Mohon tunggu...
Syam Jabal
Syam Jabal Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

tukang burung (http://gudangjalakklaten.blogspot.com)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Cucak Rawa; Dari Parangtritis untuk Indonesia

31 Januari 2016   14:28 Diperbarui: 31 Januari 2016   14:34 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih dalam sesi yang sama DR Edi memberikan komparasi antara memilih indukan dengan cara membesarkan dari trotolan atau bedol kandang. Dalam hal ini terdapat kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jika budget kita mencukupi maka memilih bedol kandang tentu lebih cepat menghasilkan anakan. Namun jika budget kita pas-pasan maka membeli burung siapan akan lebih baik, hanya saja kita sebagai penangkar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa menikmati hasilnya.

Namun meskipun peluang menghasilkan anak akan lebih cepat melalui bedol kandang, ada hal yang harus diwaspadai jika kita memilih bedol kandang, yaitu agar kita menyediakan “fasilitas” yang sama pesis dengan “fasilitas” di tempat yang lama. Fasilitas tersebut meliputi piranti maupun suasana di dalam dan di luar kandang, jadwal pemberian pakan, serta jenis pakan agar burung lebih mudah dalam menyesuaikan diri di tempat yang baru. Demikian seperti yang beliau ulas.

Acara kopdar berlangsung benar-benar gayeng sampai tengah hari. Selesai ishoma acara di lanjutkan dengan sesi ramah tamah. Dalam sesi ini diisi dengan perkenalan profil masing-masing peserta, masukan kepada sesama penangkar dan harapan mereka kepada KPCRI ke depan.

Salah seorang peserta yaitu om Herman atau Heru Manuk alias Heru Sutarman, seorang penggila burung cucak rawa senior dari Hero Bird Farm Banjarnegara, yang sekaligus pendiri dan pegiat Asosiasi Penangkar Cucak Rawa (APCR) beliau menuturkan agar kicau mania mengutamakan cucak rawa hasil penangkaran. Ini sekaligus untuk menyerap hasil jerih payah mereka. Yang kedua penangkar harus bisa mencetak penangkar baru sebagai bagian dari strategi perluasan pasar. Dan kepada para penangkar beliau berpesan agar tak bosan-bosannya melakukan inovasi penangkaran dan senantiasa bersabar dalam menghadapi kendala-kendala penangkaran. Istilahnya penangkar harus pandai ngemong ati, agar tidak makan ati, tandas beliau.

Hal ini senada dengan pesan dari DR Edi yang juga menandaskan bahwa untuk menjaga stabilitas produksi seorang penangkar cucak rawa tidak boleh bersikap grusa-grusu dalam merawat burungnya. Sebab antara penangkar dan burung tangkarannya mereka terikat dengan ikatan emosi. Jika penangkarnya grusa-grusu atau kemrungsung tidak sabaran dan pingin segera memetik hasilnya, maka sang indukan akan menangkap kegelisan tersebut. Maka burungpun menjadi tidak tenang. Dalam kondisi gelisah indukan cucak rawa tidak bisa berproduksi dengan baik. Mungkin indehoy-.nya terganggu ya he he he . . . samalah kayak kita, mana enak kalau indohoy kita terganggu, bukan begitu om Heru . . .he he he . . .

Sementara itu Haji Subehan, penggila cucak rawa paling senior di Banjar Baru Kalimantan Selatan yang jauh-jauh menghadiri hajatan kelima KPCRI ini, beliau lebih menyoroti pada suasana semaraknya forum yang terlihat sangat hidup. Forumnya betul-betul hidup, sehingga bisa dinikmati oleh seluruh peserta, kata beliau.

Kalau dari sisi materi koddar beliau berharap agar ke depan lebih bisa menukik lagi, misalnya dengan menghadirkan penangkar yang benar-benar sudah malang melintang di kandang penangkaran. Dengan menghadir penangkar yang matang ditempa persoalan di lapangan, diharapkan semua problem yang dialami peserta kopdar akan terjawab berdasarkan pengalaman riil dari sang nara sumber.

Tak ada pesta yang tidak berakhir. Mataharipun kini sudah bergeser ke barat. Seluruh acara berlangsung dengan baik.

Namun tak ada gading yang tak retak. Sesempurna apapun, seluruh kerja panitia dan partisipasi peserta selalu menyisakan kekurangan. Karena salah dan lupa adalah dua sifat yang selalu melekat pada kita sebagai manusia. Untunglah ustadz Arif Damkar dari Kebumen memberikan tausiyah dengan mengutip sabda nabi yang berbunyi “al insanu mahalul khoto’ wa nisyan” yang artinya manusia adalah tempatnya salah dan lupa.

Mendapat tausiyah seperti ini rasanya “Mak Nyessss . . . “ hati inipun terasa adeeemmm . . .sehingga kita semua bisa saling memaklumi jika ada kekurangan di antara kita. Baik di antara sesama panitia maupun antara panitia dan peserta.

Kerja keras kalian tidak sia-sia, semuanya akan menjadi amal baik kalian . . . tapi ngomong-ngomong pak Arif Damkar kemana ya ? Kok gak ada penampakannya . . . he he he . . .

Salam hangat semuanya . . .klank . . .klink . . .klunk . . .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun