Mohon tunggu...
Padepokan Rumahkayu
Padepokan Rumahkayu Mohon Tunggu... -

Padepokan rumahkayu adalah nama blog yang dikelola oleh dua blogger yang suka bereksperimen dalam menulis, yakni Suka Ngeblog dan Daun Ilalang. 'Darah di Wilwatikta' ditulis bergantian oleh keduanya dengan hanya mengandalkan 'feeling' karena masing- masing hanya tahu garis besar cerita sementara detilnya dibuat sendiri-sendiri. \r\nTulisan- tulisan lain hasil kolaborasi kedua blogger ini juga dapat ditemukan di kompasiana.com/rumahkayu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Darah di Wilwatikta Eps 2: Sesajen untuk Dewata

30 Januari 2011   16:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:03 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

***

Asap kehitaman membumbung, meliuk menembus angkasa, bagai sesajen untuk Dewata. Samar terdengar bunyi derak kayu yang terbakar. Api menyala hebat, menghanguskan belasan  rumah yang umumnya terbuat dari kayu dan bambu.

Tujuh pasang mata berdiri terpaku, menatap lidah api yang tanpa ampun melumat semua yang tersisa. Tak sampai sepenanak nasi, apa yang kemarin dikenal sebagai Dukuh Weru kini telah berubah menjadi puing kehitaman.

“Urusan Dukuh Weru sudah beres. Sekarang Dhanapati," kata Buriswara. "Brontoseno, Kebo Wungu, kalian cari mayat Dhanapati. Kebumikan selayaknya. Bagaimana pun dia pernah menjadi saudara kita..."

"Bagaimana jika kami tidak menemukan mayatnya? Bagaimana jika dia masih hidup?" Balas Brontoseno.

Mata Buriswara seperti mengeluarkan api. "Aku memerintahkan kalian menemukan mayat. M-A-Y-A-T. Tak peduli dia masih hidup atau mati namun kalian harus menemukan mayatnya!!"

Brontoseno dan Kebo Wungu saling pandang. Artinya, jika Dhanapati masih hidup, mereka harus....

"Kalian jangan berpikir yang tidak-tidak. Di tubuhnya kini bersarang luka akibat serangan tujuh ajian paling hebat yang ada di Jawadwipa. Bahkan Dewata sekalipun tak akan bisa selamat jika terkena pukulan itu. Dhanapati pasti mati. Jika belum, kalian harus memastikan agar dia segera bertemu Dewa Maut!!"

"Kami berlima menunggu kalian di Kotaraja. Ingat, jika memungkinkan tak perlu melibatkan  Bhayangkara Biru. Seperti biasa kalian bisa memanfaatkan semua akses yang diperlukan...."

***

Brontoseno dan Kebo Wungu berjalan menyusuri rerumputan. Mata mereka menatap jengkal demi jengkal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun