Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Komunikasi Lancar, tapi Mengapa Masih Banyak Persoalan?

6 April 2018   18:20 Diperbarui: 8 April 2018   14:56 3044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 John Gray, Ph.D ---pakar hubungan dan pernikahan, penulis buku Mars and Venus Together Forever--- menceritakan, pada beberapa seminar, ia bertanya kepada peserta, "Siapa yang memiliki orang tua yang masih bersatu dan tidak bercerai?"

Separuh peserta mengangkat tangannya.

Kepada kelompok tersebut, ia bertanya lagi, "Siapa yang menganggap dirinya memiliki kecakapan hubungan dan komunikasi yang lebih baik dibandingkan orang tuanya?"

Hampir setiap orang mengangkat tangannya.

Respons tersebut kemudian memunculkan pertanyaan, "Jika memiliki kecakapan yang lebih baik, mengapa saat ini pasangan suami istri lebih banyak memiliki persoalan dalam hubungan? Mengapa begitu banyak terjadi perceraian?"

Rupanya, komunikasi saja tidak cukup untuk menciptakan keharmonisan dan kebahagiaan hidup berumah tangga. Ada banyak sisi yang harus dipenuhi baik dari aspek spiritual, emosional, intelektual, material maupun manajerial, untuk menciptakan keharmonisan dan kebahagiaan. Komunikasi hanya salah satu unsur saja, yang harus ada. Namun mesti ditopang dengan berbagai unsur lainnya.

Don't touch me
Keluarga Adi termasuk terpelajar dan bercorak modern. Isti, sang istri, adalah seorang doktor, peneliti, dan sekaligus dosen di sebuah perguruan tingga ternama. Sementara Adi adalah seorang pengusaha cukup sukses. Dunia Adi dan Isti sangat berbeda, satu dunia akademis, satu lagi dunia bisnis praktis. Kesibukan masing-masing yang luar biasa, mampu mereka siasati dengan baik dengan selalu berkomunikasi. Secara umum, obrolan mereka tampak lancar, dan secara sikap tampak saling menghormati.

Namun tidak ada yang menyangka bahwa sesungguhnya Adi memendam kekecewaan yang sangat mendalam terhadap Isti. Saking sibuknya Isti sebagai pejabat struktural di kampus, dosen dan peneliti, sampai tidak memiliki waktu yang cukup untuk menemani suami. Bahkan akhir pekan pun sering tak ada waktu saking banyaknya tugas yang harus segera diselesaikan.

Malam Minggu yang diharapkan akan menjadi ajang berduaan dengan sang istri, sering berujung pada kekecewaan diam-diam. Adi berusaha untuk selalu mendukung karier sang istri. Isti pun tampak sedemikian menikmati segudang kesibukan yang datang silih berganti. Seperti yang terjadi pada sebuah malam Minggu, Adi sangat ingin mengajak Isti jalan berduaan. Sepulang dari shalat Isya di masjid, ia segera masuk ke dalam kamar. Isti tengah sibuk menulis laporan penelitian di laptop kerjanya.

"Don't touch me," kata Isti saat mengetahui Adi mendekati dirinya.

"Laporan ini harus dikumpulkan hari Senin. Ini masih sangat banyak yang harus ditulis. Please, don't touch me," ujar Isti sambil tetap menulis di laptop. Tidak melihat kepada Adi sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun