Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati "Wifi" Gratis dan Toilet Canggih di Kereta Api ICE

3 November 2018   17:58 Diperbarui: 3 November 2018   18:01 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bursaoynaridernegi.com

Cepat, futuristik, canggih, aman dan nyaman adalah sebutan untuk ICE (Inter City Express), kereta api tercepat yang dimiliki perusahaan kereta api Jerman "Deutsche Bahn's" alias DB. 

Bepergian menggunakan ICE di Jerman, memang terasa lebih nyaman ketimbang kereta api lainnya. Kecepatannya mencapai 300 km/jam, namun suara bising khas kereta api, nyaris tidak terdengar dari dalam gerbong. Tidak heran jika harga tiket ICE lebih mahal dibandingkan kereta reguler lainnya di Jerman. Tetapi harga tersebut sebanding dengan fasilitas dan kenyamanan serta kecanggihan pelayanan yang diberikan oleh ICE.

Kereta api ICE memiliki gerbong yang bersih, ruang tempat duduk yang lapang dan nyaman, baik di kelas satu maupun di kelas dua. Ada berbagai posisi atau formasi tempat duduk yang disediakan di dalam gerbong yang bisa dipilih saat kita membeli tiket kereta. Ruang bagasi kabin cuku luas untuk menampung tas perjalanan dan bawaan penumpang, karena memang untuk perjalanan jarak jauh.

Untuk memanjakan penumpang, ICE dilengkapi WiFie untuk mengakses internet yang bisa dinikmati oleh semua penumpang dengan gratis. Juga disediakan colokan listrik untuk mencharge smartphone atau laptop yang lowbat. 

Dalam kereta ICE juga tersedia caffe untuk membeli aneka makanan dan minuman. Kita bisa membuka laptop dan menulis atau bekerja dengan tenang saat menggunakan kereta ini, sambil minum kopi panas serta makan camilan. Seperti perjalanan kami pagi ini dari Duisdorf ke Berlin yang ditempuh sekitar 4 jam. Saya bisa menulis dan sekaligus memposting naskah.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Kereta api ICE melayani rute hampir ke semua kota di Jerman, maupun negara lain di Eropa, seperti Belgia, Belanda, Swiss, Austria dan Perancis. Selain ICE, di Jerman ada kereta api IC yang melayani perjalanan antar provinsi di Jerman. 

Ada lagi RE (Regional Express) yang melayani perjalanan pada satu negara bagian / provinsi. Masih ada lagi S-Bahn, U-Bahn dan Trem yang melayani perjalanan di dalam kota atau di desa-desa.

Yahya, bayi kecil tiga tahun, anak pasangan Aji Nur dan Mita yang tinggal di Molheim, memiliki istilah khusus untuk menyebut semua jenis kereta api di Jerman. Untuk kereta api tercanggih dan tercepat ICE, maka dia sebut kereta itu sebagai Papa-zug. 

Sedikit di bawahnya ICE adalah kereta IC, ini dia sebut sebagai Mama-zug. Untuk RE (Regio Express) dan S-Bahn dia sebut Kakak-zug. Sedangkan Baby-zug adalah sebutan untuk U-Bahn dan Trem yang melayani perjalanan pendek-pendek di dalam kota. Zug adalah kereta dalam bahasa Jerman, dan dibaca dengan "chuk".

Beruntung hari ini saya bisa menikmati wifie gratis di kereta Papa-zug, sambil menulis. Sesekali waktu saya berjalan-jalan di gerbong kereta untuk mengamati kecanggihan dan kenyamanan ICE, juga menikmati pemandangan di luar yang indah.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Toilet ICE yang Canggih?

Toilet di ICE pada umumnya sangat bersih. Ada fasilitas tisu toilet, tisu wajah, sabun, wastafel, kran air, sistem flush yang canggih, tempat sampah, serta disediakan kantung plastik jika ingin membungkus sampah tertentu. Setiap gerbong disediakan dua toilet berdampingan.

Saya sering mendengar kecanggihan toilet di Eropa. Bukan hanya canggih, namun juga unik bahkan sebagian : aneh. Maka saat pertama menggunakan toilet di kereta api canggih ICE, saya agak takut-takut. Khawatir tampak "kendesoan" diri saya yang tak bisa menggunakan toilet canggih. Muncul kekhawatiran, bagaimana kalau nanti tidak bisa menggunakan? Namun karena "kebelet" harus membuang air, maka saya beranikan diri memasuki toilet canggih di kereta api ICE. Bismillah.

Waktu itu perjalanan dari Frankfurt menuju Zurich menggunakan ICE. Setelah saya masuk toilet, saya kunci pintu dari dalam, saya lihat WC duduk dalam tertutup. Saya amati semua bagian toilet sebelum menggunakan, takut salah. Saat saya buka tutupan WC --inna lillahi-- WC dalam kondisi penuh kotoran manusia. Saya panik. Apakah canggih, unik dan aneh itu memang seperti ini? Saya berpikir keras sebisa saya, mencoba memahami situasi internal toilet.

Saya tekan tombol bertulis WC. Saya yakin itu sistem flush. Namun tak bereaksi apapun. Saya periksa dengan teliti adakah tombol lain yang sekiranya untuk flush? Ternyata tidak ada. Yang ada tombol kran air. 

Saya coba lagi menekan tombol flush. Tetap tidak bisa. Maka saya putuskan keluar toilet dan tidak jadi menggunakannya. Saya pernah baca, salah satu sistem flush toilet adalah ketika membuka kembali pintu toilet untuk keluar. Saya segera buka pintu untuk keluar, lalu saya masuk lagi untuk melihat keajaiban, ternyata tak terjadi apa-apa.

Maka saya putuskan pindah ke toilet sebelah, persis di sampingnya. Beruntung tidak ada orang lain yang menggunakan. Setelah saya masuk toilet kedua ---inna lillahi--- ternyata kondisinya sama persis dengan toilet pertama. 

WC dalam keadaan penuh kotoran manusia. Sangat menjijikkan. Benar-benar menjijikkan. Saya makin bingung. Inikah kecanggihan dan keunikan itu? Saya tekan tombol WC yang merupakan sistem flush. Ternyata tidak berfungsi. Saya coba lagi, tetap tidak berfungsi. Saya putuskan keluar dari toilet kedua. Tidak jadi menggunakannya.

Saat saya keluar toilet, ada seorang lelaki yang tengah mengantri. Waduh, dia bisa menuduh saya bahwa saya pelaku kekacauan di dalam lobang WC itu. Maka saya bilang, sambil menunjuk ke dalam, "Not mine!" Saya tidak tahu dia ngerti gak maksud saya. Terserah sajalah, yang penting memang saya tidak mengotori toilet itu. Bukan gue pelakunya, Bro !

Karena memang sedang butuh toilet, saya menyeberang ke gerbong sebelah. Beruntung dua toilet di gerbong sebelah dalam kondisi kosong semua. Saya langsung masuk dan menggunakan toilet pertama. 

Alhamdulillah lancar dan bersih. Sistem berfungsi semua. Saya bisa pipis di WC, dan bisa membersihkan dengan sistem flush yang tersedia. Lega rasanya. Saya masih penasaran, maka saya masuk toilet sebelahnya lagi. Saya ingin melihat apakah berbeda dengan yang pertama? Ternyata sistem juga berfungsi bagus dan toilet dalam keadaan bersih.

Akhirnya saya menyimpulkan, dua toilet di dalam gerbong saya memang rusak. Bukan karena canggih, aneh atau unik. Bukan saking ndeso-nya saya ---walaupun saya sungguh sangat ndeso. Tapi toilet itu sungguh rusak, walau di kereta paling canggih dan futuristik. Kadang orang ndeso seperti saya, berpeluang memiliki kekaguman yang berlebihan, keheranan yang berlebihan, dan ekspektasi akan kecanggihan yang berlebihan.

Saking banyaknya tulisan tentang kecanggihan sistem toilet berbagai negara di Eropa, saya pun terkecoh dibuatnya. Saking banyaknya decak kagum akan aneka jenis toilet di Eropa, sayapun sempat shock mendapati yang sebaliknya. Maka kita harus selalu mengingat : demikianlah watak teknologi buatan manusia. Selalu ada celah kelemahannya. Secanggih apapun ciptaan manusia, tetap bisa salah dan rusak. Maka jangan sombong dengan kecanggihan teknologi yang manusia miliki.

Duitsburg -- Berlin, 3 November 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun