Mohon tunggu...
Syam Jabal
Syam Jabal Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

tukang burung (http://gudangjalakklaten.blogspot.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Ketenteraman Hati Seorang Penangkar Burung Jalak Bali

1 Maret 2016   20:51 Diperbarui: 1 Maret 2016   21:34 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kang Bonang yang sedari tadi menemani pak Syam, sangat heran, kok mau-maunya pak Syam membeli pakan burung di kios seperti ini. Memang sih pisangnya bagus-bagus, jangkriknya jangkrik alam yang sehat-sehat. Tapi kalau pelayanannya seperti ini kalau saya jelas ora sudi. Beberapa kali mas Bonang protes kepada pak Syam.

“Kok pak Syam betah to sama bakul pakan kayak gitu. Kalau aku ra sudi. Wong kios pakan burung di sini juga banyak kok, pelayanan mereka juga ramah-ramah !” protes kang Bonang.

“Lo ya jangan begitu. Pisang di sini terkenal paling bagus. Dia gak mau kulakan pisang sembarangan. Pisangnya tua, bahkan sebagian ada yang sudah mateng di pohon. Coba bandingkan dengan kios lain . . . nanti lak beda” jawab pak Syam santai. “Dan jangkriknya.... jangkrik alam mas.” tambahnya

“Iya aku tahu, tapi pelayanannya itu lo... kayak orang lagi kebanyakan utang saja, merengut terus, tidak ada senyumnya sama sekali, apa bisu dia itu... kayak kacer kembang macet... gak ada suaranya. ! ujar kang Bonang ketus.

“Heh . . .kok malah kamu yang emosi...emosimu melebihi ...manyunnya dia, berarti kamu tidak lebih baik dari dia. Kamu gampang ketularan emosi negatif orang lain” jawab pak Syam.

“Kalau aku jelas gak mau. Aku tidak mau orang lain menjajah pikiranku. Yang manyun biarlah dia sendiri saja. Keperluanku ke sini adalah mencari pisang kepok yang tua dan mateng, jangkrik alam yang sehat-sehat. Aku tidak ada urusan dengan pelayanan yang tidak ramah, dicueki dan lain-lain,” jawab pak Syam panjang lebar.

“La gimana saya geregeten banget, jualan kok begitu,” jawab kang Bonang masih dengan wajah cemberut.

“Lo itu kan dia. Kenapa kita mesti ketularan emosi dia. Dia tidak sopan, cuek, cemberut itu urusan dia. Gak ada kaitannya dengan kita. Biarin saja, kita gak usah ikut-ikutan berakhlaq negatif seperti itu. Kalau kita sampai terpengaruh berarti kita telah mempersilakan dia untuk menjajah emosi kita. Gitu kang Bonang. Dan itu jangan sampai terjadi. Pikiran kita mesti merdeka, kita sendiri yang mengaturnya. Sebagai penangkar burung merdeka kita tidak boleh dijajah oleh penjual burung yang belum merdeka. Oke kang Bonang . ..karena kita sendiri yang bertanggung jawab terhadap diri kita.”

Kata-orang-orang bijak, tindakan kita sangat rentan untuk dipengaruhi orang lain. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa tindakan orang lain sangat potensial mempengaruhi perilaku kita. Misalnya ketika ada orang lain yang berlaku buruk kepada kita, kadang kita cenderung untuk membalasnya dengan perbuatan serupa atau bahkan kadang lebih buruk lagi. Mereka cuek, kita cuekin berlipat, mereka tidak sopan kita balas dengan dijagul bokonge . . . misalnya lo ya . . .

Coba sekarang mari kita kritisi tindakan tersebut. Apa untungnya kita ikut-ikutan berlaku buruk. Gak ada. Apa jadinya kalau untuk berbuat baik kita harus menunggu ada orang yang berbuat baik kepada kita. Mengapa tidak justru kita yang mengawali berbuat baik agar orang lain terinspirasi untuk melakukan kebaikan ? Misalnya seperti pengalaman pak Syam seperti di bawah ini.

Pak Syam penangkar burung jalak bali nDeso ini beberapa kali hampir tertipu pembeli burung jalak bali yang berniat tidak baik. Tapi alhamdulillah dari beberapa kali percobaan penipuan itu berkedok pembelian burung jalak bali, “baru” satu kali pak Syam mengalami transaksi penjualan burung jalak bali yang tidak mengenakkan. Di mana setelah burung jalak bali pesanan si pembeli diantar ke rumahnya, ternyata janji pelunasan hanya tinggal janji. Bahkkan sampai tulisan ini dibuat janji orang yang bersangkutan belum juga terpenuhi. Sudah sekitar lima bulan belum dilunasi. Apakah pak Syam kecewa ? Ya tentu saja kecewa ? Apa pak Syam tidak melakukan penagihan aktif ke rumahnya. Ya melakukan penagihan aktif tapi hanya melalui telepon, WA dan telegram, namun hasilnya sampai hari ini masih nihil

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun