Mohon tunggu...
Saprudin Padlil Syah
Saprudin Padlil Syah Mohon Tunggu... profesional -

Visit me on padlilsyah.wordpress.com I www.facebook.com/Padlil I\r\n@PadlilSyah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sukun dan "Devide et Impera" (2)

6 April 2018   13:46 Diperbarui: 6 April 2018   14:14 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diambil dari mediahouse.rs

"Saya  tidak yakin bahwa Abah Kafir. Tapi aku tidak bisa menemukan kesalahan  dalam argumentasi-argumentasi si Yuswandi, Bah." Jawab Sukun meminta  belas kasihan Abah agar menyelesaikan masalah kegundahan pikir dan  hatinya.

Alih-alih  menjawab, Abah malah bilang, "Justru, kamu Abah pesantren agar kamu  mencari. Kamu baru mencicipi baunya khazanah Islam. Nanti kalau kamu  sudah paham dan kamu yakin, bahwa Abah kafir. Datang dan sampaikan lagi  ke Abah." Pungkas Abah waktu itu.

***

"Betul,  Bah. Saya mencoba mendalami Nahwu. Hanya tetap saja, tidak banyak yang  bisa didapat untuk membongkar nama Sukun. Kecuali yang disampain Ustadz  Rafa," jawab Sukun. Saat kecil ia pernah mengeluhkan sikap ustadz  Nahwunya yang menjelaskan Sukun nama yang tidak baik. Dan Abah hanya  senyum-senyum saja. Seperti tidak tersinggung bahwa idenya dalam  memberikan nama anak sudah disepelekan.

"Oh iya Bah, kalau boleh request saat pertama lahir, saya mau nama Fathah atau Rofa."

"Memang kenapa?" Tanya Abah.

"Fathah  kan dari Fathun; membuka. Harapannya saya bisa menjadi pioneer dalam  kebaikan. Untuk Rofa bolehlah Abah sedikit indonesiakan menjadi Rafa;  maknanya tidak jauh dari mengangkat, naik, tinggi. Harapannya saya jadi  orang yang berkedudukan tinggi. Itu yang dulu saya dapat. Saya tidak  bisa menemukan kebaikan Sukun. Justru kebaikan-kebaikan yang lain yang  saya bisa temukan."

"Bagus itu," Timpal Abah.

"Maksudnya?" Sukun tidak mengerti dengan respons Abah.

"Umumnya  manusia lebih mudah mencari kelemahan orang lain daripada dirinya  sendiri," Abah berhenti sejenak untuk menyeruput kopi hitam kental yang  sudah dingin, "Mengetahui kelemahan pribadi sama penting dengan  mengetahui kelebihan pribadi. Namun mengetahui kelemahan orang lain  tidak lebih penting dari mengetahui kelebihan mereka." Lanjut Abah.

"Bah,  jadi apa sebetulnya filosofi menamakan saya Sukun?" Hati Sukun mulai  tidak tenang. Hatinya ingin segera berlari mendahului waktu, agar  mengetahui apa yang akan Abah ucapkan. Abah dari tadi tidak memberikan  jawaban. Abah malah bertanya dan bertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun