkan dari petunjuk GPS, jika dikaitkan dengan kehidupan berumah tangga.

Memberi Arahan dengan Yakin

Suara "embak GPS" yang memberikan arahan kepada kita saat berkendara, selalu bernada yakin. Si embak itu tidak menampakkan keraguan saat memberikan instruksi dan arahan. Kalimat-kalimat berikut ini, kita dengarkan dalam intonasi penuh keyakinan;

"Belok kiri".

"Belok kanan".

"Terus lurus".

Si embak juga memberikan kepastian informasi saat kita telah mengikuti petunjuk GPS, misalnya kalimat;

"Anda berada di route tercepat, anda akan sampai di tujuan pukul 19.05".

Semua diucapkan dengan nada penuh yakin. Maklum yang ngomong mesin. Jadi sudah di-setel dengan intonasi dan nada yang jelas, lugas dan mudah didengarkan. Namun ini memberikan sugesti positif bahwa petunjuk arah yang disampaikan benar-benar akurat dan meyakinkan. Coba bayangkan seandainya kalimat instruksinya seperti ini;

"Saya tidak yakin apakah anda di jalan yang benar untuk mencapai tujuan anda".

"Di depan ada perempatan, namun saya tidak tahu anda harus belok kemana".

Hidup berumah tangga, harus ada arah yang meyakinkan. Maka sejak dari awal menikah, suami dan istri harus merumuskan tujuan, apa yang hendak dicapai dalam kehidupan berumah tangga. Setelah tujuan dirumuskan, maka semua langkah harus ditempuh dengan petunjuk yang meyakinkan dan pasti.

Suami sebagai kepala rumah tangga jangan memberikan arahan yang membingungkan anggota keluarga. Misalnya, ada perbedaan antara instruksi yang diucapkan dengan contoh perbuatan yang dilakukan. Hal seperti ini akan membingungkan. Demikian pula ketika petunjuk arah yang disampaikan berlawanan dengan tujuan yang hendak dicapai, pasti akan sangat membingunkan. Tujuannya ke surga, namun instruksi yang diberikan malah menuju neraka.

Maka suami sebagai kepala rumah tangga harus memberikan contoh yang benar, demikian pula istri harus memberikan contoh yang benar. Dengan demikian, semua anggota keluarga yakin dan tenang bahwa arah perjalanan mereka sudah on the track menuju tujuan utama hidup berumah tangga, yaitu surga.

Selalu Fokus Melihat ke Depan

Saat melalui jalan yang sangat padat, maka si embak GPS akan memberikan informasi tentang apa yang ada di depan. Misalnya, kalimat petunjuk seperti ini;

"Di depan ada pelambatan".

"Terjadi pelambatan 5 menit, karena ada kemacetan di depan".

GPS tidak pernah peduli dengan apa yang ada di belakang, karena kendaraan kita melaju ke depan. Maka apapun yang ada di belakang, tidak dipedulikan dan tidak penting sama sekali. Kita tidak pernah mendapatkan informasi dari GPS tentang apa=apa yang ada di belakang kita, misalnya;

"Ada kemacetan total 5 km di belakang anda".

Demikian pula hendaknya kita melewati dan menjalani hidup berumah tangga. Jangan berorientasi ke belakang, namun harus selalu berorientasi ke depan. Mungkin saja suami dan istri memiliki masa lalu yang buruk. Mungkin saja kehidupan keluarga pernah melewati hal-hal buruk di masa terdahulu. Hendaknya segala yang buruk di masa lalu segera dikubur dengan taubat, dan diganti dengan segala yang baik dan positif.

Semestinya suami dan istri selalu melihat ke depan, merancang masa depan keluarga yang lebih baik, dengan mengambil pelajaran dari kesalahan di masa lalu. Jika rumah tangga dibelenggu oleh hal-hal buruk yang pernah terjadi di masa terdahulu, mereka tidak akan menjumpai ketenangan dan kebahagiaan.

Memberikan Alternatif

GPS juga senang memberikan alternatif. Ketika GPS menemukan alternatif jalan yang lebih cepat untuk sampai tujuan, akan ada informasi dari si embak GPS;

"Kami menemukan route yang lebih cepat. Jika anda tetap ingin mengikuti route yang sekarang, tekan opsi lain kali".

Dalam kehidupan berumah tangga, hendaknya kita tidak bersifat kaku dalam interaksi dan komunikasi. Hendaknya kita berpikir alternatif, ada opsi A, opsi B, opsi C dan lain sebagainya. 

Jika kita tidak menyediakan ruang dalam diri kita untuk memiliki opsi, akan cepat kecewa ketika kondisi tidak sesuai dengan harapan yang kita inginkan. Semestinya kita selalu sadar, bahwa kehidupan pernikahan tidak pernah flat. Selalu ada dinamika yang harus kita respon dengan bijak dan dewasa.

Untuk itu hendaknya rumah tangga selalu menyediakan alternatif. Jangan hanya mengerti satu-satunya cara dan satu-satunya opsi dalam mencapai tujuan, karena sesungguhnya sangat banyak cara dan sangat banyak menuju ke surga. Sungguh surga Allah sangat luas yang bisa dicapai dengan jutaan cara.

Selalu Mencari Solusi

Hal yang sangat menarik dari GPS adalah kemampuan untuk mencari solusi. Ketika kita sengaja tidak menuruti petunjuk si embak, maka GPS akan segera mencari solusi memberikan petunjuk jalan lainnya. 

Demikian pula ketika arah yang ditunjukkan GPS ternyata tidak bisa dilewati, maka akan segera memberikan solusi arah berikutnya yang bisa diakses. Kita sering mendengar atau membaca arahan dari GPS;

"Putar balik"

"Kami sedang mencari route lainnya"

Demikianlah hidup berumah tangga, harus pandai mencari dan menemukan solusi atas berbagai permasalahan yang pasti akan terjadi di sepanjang perjalanannya. Ini adalah contoh berpikir positif, tidak pernah mentog saat menghadapi cobaan dan gangguan kehidupan. Dengan demikian semua anggota keluarga akan selalu hidup nyaman, aman dan tenteram karena selalu menemukan solusi.

Tidak Menyalahkan

Ketika dengan sengaja kita tidak mengikuti petunjuk GPS, dan ternyata jalan yang kita pilih adalah salah, maka GPS tidak pernah menyalahkan kita. Misalnya kita semakin menjauh dari tujuan, maka berkali-kali GPS akan memberikan arahan,

"Putar balik".

"Dalam 300 meter, lakukan putar balik".

Perhatikan, GPS tidak pernah menyalahkan kita, padahal jelas-jelas kita yang "salah" karena melanggar arahannya. Si embak GPS tidak pernah mengatakan;

"Ini semua gara-gara anda yang salah. Kalau saja anda mengikuti petunjuk saya dari tadi, tentu anda tidak akan tersesat".

"Anda selalu ngeyel, tidak nurut, maka rasakan sekarang anda tersesat. Tahu rasa loe".

Kehidupan berumah tangga, akan sangat tidak nyaman apabila isinya suasana saling menyalahkan antara suami dan istri. Mereka selalu merasa paling benar, dan selalu menyalahkan pasangan. 

Setiap kali ada kondisi yang tidak sesuai harapan, dengan mudah suami menuding istri sebagai biang keladi, dan si istri pun menuduh suami sebagai penyebab keburukan terjadi.

"Kamu yang salah. Kalau kamu nurut pendapatku, tentu kita tidak akan seperti ini".

Belajarlah dari GPS. Yang dilakukan adalah selalu melihat ke depan, selalu berusaha memberikan alternatif, dan juga mencari solusi. Bukan menang sendiri, bukan menyalahkan orang lain. Mari pandu kehidupan keluarga seperti cara GPS. Namun ingat, pahami dan ilmui tujuan maupun jalan dengan benar, agar tidak menyesatkan.

Selamat menunaikan kegiatan rutin paska lebaran.

Mertosanan Kulon, 6 Syawal 1440 H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun